maka tidak mengapa menjulurkan tangan untuk mengambilnya, karena bolehnya memilih makanan yang dihidangkan di meja
makan… Kemudian beliau berkata – mengomentari sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “ Dan makanlah dengan makanan
yang terdekat denganmu “ - : Dan sesungguhnya beliau memerintahkan kepadanya untuk makan dengan makanan yang
terdekat, karena makanan yang ada waktu itu hanya satu jenis. Wallahu a’lam. Demikianlah yang ditafsirkan oleh para ulama
57
. Dan dengan begitu jelaslah penyesuaian kedua hadits tersebut –
Wallahu Al-Muwafffiq -.
8. Disenangi makan dipinggiran piring bukan bagian atasnya
Disebutkan pada hadits Ibnu Abbas – radhiallahu ‘anhuma -, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“ Apabila salah seorang diantara kalian makan suatu makanan maka janganlah dia makan pada bagian atasnya, akan tetapi
hendaknya dia makan pada bagian pinggirnya, karena sesungguhnya berkah turun dari bagian atasnya “. Pada lafadz
riwayat Ahmad : “ Makanlah kalian pada bagian pinggir piring, dan janganlah kalian makan dari bagian tengahnya, karena
berkah turun pada bagian tengahnya “
58
Bagian tengah diberi kekhususan dengan turunnya berkah, karena tempat itu adalah tempat paling adil. Dan sebab dari
larangan tersebut agar seseorang yang makan tidak terharamkan baginya berkah yang berada dibagian tengah. Dan
juga termasuk didalam hadits ini apabila yang makan lebih dari seseorang – berjama’ah -, karena seseorang diantara mereka
yang mendahului mengambil dibagian tengah makanan sebelum bagian pinggirnya, telah melakukan adab yang jelek kepada
57
At-Tamhid 1 277
58
HR. Abu Daud 3772 lafaadz hadits diatas adalah lafazh pada riwayat Abu Daud, Ahmad 2435 , At-Tirmidzi 1805 , dan beliau berkata : Hadits ini hadits hasan shahih , Ibnu Majah 3277 dan Ad-
Darimi 2046
mereka, dan mementingkan diri sendiri untuk suatu yang baik selain dari mereka, Wallahu a’lam
59
.
9. Disenangi makan dengan mempergunakan tiga jari dan menjilati jari setelah makan.
Diantara Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bahwa beliau makan dengan mempergunakan tiga jari. Dan juga
menjilati jarinya setelah makan. Didala hadits Ka’ab bin Malik dari bapaknya, beliau berkata : “ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika makan beliau mempergunakan tiga jari dan menjilati jarinya sebelum mengelapnya “
60
Ibnul Qayyim mengatakan : “ Dikarenakan makan dengan satu atau dau jari tidaklah menjadikan seorang yang makan
menikmatinya dan tidak juga memuaskannya dan tidak mengenyangkannya kecuali setelah lama berselang dan juga
tidak mengenakkan organ mulut dan pencernaan dengan yang masuk kedalamnya dari setiap makanan … Sedangkan makan
dengan lima jari dan telapak tangan akan menyebabkan makan memenuhi organ mulut dan juga pencernaan. Dan terkadang
akan menyumbat saluran makan dan memaksakan organ-organ makan untuk mendorongnya dan juga pencernaan akan
terbebani. Dan dia tidak akan mendapatkan kelezatan dan juga kepuasan. Dengan begitu maka cara makan yang paling
bermanfaat adalah cara makan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan cara makan yang meneladani beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam yaitu dengan mempergunakan tiga jari “
61
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata : Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“ Apabila salah seorang diantara kalian makan, maka janganlah dia membasuh tangannya hingga dia menjilatnya atau dijilatkan
kepada orang lain “. Dan pada riwayat Ahmad dan Abu Daud :
59
Lihat : ‘Aun Al-Ma’ud jilid 5 10 177
60
HR. Muslim 20232 , Ahmad 26626 , Abu Daud 3848 dan Ad-Darimi 2033
61
Zaad Al-Ma’ad 4 222 , dengan sedikit perubahan.
“ Janganlah dia mengelap tangannya dengan kain lap, hingga dia menjilatnya atau dijilatkan kepada orang lain “
62
Dan sebab hal itu diperintahkan dfiterangkan pada hadits Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata : Bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menjilat jari dan piring makanan, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : Sesungguhnya kalian tidak mengetahui dimanakah turunnya berkah “
63
Dan pada sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “ Kalian tidak mengetahui dimanakah turunnya “ , maknanya –
wallahu a’lam – bahwa makanan yang berada dihadapan seseorang mengandung berkah, dan dia tidaklah mengetahui
apakah berkar itu yang dimakannya ataukah yang tersisa dijari- jarinya atau yang tersisa dibagian bawah piring ataukah pada
butiran makanan yang terjatuh. Maka sepatutnyalah seseorang menjaga hal ini semuanya agar dia mendapatkan berkah. Dan
asal suatu berkah adalah tambahan dan kebaikan yang selalu ada serta senantiasa dirasakannya. Dan yang dimaksud disini –
wallahu a’lam – adalah yang dapat mengenyangkan dan akhirnya memberi keselamatan dari segala gangguan dan memperkuat
ketaatan kepada Allah dan lain sebagainya, sebagaimana yang dikatakan oleh An-Nawawi
64
.
10. Disenangi mengambil butiran yang terjatuh,