makanan tersebut untuk dirinya sendiri dan dia menjamu mereka sebagai tamu maka tidaklah diharamkan mengambil lebih dari
satu bersamaan. Kemudian apabila makanan tersebut jumlahnya sedikit maka disukai untuk tidak mengambil lebih dari satu
bersamaan, karena hanya mencukupi mereka. Dan apabila jumlahnya banyak, dimana melebihi jumlah mereka maka tidak
mengapa mengambil lebih dari satu sekaligus. Akan tetapi adab yang berlaku secara mutlak dan kesopanan dalam makan dan
meninggalkan sikap rakus kecuali jikalau dalam keadaan tergesa- gesa dan semakin terburu-buru lagi jika ada pekerjaan yang
lain
68
.
Masalah : Apakah jenis-jenis makanan lainnya yang dapat
diambil satu persatu dapat dianalogikan dengan kurma ?
Jawab : Iya, dapat dianalogikan kepada kurma, apabila
kebiasaan yang berlaku makanan tersebut diambil satu demi satu. Ibnu Taimiyah mengatakan ; “ Dan dapat dianalogikan
larangan mengambil sekaligus lebih dari satu semua makanan yang kebiasaannya diambil satu persatu”
69
12. Disenangi memakan suatu makanan setelah tidak
panas lagi.
Dari Asma` binti Abu Bakar radhiallahu ‘anhuma, apabila beliau membuat tsariid – sejenis makanan – belaiu menutupnya dengan
sesuatu hingga tidak mendidih, lalu beliau berkata : Sesungguhnya saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “ Sesungguhnya yang demikian itu lebih besar berkahnya “
70
Abu Hurairah radhgiallahu ‘anhu berkata : “ Tidaklah menyantap makanan hingga panasnya hilang “
71
68
Syarh Muslim jilid 7 13 190
69
Al-Adab Asy-Syar’iyah 3 158
70
HR. Ad-Darimi 2047 , al-Albani memasukkan hadits ini didalam Silsilah Ash-Shahihah no. 392 dan Ahmad 26418 .
71
Al-Albani mengatakan didalam Irwa’ Al-Ghalil 1978 : Shahih, diriwayatkan oleh Al-Baihaqi 7 2580
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah menyantap makanan disaat makanan itu sangat panas. Ibnul
Qayyim
72
mengatakan : Dan makna yang paling tepat dengan kalimat berkah pada padist ini adalah yang dapat
mengenyangkan dan selamat dari sakit yang timbul diakhirnya, dan menguatkan ketaatan kepada Allah dan lain sebagainya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh An-Nawawi
73
13. Larangan mencela makanan dan menghinanya
Disebutkan didalam hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata : “ Tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mencela makanan sekalipun juga. Apabila beliau menghendaki suatu makanan maka beliau akan memakannya dan apabila
beliau tidak menyukainya maka beliau meninggalkannya “
74
Mencela makanan seperti dengan mengatakan : Terlalu asin, atau kurang asin, kecut, tipis, keras, kurang matang, dan lain
sebagainya, sebagaimana diaktakan oleh An-Nawawi
75
Dansebab larangan itu, dikarenakan makanan adalah ciptaan Allah yang tidak boleh dicela. Dan ada alasan lainnya yaitu
bahwa mencela makanan akan menyakiti perasaan pembuat makanan hingga dia bersedih dan tersinggung, dikarenakan
dialah yang mempersiapkan dan menyajikannya. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menutup pintu ini agar jangan rasa
sedih mendapati pintu untuk masuk kedalam hati seorang muslim Dan Syariat Islam selalu datang dengan hal serupa ini.
Masalah : Apakah hadits ini bertentangan dengan keengganan
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam makan dhabb – kadal gurun -
76
. Dan apakah sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
dhabb yakni : “ Saya merasa kasihan kepadanya ‘ dan dalam
72
Zaad Al-Ma’ad 4 233 .
73
Syarh Muslim jilid 7 13 172
74
HR. Al-Bukhari 5409 , Muslim 2064 , ahmad 9882 , At-Tirmidzi 2031 , Abu Daud 3763 , Ibnu Majah 3259 dan Al-Baghawi didalam Syarh As-Sunnah 2843 .
75
Syarh Muslim jilid 7 13 22
76
HR. Al-Bukhari 5537 , Muslim 1946 , Ahmad 6678 , An-Nasa`I 4316 , Abu Daud 3794 , Ibnu Majah 3241 , Malik 1805 dan Ad-Darimi 2087 .
riwayat lainnya : “ Daging serupa ini saya tidak makan sama sekali “, tergolong mencela makanan ?
Jawab : Bahwa tidak ada pertentangan antara kedua hadits
tersebut. Dan perkataan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang dhabb tidak tergolong mencela makanan. Melainkan
pemberitahuan sebab mengapa beliau tidak memakannya. Yaitu bahwa beliau tidak menyukai makan jenis ini dan bukan
kebiasaan beliau memakannya. An-Nawawi mengatakan : “ Adapun hadits bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
meninggalkan memakan dhabb bukan termasuk dalam kategori mencela makanan, melainkan merupakan pemberitahuan bahwa
ini adalah makan yang spesifik yang beliau tidak menyukainya
77
14. Hukum minum dan makan sambil berdiri