Pengaturan Tanah Negara Bekas Hak
C. Pengaturan Tanah Negara Bekas Hak
lengkap dapat dilihat dalam PP 40 Tahun 1996, Pada hakekatnya hak tanah merupakan hu- pengaturan tentang HGU Pasal 2 sampai dengan
bungan hukum antara subjek hak dengan tanah, Pasal 18, HGB Pasal 19 sampai dengan Pasal 38 dan
Dian Aries M.: Problematika Pengaturan Tanah Negara Bekas Hak ...: 151-164
Hak Pakai 39 sampai dengan 58. Perdebatan dan atau pengguna tanah berikutnya dan kepadanya tafsir terdapat pada Pasal 18 untuk HGU, Pasal 37 diperintahkan untuk menyerahkan tanah tersebut untu HGB dan Pasal 57 untuk Hak Pakai.
kepada penerima hak atau pengguna tanah beri- Dengan mengacu ketentuan pasal di atas, bahwa kutnya; ketiga dengan tidak berdasarkan alasan hak keperdataan itu masih melekat, tidak hilang diterlantarkannya tanah yang bersangkutan, atau berakhir pada bekas pemegang hak, meskipun kepada bekas pemegang hak atas tanah diberikan jangka waktunya telah berakhir, sepanjang penggantian berupa uang untuk penyerahan tanah bangunan, tanaman dan benda-benda diatasnya yang bersangkutan dan tanaman yang diatasnya; masih diperlukan. Sebagai pemutusan hubungan keempat, Apabila bangunan dan benda-benda lain hukum keperdataan kepada bekas pemegang hak yang ada diatas tanah tersebut tidak dibongkar, diberikan ganti kerugian. Sebaliknya, Jika dalam kepada bekas pemegang hak diberikan ganti rugi hal bangunan, tanaman dan benda-benda di berupa uang untuk bangunan atau benda tersebut; atasnya tidak diperlukan, maka hak keperdataan kelima, Penggantian dan ganti rugi dibebankan tidak melekat kepada bekas pemegang, hak atas kepada penerima hak atau pengguna tanah beri- tanahnya hapus/hilang otomatis tanahnya langsung kutnya, atau dalam hal tanah bekas Hak Guna dikuasasi negara, kepada bekas pemegang hak wa- Usaha tersebut diperuntukan bagi kepentingan jib membongkar bangunan-bangunan dan benda- umum penggantian atau ganti rugi dimaksud dibe- benda yang ada di atasnya dan menyerahkan tanah bankan kepada instansi Pemerintah atau Peme- dan tanaman yang ada di atas tanah bekas hak rintah Daerah yang bersangkutan; Keenam, Jumlah kepada negara. Kepada bekas pemegang hak tidak penggantian dan ganti rugi ditentukan berdasarkan diberikan ganti rugi. Pembongkaran bangunan, kesepakatan antara bekas pemegang hak dengan tanaman dan benda-benda diatasnya dilaksanakan penerima hak atau pengguna tanah berikutnya; atas biaya bekas pemegang hak. Dalam hal ketujuh, jika kesepakatan tidak tercapai jumlah bangunan, tanaman dan benda-benda diatasnya penggantian dan ganti rugi tersebut ditetapkan oleh tidak diperlukan, misalnya karena ketentuan tata menteri dengan mempertimbangkan hasil ruang, perubahan peruntukannya atau karena penaksiran yang dilakukan oleh panitia penaksir. ketentuan lainya.
Seyogya ketentuan tentang penolakan perpan- Tafsir berbeda tentang hak-hak keperdataan jangan jangka waktu tanah tersebut dikembalikan dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala dulu menjadi tanah yang dikuasai negara, kemu- Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 dian ditentukan proritas penerima hak atau peng- tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak guna tanah berikutnya. Karena tidak memenuhi Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, sebagai syarat yang sudah ditentukan (lihat Pasal 28, Pasal ketentuan pelaksana PP 40 Tahun 1996.
