Muhammad Ibn Abdul Wahhab (1730-1791)
2. Muhammad Ibn Abdul Wahhab (1730-1791)
Dalam dunia pembaharuan Islam nama Abdul Wahab sudah tidak asing lagi. Sosok pembaharu yang mempunyai nama lengkap Muhammad Ibn Abdul Wahhab Ibn Sulayman Ibn Ali Ibn Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rashid al-Tamimi. Dilahirkan di Uyaynah pada 1730 M/1115 H. Ayah dan kakeknya adalah ulama terkenal di Najd. Dari ayahnya ia memperoleh pendidikan di bidang keagamaan dan mengembangkan minatnya di bidang tafsir, hadis, dan hukum mazhab Hanbaliyah. Untuk rneningkatkan pengetahuannya ia banyak melakukan pejalanan mencari ilmu. Ia juga membaca karyakarya Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim al- Jauziyah, sehingga ia benar-benar menjadi seorang ulama, ahli hukum dan pembaharu ternama. Dan proses pembaharuannya dimulai dengan banyak
7 Sudarno Shobron, et al, Studi Kemuhammadiyahan…,hlm. 4-7.
28 Seri Studi Islam 28 Seri Studi Islam
adalah sebagai berikut:
a. Pembaharuan Tauhid. Muhammad Ibn Abdul Wahhab 8 dan orang-orang yang mengikuti ide-
idenya membedakan tauhid menjadi tiga macam; tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid al-asma’ wa al-sifat. 9 Tujuan utama
ajaran Syekh Abdul Wahhab adalah memurnikan tauhid umat yang sudah tercemar. Untuk itu, beliau sangat serius dalam memberantas bid’ah, khurafat dan takhyul (TBC) yang berkembang di tengah- tengah umat. Beliau menentang pemujaan terhadap orang-orang suci, mengunjungi tempat-tempat keramat untuk mencari berkah. Beliau menganggap bahwa segala objek pemujaan, kecuali terhadap Allah SWT, adalah palsu. Menurut beliau, mencari bantuan dari siapa saja, kecuali dari Allah SWT, ialah syirk. Baik dan buruk berasal dari Allah dan manusia tidak bebas berkehendak. Wahhab tidak mempercayai superioritas ras, superioritas atau inferioritas tergantungpada ketaqwaanpada Allah.Tauhiduluhiyahdipandangsebagai tauhid amali. Tauhid ini didasarkan atas rukun Iman. Yang termasuk dalam tauhid ini adalah semua bentuk ibadah harian, keyakinan dan tindakan iman serta perjuangan dengan penuh kecintaan, ketaqwaan, harapan dan kepercayaan pada Allah. 10
1) Anti Tawassul. Menurutnya, ibadah adalah cara manusia berhubungan dengan Tuhan. Usaha mencari perlindungan kepada batu, pohon dan sejenisnya merupakan perbuatan syirik. Demikian juga bertawassul kepada orang yang sudah mati atau kuburan orang suci sangat
8 Sebenarnya, beliau bersama pengikutnya lebih senang menamakan kelompoknya dengan al- Muwahhidun (pendukung tauhid). Namun orang-orang Eropa dan lawan-lawan politiknya menisbatkan nama ‘Wahabi’ untuk menjuluki beliau dan gerakan yang dipimpinnya
9 Pembagian istilah ini memang sangat dikenal dikalangan ulama’ salaf. 10 Sudarno Shobron, et al, Studi Kemuhammadiyahan…,hlm. 8
Seri Studi Islam 29 Seri Studi Islam 29
2) Sumber syari’ah Islam:Alqur’an dan Sunnah. Menurutnya, al-Qur’ an adalah firman Allah yang tak tercipta, yang diwahyukan pada Muhammad melalui malaikat Jibril; ia merupakan sumber paling penting bagi syari’ah. Ia hanya mengambil keputusan berdasarkan ayat-ayat muhkamat dan tidak berani mempergunakan akal dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat. Maka, ia menyarankan agar kaum Muslim mengikuti penafsiran al-Qur’an generasi al-salaf al-salih. Sementara itu, Sunnah Nabi adalah sumber terpenting kedua. Sedangkan ijma adalah sumber ketiga bagi syari’ ah dalam pengertian terbatas; ia hanya mempercayai ijma yang berasal dari tiga abad pertama Islam, karena hadis yang memuat Sunnah Nabi sebagai jawaban atas setiap masalah, dikembangkan Muslim selama 3 abad pertama. Ia menolak ijma dari generasi belakangan. Oleb karena itu, menurutnya semua komunitas Muslim dapat melakukan kesalahan dalam menyusun hukum-hukum secara independen melalui proses ijma. Wahhab memilih mengikuti hadis yang otentik daripada pendapat para ulama yang menjadi idolanya sekalipun seperti Ahmad Ibn Hanbal, Ibn Taimiyah dan Ibnul Qayyim. Jadi, ia percaya bahwa hukum Islam dan dinamika kehidupan Muslim akan tetap hidup dengan menekankan pentingnya ijtihad terhadap al-Qur’an dan Sunnah. Namun demikian, ia tidak keberatan bagi siapapun untuk mengikuti salah satu dari empat mazhab asalkan sesuai dengan al-Qur’ andan Sunnah.
3) Pentingnya negara dalam memberlakukan syari’ah secara paksa.
Negara yang otoritas tertinggi ada di tangan khalifah atau imam harus bertindak atas dasar saran ulama dan komunitasnya. Jika seseorang menjadi khalifah dengan konsensus komunitas Muslim, maka ia harus ditaati. Ia juga memandang sah upaya penggulingan khalifah yang tidak kompeten oleh Imam yang kompeten melalui kekerasan dan paksaan. Namun demikian, khalifah yang tidak kompeten tetap harus dipatuhi sepanjang ia melaksanakan syari’
ah dan tidak menentang ajaranajaran al-Qur’an dan sunnah. Wahhab
30 Seri Studi Islam 30 Seri Studi Islam