menyantap kambing tersebut. Maka seorang Arab Badui berkata kepada beliau : Posisi duduk apakah ini ?. Beliau bersabda :
Sesungguhnya Allah menjadikan aku sebagai seorang hamba yang mulia dan tidak menjadikan aku sebagai seorang penguasa
angkuh lagi pembangkang “
15
3. Mendahulukan makan dari pada shalat ketaka makanan telah dihidangkan
Pada hadits Anas radhiallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda :
“ Apabila hidangan makan malam telah dihidangkan dan shalat telah didirikan makan kalian mulailah denan makan malam “
16
Dari Ibnu Umar radhiallahu ;anhuma, beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“ Apabila makan malam salah seorang diantara kalian telah dihidangkan sementara shalat telah didirikan, maka mulailah
dengan makan malam kalian dan janganlah seseorang tergesa- tergesa hingga dia selesai dari makannya “
17
Dan Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma , apabila dihidangkan makan malam beliau sementara waktu shalat telah datang, beliau tidak
beranjak dari makan malamnya hinga menyelesaikannya. Imam Ahmad meriwayatkan didalam Musnad-nya dari Nafi’ bahwa Inu
Umar seringkali mengutus beliau sementara beliau dalam keadaan berpuasa, dan dihidangkan kepada beliau makan
malamnya sementara panggilan shalat maghrib telah dikumandangkan, lalu kemudian iqamah shalat dan beliau
mendengarkannya, namun beliau tidaklah meninggalkan makan malam beliau dan tidak juga trgesa-gesa hingga beliau
menyelesaikan makan malamnya, lalu beliau keluar untuk
15
HR. Ibnu Majah 3263 dan lafazh hadits tersebut lafazh riwayat Ibnu Majah. Ibnu Hajar didalam Al- Fath 9 452 menghasankan sanadnya. Al-Albani berkata : Shahih 5464 . Riwayat diatas juga
diriwayatkan oleh Abu Daud 3773 tanpa menyebutkan kedua lutut.
16
HR. Al-Bukhari 5464 , Muslim 557 , Ahmad 12234 , At-Tirmidzi 353 , An-Nasa`I 853 dan Ad-Darimi 1281
17
HR. Al-Bukhari 673 , Muslim 559 , ahmad 5772 , At-Tirmidzi 354 , Abu Daud
mengikuti shalat . Dan beliau berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam Allah bersabda :
“ Janganlah kalian tergesa-gesa menyantap makan malam kalian apabila telah dihidangkan bagi kalian “
18
Dan sebab dari hal tersebut, agar jangan sampai seseorang mengerjakan shalat namun hatinya teringat akan makanannya
yang mana akan menyebabkan kerisauan yang menghilangkan rasa khusyu’nya.
Ibnu Hajar mengatakan : Sa’id bin Manshur dan Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dengan sanad yang hasan dari hadist Abu
Hurairah dan Ibnu Abbas : “ Bahwa mereka berdua tengah menyantap makanan dipemanggangan. Lalu muadzdzin hendak
meng-iqamahi shalat, maka Ibnu Abbas berkata kepadanya : Janganlah engkau tergesa-gesa agar kami tidak berdiri
mengerjakan shalat sementara pada hati kami ada ganjalan “Dan pada riwayat Ibnu Abi Syaibah : “ Agar tidak memalingkan kami
disaat mengerjakan shalat “
19
Dan perintah semacam ini tidaklah khusus sebatas pada makan malam saja, melainkan pada setiap makanan yang mana hati
tertarik untuk menyantapnya. Dan yang menguatkan hal tersebut adalah larangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengerjakan shalat disaat makan telah dihidangkan, dan disaat menahan air kencing dan buang air besar. Dan sebabnya
sangatlah jelas. Dari Aisyah – ummul mukminin - radiallahu ‘anha, beliau
berkata : Saya telah mendengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda :
“ Tidak sempurna shalat disaat makanan telah dihidangkan dan tidak sempurna jikalah seseorang dalam keadaan menahan
kencing dan hajat besar “
20
18
Al-Musnad 6323
19
Fathul Bari 2 189
20
HR. Muslim 560 , Ahmad 23646 dan Abu Daud 89
Faedah : Sebagian ulama mengatakan : Bagi siapa yang makanannya telah dihidangkan kemudian shalat di-iqamahi,
maka sepatutnya dia memakan beberapa suap untuk mengatasi rasa laparnya. An-Nawawi membantah hal tersebut , dan beliau
mengatakan : “ Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ; Da janganlah seseorang tergesa-gesa hingga menyelesaikan
makannya, adalah dalil yang menunjukkan bahwa dia makan menyelesaikan kebutuhannya dengan menyempurnakan
makannya. Dan inilah pendapat yang shahih. Adapun penafsiran sebagian dari ulama Asy-Syafi’iyah bahwa dia cukup makan
sesuap untuk mengatasi rasa laparnya yang amat sangat, bukanlah pendapat yang shahih. Dan hadits ini sangat jelas
menolaknya.”
21
Masalah : Apabila makanan telah dihidangkan sementara shalat
telah di-iqamahi, apakah wajib untuk makan terlebih dahulu berdasarkan zhahir hadits ataukah perintah pada hadits sebatas
menunjukkan suatu yang Sunnah ?
Jawab : Amalan Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, pada riwayat
Ahmad dan selainnya menunjukkan pendahuluan makan secara mutlak. Dan sebagian ulama mengkhususkan hal itu apabila hati
tertarik dan terbayang dengan makanan tersebut. Apabila hatinya terbayangkan akan makanan tersebut maka yang lebih
utama baginya adalah mengambil makanan tersebut hingga dia mengerjakan shalat dalam keadaan khusyu’. Dan juga
diriwayatkan dari hadits Abu Ad-Darda`a radhiallahu ‘anhu beliau berkata : “ Diantara bentuk pemahaman seseorang adalah
dengan menyelesaikan hajatnya hingga dia menuju shalat dengan hati yang tenang “
22
Pendapat yang tepat berkaitan dengan masalah itu adalah yang disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu Haja - dimana setelah beliau
21
Muslim dengan Syarh An-Nawawi Jilid 3 5 38
22
Diriwayatkan secara mu’allaq oleh Al-Bukhari didalam Kitab Al-Adzan, bab. Idzaa Hadhara Ath- Tha’am wa Uqiimat Ash-Shalat. Ibnu Al-Mubarak meriwayatkan atsar ini secara maushul didalam kitab
Az-Zuhd. Dan Muhammad bin Nashr Al-Marruzi meriwayatkannya didalam Kitab Ta’dziim Qadri Ash- Shalat, dari jalan Ibnu Al-Mubarak. Sebagaimana pernyataan Ibnu Hajar didalam Fathul Bari 2 187
mengutip atsar Ibnu Abbas dan Atsar Al-Hasan bin Ali : “ Makan malam sebelum mengerjakan shalat akan menghilangkan hati
yang tercela“, beliau mengatakan : Pada atsar ini semuanya mengisyaratkan bahwa sebab pengutamaan makan dari pada
shalat itu adalah karena bayangan maka sepatutnyalah hukum diikutkan pada sebabnya, baik ketika sebab itu ada atau tidak,
dan tidak terikat dengan seluruhnya atau sebagiannya.
23
4. Membasuh kedua tangan sebelum dan sesudah makan