44, dan Pasal 61 PMNA/BPN No 9 Tahun 1999), Hak-hak keperdataan mengenai HGU terlihat serta karena tanahnya tidak ditelantarkan. dalam Pasal 29 PMNA/BPN No 9 Tahun 1999,
Berdasarkan ketentuan Pasal 29, Pasal 46, dan menyatakan: pertama, mengatur tentang penolakan Pasal 63 PMNA/BPN No 9 Tahun 1999, mengatur perpanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha, tentang keputusan mengenai penolakan perpan- memuat penetapan mengenai penguasaan tanah jangan jangka waktu hak, secara tersirat bahwah yang bersangkutan dan tanaman, bangunan serta tanah-tanah bekas hak tersebut mempuyai benda lain yang ada diatas tanah tersebut; kedua, pengertian masih diperlukan, masih diperlukan bekas pemegang hak wajib tetap menjaga tanah terlihat bahwa bekas pemegang hak berkewajiban yang bersangkutan sebelum ditetapkan penerima menjaga tanahnya dan bekas pemegang hak diberi-
160 Bhumi Vol. 2 No. 2 November 2016 kan ganti kerugian. Maka hak keperdataan masih Instansi Pemerintah yang melaksanakan penge-
melekat pada bekas pemegang hak. Sedangkan lolaan dan pengembangan administrasi pertanahan ketentuan hak prioritas, misalnya Pasal 29 ayat (2) terkait hak-hak keperdataan dan hak prioritas PMNA/BPN No 9 Tahun 1999, menyebutkan untuk dapat menciptakan kepastian hukum terha- sebagai berikut:
dap tanah negara bekas haknya berakhir yang aspi- “Kecuali apabila ditentukan lain didalam ratif terhadap kebutuhan dan kepentingan rakyat keputusan mengenai penolakan perpanjangan atas tanah. jangka waktu Hak Guna Usaha, bekas pemegang
Setidaknya ada dua cara/aternatif untuk menye- hak wajib tetap menjaga tanah yang bersangkutan lesaikan hak prioritas tanah negara bekas hak yang sebelum ditetapkan penerima atau pengguna tanah telah berakhir oleh Kementrian ATR/BPN, dengan berikutnya dan kepadanya diperintahkan untuk melakukan:
menyerahkan tanah tersebut kepada pene-
1) Penerapan asas diskresi
rima hak atau pengguna tanah berikutnya”. Penerima hak atau pengguna tanah berikutnya
Kemustahilan bagi peraturan peraturan perun- dimaknai sebagai hak prioritas. Urut-urutan peneri- dang-undangan mengatur segala macam dimensi
ma hak prioritas tergantung kepada keadaan tanah kasus dalam praktek kehidupan sehari-hari. Per- dan peruntukanya dengan memperhatikan bekas kembangan atau kemajuan masyarakat lebih cepat pemegang hak, tata ruang, kepentingan umum dan dibandingkan perkembangan hukum. Oleh sebab reforma agraria/redistribusi tanah.
itu perlu adanya kebebasan bertindak bagi aparat pemerintah untuk mengatasi persoalan-persoalan
kongret di kehidupan masyarakat, dalam hal pera- Telah di jelaskan dimuka bahwa hak prioritas turan perundang tidak mengatur, tidak lengkap terhadap tanah negara berkas hak tidak diatur secara atau tidak jelas. tegas,bahkan cenderung sumir, akan tetapi dalam
D. Hak Priotas dan Penyelesaiannya
Pengaturan tentang diskresi diatur da- praktek keberadaanya diakui, terlihat jelas dalam lam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang banyak putusan pengadilan mengakui adanya hak Administrasi Pemerintahan. Sebagaimana tertuang prioritas. Setidak-tidaknya dapat disimpulkan pengertian diskresi dalam Pasal 1 Angka 9 UU 30/ dengan ketidaktegasan pengaturan hak prioritas 2014, diskresi adalah keputusan dan/atau tindakan dalam peraturan perundang-undangan, maka yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh pejabat terjadi: (1) kekosongan hukum; (2) Adanya banyak pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret interprestasi/tafsir tentang hak prioritas; (3) tidak yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerin- memberikan kepastian hukum terhadap bekas pe- tahan dalam hal peraturan perundang-undangan megang hak atas tanah negara; (4) stagnasi admi- yang memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak nistarasi pertanahan, jika terjadi kesalahan dalam lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi mengambil keputusan dianggap sebagai tindak pemerintahan. Kemudian alas hak untuk pidana korupsi; (5) menyandera alat administrasi menggunakan diskresi tertuang jelas dalam Pasal negara dalam mengambil kebijakan/keputusan.
