Rasyid Ridha (1865-1935)
5. Rasyid Ridha (1865-1935)
Nama lengkapnya adalah Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsuddin bin Baha’uddin Al-Qalmuni Al-Husaini lebih dikenal dengan Rasyid Ridha. Lahir di Suriah pada tahun 1865 dan wafat tahun 1935. Ia dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga terhormat dan taat beragama. 20 Pendidikannya diawali dengan membaca Alqur’an, menulis dan berhitung di kampungnya, Qalamun, Suriah. Setelah lancar membaca dan menulis, Ridha masuk ke Madrasah ar-Rasyidiyah, yaitu sekolah milik pemerintah di kota Tripoli. Di sekolah itu ia belajar ilmu bumi, ilmu berhitung, ilmu bahasa, seperti nahwu dan saraf, dan ilmu- ilmu agama, seperti akidah dan ibadah. Hanya setahun ia belajar di sini, karena ternyata sekolah itu khusus diperuntukkan bagi mereka yang ingin menjadi pegawai pemerintah, sedangkan ia tidak berminat mengabdi untuk pemerintah. Ketika berumur 18 tahun, Ridha kembali melanjutkan studinya dan sekolah yang dipilihnya yaitu Madrasah al-Wataniyyah al-Islamiyyah yang didirikan Syekh Husain al-Jisr. Dibandingkan dengan Madrasah ar-Rasyidiyah, madrasah ini jauh
19 Sudarno Shobron, et al, Studi Kemuhammadiyahan…,hlm. 13-17. 20 Ada riwayat yang menyebutkan bahwa Muhammad Rasyid Ridha berasal dari keturunan Nabi
Muhammad SAW melalui garis keturunan Husein bin Ali bin Abi Talib. Itulah sebabnya ia memakai gelar sayyid.
36 Seri Studi Islam 36 Seri Studi Islam
Selain belajar, Ridha juga tekun mengikuti berita perkembangan dunia Islam melalui surat kabar al- `Urwah al Wutsqa. Melalui surat kabar ini Ridha mengenal gagasan dua tokoh pembaharu yang sangat dikaguminya, yaitu al-Afghani dan Abduh. Ide-ide pembaruan yang dikumandangkan oleh kedua tokoh itu melalui surat kabar al-`Urwah al- Wutsqasangat berkesan dalam diri Ridha dan menimbulkan keinginan yang kuat di hatinya untuk bergabung dan berguru pada keduanya. Pertemuan dan dialog-dialog antara Ridha dan Abduh di Beirut, semakin menumbuhkan semangat juang dalam dirinya untuk melepaskan umat Islam dari belenggu keter- belakangan dan kebodohannya. Setelah Abduh diizinkan kembali ke Mesir, Ridha mengusulkan kepada Abduh untuk menerbitkan sebuah majalah yang akan menyiarkan ide-ide dan pemikirannya, yaitu majalah al-Manar. Dalam terbitan perdananya dijelaskan bahwa tujuan al-Manar sama dengan al- `Urwah al- Wusqa, yaitu untuk memajukan umat Islam dan menjernihkan ajaran Islam dari segala paham yang menyimpang. Ide-ide pembaruan penting yang dibawa Ridha adalah sebagai berikut:
a. Dalam Bidang Agama.
Ridha berpendapat bahwa umat Islam lemah karena mereka tidak lagi mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang murni seperti yang dipraktekkan pada masa Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya, melainkan ajaran-ajaran yang bercampur dengan bidah dan khurafat. Selanjutnya ia menegaskan, jika umat Islam ingin maju, mereka harus kembali berpegang kepada Alqur’an dan sunah Rasulullah s.aw. dan tidak terikat dengan pendapat-pendapat utama terdahulu yang tidak lagi sesuai dengan tuntutan hidup modem. Lebih jauh, Ridha membedakan antara masalah peribadatan (yang berhubungan dengan Tuhan) dan masalah muamalah (yang berhubungan dengan manusia). Yang pertama telah tertuang dalam teks Alqur’an yang qath`i(jelas dan pasti) dan hadis mutawatir. Menurutnya, untuk hal yang kedua ini akal dapat digunakan sepanjang tidak menyimpang dari prinsip-prinsip dasar ajaran Islam. Ridha kemudian menyoroti paham fatalisme yang menyelimuti umat Islam waktu itu. Menurut Ridha, ajaran Islam sebenamya mengandung paham dinamika, bukan fatalisme. Paham dinamika inilah yang membuat
Seri Studi Islam 37 Seri Studi Islam 37
b. Dalam Bidang Pendidikan.
