NASYIATUL AISYIYAH
D. NASYIATUL AISYIYAH
1. Akar Sejarah
Gagasan mendirikan Nasyiatul Aisyiyah (NA) sebenarnya bermula dari ide Somodirdjo, seorang guru Standart School Muhammadiyah. Dalam usahanya untuk memajukan Muhammadiyah, ia
Muhammadiyah akan sangat terdorong dengan adanya peningkatan mutu ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada para muridnya, baik dalam bidang spiritual, intelektual maupun jasmaninya. Gagasan Somodirdjo ini digulirkan dalam bentuk menambah pelajaran praktek kepada para muridnya, dan diwadahi dalam kegiatan bersama. Dengan bantuan Hadjid, seorang kepala guru agama di Standart School Muhammadiyah, maka pada tahun 1919 Somodirdjo berhasil mendirikan perkumpulan yang anggotanya terdiri dari para remaja putra-putri siswa Standart School Muhammadiyah. Perkumpulan tersebut diberi nama Siswa Praja (SP). Tujuan dibentuknya Siswa Praja adalah menanamkan rasa persatuan, memperbaiki akhlak, dan memperdalam agama.
Pada tahun 1923, SP Wanita mulai diintegrasikan menjadi urusan Aisyiyah. Selanjutnya pada tahun 1924, SP Wanita mampu mendirikan Bustanul Athfal, yakni suatu gerakam untuk membina anak-anak yang berumur 4-5 tahun. Pelajaran pokok yang diberikan adalah dasar-dasar keIslaman pada anak-anak. SP Wanita juga menerbitkan buku nyanyian berbahasa Jawa dengan nama Pujian Siswa Praja. Pada tahun 1926, kegiatan SP Wanita sudah menjangkau cabang-cabang di luar Yogyakarta. Dan pada tahun 1929, Konggres Muhammadiyah yang ke-18 memutuskan bahwa semua cabang Muhammadiyah diharuskan mendirikan SP Wanita dengan sebutan Aisyiyah Urusan Siswa Praja. Pada tahun 1931 dalam Konggres Muhammadiyah ke-20 di Yogyakarta diputuskan semua nama
5 Lihat Anggaran Dasar Pemuda Muhammadiyah BAB II Asas, Maksud, Tujuan dan Usaha, pasal 4
118 Seri Studi Islam 118 Seri Studi Islam
Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 1963 diputuskan status otonom untuk NA. Di bawah kepemimpinan Majelis Bimbingan Pemuda, NA yang saat itu diketuai oleh Siti Karimah mulai mengadakan persiapan musyawarah pertama di Bandung. Dengan didahului mengadakan konferensi di Solo, maka NA berhasil dengan munas pertamanya pada tahun 1965 bersama-sama dengan Muktamar Muhammadiyah dan Aisiyah di Bandung.
2. Prinsip Organisasi
Nasyiatul Aisyiyah adalah organisasi otonom dan kader Muhammadiyah yang merupakan gerakan putri Islam yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan dan keputrian. Tujuannya terbentuknya putri Islam yang berarti bagi keluarga, bangsa dan agama menuju tenwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan dengan usaha-usaha sebagai berikut :
1. Menanamkan Al-Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadis sesuai dengan jiwa Muhammadiyah kepada anggota-anggotanya sebagai dasar pendidikan dan pedoman berjuang.
2. Meningkatkan pendidikan bagi anak-anak dan kaum remaja maupun anggota Nasyiatul Aisyiyah untuk membentuk kepribadian muslim sehingga menjadi uswah hasanah bagi kehidupan masyarakat
3. Mendidik anggota-anggotanya untuk menjadi mubalighot yang baik.
4. Meningkatkan fungsi dan peran Nasyiah sebagai pelopor pelangsung dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah.
5. Mendidik dan membina kader-kader pimpinan untuk kepentingan agama, organisasi dan masyarakat ke arah sumber daya manusia yang lebih berkualitas.
6. Mendidik anggota-anggotanya untuk mengembangkan ketrampilan dan keaktifannya sebagai seorang putri Islam serta mengamalkannya sesuai tuntunan Islam.
7. Mengembangkan jiwa wirausaha dan kegiatan pengembangan ekonomi untuk mewujudkan kekuatan ekonomi umat yang tangguh.
Seri Studi Islam 119
8. Menggerakkan usaha-usaha penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran akan nilai- nilai moral, hak asasi manusia, demokrasi, hukum dan perdamaian dengan pesan luhur ajaran Islam.
9. Meningkatkan kegiatan keilmuan yang berkelanjutan untuk mengembangkan tradisi ilmiah di kalangan anggota, umat, dan masyarakat.
10. Mengembangkan usaha-usaha pencerahan dan pemberdayaan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
11. Membina ukhuwah Islamiyah dan meningkatkan dakwah amar makruf nahi munkar
12. Mengembangkan kerja sama dengan berbagai pihak yang mengarah pada perdamaian kebaikan, ketaqmaan dan menuju terwujudnya tata kehidupan rahmatan lil ‘alamin. 6