6 ayat (2) huruf e yang menyebutkan bahwa Menjadi kerumitan sendiri bagi Kementerian menggunakan diskresi sesuai dengan tujuannya. ATR/BPN selaku intansi pemerintah yang mem- Pada Pasal 7 ayat (2) huruf d disebutkan pula puyai kewenangan di bidang pertanahan. Karena kewajiban pejabat pemerintahan adalah untuk itulah dalam hal unifikasi hukum pertanahan tetap mematuhi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 menjadi kewenangan Kementrian ATR/BPN selaku Tentang Administrasi Pemerintahan dalam meng-
Dian Aries M.: Problematika Pengaturan Tanah Negara Bekas Hak ...: 151-164
gunakan diskresinya. peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, alat Pengertian diskresi dikemukakan oleh para admintrasi negara (kementerian ATR/BPN) pakar, seperti menurut S. Prajudi Atmosudirjo melakukan tindakan hukum tertentu dituntut (1994:82) yang mendefinisikan diskresi, discretion untuk mengkaji semua peraturan perundang- (Inggris), discretionair (Perancis), freies ermessen undangan terkait dengan bekas tanah negara yang (Jerman) sebagai kebebasan bertindak atau haknya berkahir. Melekatnya kebebasan bertindak mengambil keputusan dari para pejabat adminis- (diskresi) merupakan salah satu sarana yang mem- trasi negara yang berwenang dan berwajib menurut berikan ruang bergerak bagi pejabat atau badan- pendapat sendiri. Sedangkan menurut Benyamin badan administrasi negara untuk melakukan tin- (2001), diskresi didef inisikan sebagai kebebasan dakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada pejabat mengambil keputusan menurut pertim- undang-undang. bangannya sendiri. Dengan demikian, menurutnya
Di dalam melakukan tindakan Pejabat/Badan setiap pejabat publik memiliki kewenangan administrasi pemerintahan memiliki instrumen diskresi.
pemerintahan. Instrumen pemerintah yang dimak- Tujuan dari penggunaan diskresi oleh pejabat sudkan dalam hal ini adalah alat-alat atau sarana- pemerintahan yang berwenang berdasarkan sarana yang digunakan oleh pemerintah atau admi- ketentuan Pasal 22 Ayat (2) adalah sebagai berikut: nistrasi negara dalam melaksanakan tugas-tugas- (a) melancarkan penyelenggaraan pemerintahan; nya. Dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan (b) mengisi kekosongan hukum; (c) memberikan tersebut, pemerintah melakukan berbagai tindakan kepastian hukum; dan (d) mengatasi stagnasi pe- hukum dengan menggunakan berbagai instrumen merintahan dalam keadaan tertentu guna keman- yuridis dalam menjalankan kegiatan, mengatur dan faatan dan kepentingan umum.