Ridha seperti gurunya, Muhammad Abduh, dimana beliau sangat menaruh minat terhadap pendidikan. Menurutnya, umat Islam hanya dapat maju apabila menguasai bidang pendidikan. Oleh karena itu, ia selalu mengimbau dan mendorong umat Islam untuk menggunakan kekayaannya bagi pembangunan lembaga-lembaga pendidikan. Menurut Rida, membangun lembaga pendidikan lebih bermanfaat daripada membangun masjid, karena masjid tidak memiliki arti manakala pengunjungnya hanyalah orang-orang bodoh. Sebaliknya, lembaga pendidikan akan dapat menghapuskan kebodohan dan pada gilirannya membuat umat menjadi maju dan makmur. Usaha yang dilakukannya di bidang pendidikan adalah membangun sekolah Islam dengan tujuan utama untuk mencetak kader-kader mubalig yang tangguh. Sekolah tersebut didirikan pada tahun 1912 di Cairo dengan nama Madrasah ad-Da’wah wa al-Irsyad. Di sekolah tersebut diajarkan ilmu agama, seperti Alqur’ an, tafsir, akhlak dan hikmah at-tasyri ` (hikmah ditetapkannya syariat), bahasa Eropa, dan ilmu kesehatan. Setelah itu, Ridha mendapat undangan dari pemuka Islam India untuk mendirikan lembaga yang sama di sana.
c. Dalam Bidang Politik.
Aktivitas politik Ridha antara lain menjadi Presiden Kongres Suriah pada sahun 1920, sebagai delegasi Palestina-Suriah di Jenewa sahun 1921, sebagai anggota Komite Politik di Cairo tahun 1925, dan menghadiri Konferensi Islam di Mekah sahun 1926 dan di Yerusalem sahun 1931. Ide-idenya yang penting di bidang politik adalah antara lain:
1) Ukhuwah Islamiah (persaudaraan Islam). Ia melihat salah satu penyebab kemunduran umat Islam ialah perpecahan yang serjadi di kalangan mereka. Untuk itu, ia menyeru umat Islam agar bersatu kembali di bawah satu keyakinan, satu sistem moral, satu sistem
38 Seri Studi Islam 38 Seri Studi Islam
2) SistemKhilafah.Negarayang diinginkanRidhabukanseperti di Barat, melainkan negara dalam bentuk khilafah (kekhalifahan) seperti pada masa al-Khulafa’ ar-Rasyidun. Khalifah haruslah seorang mujtahid dan dalam menjalankan pemerintahannya, ia dibantu oleh para ulama. Hanya dengan sistem khilafah, ukhuwah Islamiah dapat diwujudkan.Dalambukunyaal-Khilafah, Ridha menjelaskan secara panjang lebar mengenai khilafah, antara lain disebutkan bahwa fungsi khalifah adalah menyebarkan kebenaran, menegakkan keadilan, memelihara agama, dan bermusyawarah mengenai masalah-masalah yang tidak dijelaskan dalam nash. Khalifah bertanggung jawab atas segala tindakannya di bawah pengawasan ahl al-hall wa al- `aqd yang anggota-anggotanya terdiri atas para ulama dan pemuka-pemuka masyarakat. Tugas ahl al-hall wa al- `aqd, selain mengawasi jalannya roda pemerintahan, juga mencegah serjadinya penyelewengan oleh khalifah. Lembaga ini berhak menindak khalifah yang berbuat zalim dan sewenang-wenang. 21