ERA ORDE LAMA

C. ERA ORDE LAMA

1. Periode A.R.Sutan Mansyur (1952-1959)

KH. AR. Sutan Masyur 7 dipilih sebagai ketua pada Muktamar Muhammadiyah XXXIII di Purwokerto. Sebenarnyan beliau tidak

7 Ahmad Rasyid Sutan Mansur atau lebih dikenal sebagai AR Sutan Mansur lahir di Maninjau, Sumatera Barat, 15 Desember 1895 – meninggal 25 Maret 1985 pada umur 89 Selain mendapatkan gemblengan agama, dia juga mendapatkan pendidikan formal. Adapun pendidikan formal didapat sejak tahun 1902 saat menimba ilmu di Tweede Class School (sekolah kelas dua), juga di Maninjau, hingga tahun 1909.

Kemudian atas rekomendasi dari controlleur Maninjau, Sutan Mansur melanjutkan pendidikan ke Kweekschool (sekolah guru) di kota Bukitinggi. Akan tetapi karena sejak awal Sutan Mansur sudah berkeinginan bersekolah di Mesir, maka dia memutuskan untuk belajar ilmu agama terlebih dahulu kepada H Abdul Karim Amrullah, ayahanda Buya Hamka.

Seri Studi Islam 145 Seri Studi Islam 145

Beberapa keputusan penting yang diambil pada masa jabatan beliau antara lain:

a) Tahun 1955 sidang tanwir di Pekajangan antara lain membicarakan pokok-pokok konsepsi negara Islam.

b) Tahun 1956 sidang tanwir di Yogyakarta antara lain memutuskan:

1. Muhammadiyah tetap Muhammadiyah. Muhammadiyah bergerak dalam bidang kemasyarakatan. Masalah-masalah politik diserahkan kepada partai Masyumi.

2. Anggota-anggota Muhammadiyah yang akan aktif di bidang politik dianjurkan supaya masuk partai politik Islam.

3. Disepakati bersama oleh PP. Muhammadiyah dengan DPP Masyumi, bahwa keanggotaan istimewa adalah tidak wajar dan secara perlahan dan tidak menggocangkan akan dihapus

4. Perlu dipelihara hubungan baik antara Muhammadiyah dengan Masyumi.

5. Pada Muktamar Muhammadiyah XXXIII di Palembang tahun 1956 juga diputuskan khittah palembang, yang isinya: 1) menjiwai pribadi anggota dengan iman, ibadah, akhlak, dan ilmu pengetahuan, 2) melaksanakan Uswah hasanah (teladan yang baik), 3) mengutuhkan orgabisasi dan merapikan administrasi, 4) memperbanyak dan mempertinggi mutu amal, 5) mempertinggi mutu anggota dan membentuk kader, 6) mempererat ukhuwah antara sesama kaum muslimin, 7) menuntun penghidupan anggota.

146 Seri Studi Islam

2. Periode KH.M. Yunus Anis (1959-1962)

Pada era Yunus Anis 8 ,negara Indonesia sedang berada dalam kegoncangan sosial dan politik, sehingga langsung atau tidak langsung mempengaruhi gerak perjuangan Muhammadiyah. Dalam rangka mengatasi berbagai kesulitan, akhiranya mampu merumuskan suatu pedoman penting berupa Kepribadian Muhammadiyah. Dengan kepribadian Muhammadiyah bisa menempatkan kembali kedudukanya sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar dalam bidang kemasyarakatan.

3. Periode KH.Ahmad Badawi (1962-1968)

Kesulitan yang dihadapi Muhammadiyah belum habis, terutama disebabkan oleh kegiatan partai Komunis Indonesia yang semakin keras dan berani, sehingga di beberapa tempat Muhammadiyah mengalami kesulitan. Di mana-mana seluruh kekuatan rakyat Indonesia sibuk mengikuti gerak revolusi yang tidak menentu di bawah kekuasaan tunggal soekarn, yang pada akhirnya disusul dengan kup komunis pada tahun 1965. pada saat itu seuruh barisan orde baru, termasuk

di dalamnya Muhammadiyah, ikut tampil memberantas komunisme beserta segenap kekautanya. Dengan tandas KH. Ahmad Badawi 9

8 Putra sulung sembilan bersaudara dari pasangan Haji Muhammad Anis dan Siti Saudah ini lahir di Kauman tanggal 3 Mei 1903. Persis seperti pengakuan yang tertuang dalam Surat Kekancingan dari Sriwandowo Tepas Dwara Putra Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat tahun 1961, Yunus Anis tercatat sebagai keturunan ke-18 dari Raja Brawijaya V. Dengan demikian, berhak pula menyandang gelar Raden. Pendidikan formalnya dimulai di Sekolah Rakyat Muhammadiyah Yogyakarta, kemudian dilanjutkan di Sekolah Al-Atas dan Sekolah Al-Irsyad, Batavia (Jakarta) yang dibimbing oleh Syekh Ahmad Syurkati, kawan karib KH Ahmad Dahlan. Pendidikan yang diterima di sekolah tersebut membawa dirinya tampil sebagai muballigh yang tangguh. Tamat dari pendidikan formalnya, Yunus Anis mengaktifkan diri sebagai muballigh sesuai pengetahuan agama yang diperolehnya

9 Penasihat Pribadi Presiden Soekarno dibidang agama (1963) ini lahir di Kauman Yogyakarta, pada tanggal 5 Februari 1902 sebagai putra ke-4. Ayahnya, K.H. Muhammad Fakih (salah satu Pengurus Muhammadiyah pada tahun 1912 sebagai Komisaris), sedangkan ibunya bernama Nyai Hj. Sitti Habibah (adik kandung K.H. Ahmad Dahlan). Jika dirunut silsilah dari garis ayah, maka Ahmad Badawi memiliki garis keturunan dengan Panembahan Senopati.

Usia kanak-kanaknya dilalui dengan belajar mengaji pada ayahnya sendiri. Pada tahun 1908-1913 menjadi santri di Pondok Pesantren Lerab Karanganyar, untuk belajar tentang nahwu dan sharaf. Pada tahun 1913-1915 ia belajar kepada K.H. Dimyati di Pondok Pesantren Termas, Pacitan. Di

Seri Studi Islam 147 Seri Studi Islam 147

Beliau dipilih dalam muktamar ke 35 di jakarta tahun 1962 dan muktamar ke 36 di bandung tahun 1965 sebagai formatur tunggal. Pada masa jabatan beliau ini, Muhammadiyah mengalami ujian berat karena Muhammadiyah harus berjuang keras untuk mempertahankan eksistensinya agar tidak dibubarkan. Sebagaimana diketahui pada masa itukehidupan politik Indonesia didominasi oleh PKI dan Bung Karno, presiden RI banyak memberi angin kepada PKI. Pada masa itu, PKI dengan seluruh ormas mantelnya berusaha menekan partai-partai Islam khususnya Masyumi dan kebetulan Muhammadiyah termasuk salah satu pendukung Masyumi. Karena itu eksistensi Muhammadiyah juga ikut terancam. Namun demikian berkat usaha keras beliau bersama pimpinan Muhammadiyah, Allah masih melindungi Muhammadiyah.