menjalankan urusan pemerintahan dan kemasya- Diskresi dalam konteks diatas, Kemeterian ATR/ rakatan, seperti peraturan perundang-undangan, BPN sebagai alat administrasi negara mempuyai keputusan-keputusan, peraturan kebijaksanaan, kebebasan bertindak atau kebebasan mengambil perizinan, dan sebagainya (Ridwan HR, 2002:95) keputusan sesuai dengan pendapatnya sendiri
Kebijakan yang bersifat bebas ditetapkan dan (mandiri), siapa yang berhak menerima tanah- dijalankan oleh pejabat administrasi negara dalam tanah negara bekas hak, sesuai dengan urut-urutan rangka menyelesaikan suatu keadaan konkret yang prioritas, serta Kementerian ATR/BPN mempuyai pada dasarnya belum ada aturannya (tersamar) kewenangan interpertasi/tafsir terhadap keko- atau belum diatur dalam peraturan perundang- songan hukum dan/atau norma-norma yang tidak undangan. kebijakan pejabat administrasi negara jelas (tersamar), untuk menjamin kepastian hukum yang bersifat bebas tersebut perlu dituangkan dan kemanfaatan dan kepentingan umum terha- dalam suatu bentuk formal atau suatu format dap tanah-tanah negara berkas hak.
tertentu supaya dapat diberlakukan secara umum yang lazim disebut peraturan kebijakan. Menurut
2) Memasukan norma dalam undang-
Jimly Asshiddiqie (2004:25) peraturan kebijakan
undang
(beleid regels), adalah merupakan produk hukum Hukum Administrasi sebagai struktur norma yang lahir dari kewenangan mengatur kepentingan
hukum publik, sifatnya berantai dan bertingkat. umum secara mandiri atas dasar prinsip freies Artinya terhadap suatu urusan pemerintahan, ermessen (diskresi). normanya tidak hanya terdapat dalam suatu
Berdasarkan uraian diatas tentang penganturan undang-undang, tetapi bertebaran dalam berbagai tanah negara bekas hak yang haknya telah berakhir
162 Bhumi Vol. 2 No. 2 November 2016 di pandang perlu dirumuskan peraturan kebijakan
3) Jika hak atas tanah tidak diperpanjang atau sebagai perlindungan dan jaminan hukum kepada
tidak diperbaharui, otomatis hak atas tanah masyarakat, bekas pemegang hak dan penjabat
tersebut menjadi tanah negara, bekas peme- yang membuat keputusan. Apabila mengatur hanya
gang hak wajib tetap menjaga tanah yang hak prioritas cukup diatur dengan Peraturan
bersangkutan sebelum ditetapkan penerima kebijakan yang dapat dituangkan dalam Peraturan
atau pengguna tanah berikutnya. Sepanjang Menteri ATR/BPN. Apabila mengatur hak-hak
masih diperlukan bangunan dan benda-benda keperdataan seyogyanya diatur oleh undang-
lain yang ada diatas tanah kepada bekas undang, karena terkait dengan menghapus/
pemegang hak diberikan ganti rugi berupa mencaput hak-hak atas tanah sebagai perlindungan
uang. Penggantian dan ganti rugi dibebankan dan kepastian hukum kepada pemegang hak atas
kepada penerima hak atau pengguna tanah tanah. diatur secara komprehensif tentang tanah
berikutnya, atau dalam hal tanah bekas Hak negara bekas hak, seperti mengatur tanah negara
Guna Usaha tersebut diperuntukan bagi bebas, tanah negara bekas partikelir, tanah negara
kepentingan umum penggantian atau ganti rugi bekas hak Barat, tanah Kelebihan Maksimum dan
dimaksud dibebankan kepada instansi tanah absentee, Tanah timbul dan tanah reklamasi,
Pemerintah yang bersangkutan; tanah negara bekas hak. Masing-masing mempuyai
4) Untuk mencegah kosentrasi/monopoli tanah persoalan tersendiri yang belum selesai.
baik oleh swasta mapun pemerintah, juga Mempedomani Pasal 34 dan Pasal 40 UUPA ,
dipertimbangkan tentang reforma agraria/ dan Pasal 17, Pasal 18, Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37
redistribusi tanah bagi kalangan yang tidak PP No 40 Tahun 1996 tentang hapusnya HGU dan
memiliki tanah.
HGB, serta Kepres 32 Tahun 1979. Berdasarkan hal