Peraturan mengenai Peningkatan Nilai Tambah Mineral

n. Peraturan mengenai Peningkatan Nilai Tambah Mineral

Pada tanggal 6 Februari 2012, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (“MESDM”) menerbitkan Peraturan No. 7 Tahun 2012 ( “PerMen No. 7/2012”) mengenai Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui Pengolahan Mineral dan Proses Pemurnian. Peraturan ini merupakan peraturan implementasi PP No. 23.

Berdasarkan PP No. 23/2010 dan PerMen No. 7/2012, logam mineral tertentu, termasuk nikel dan emas, dianggap sebagai komoditas pertambangan yang nilainya dapat meningkat melalui proses pengolahan dan/atau kegiatan pemurnian. Dengan demikian, nikel harus diproses dan/atau dimurnikan di dalam negeri sesuai dengan batasan minimum yang ditetapkan dalam PerMen No. 7/2012.

PerMen No. 7/2012 juga melarang perusahaan pertambangan untuk menjual bijih mineral keluar negeri mulai tanggal 6 Mei 2012 dan mewajibkan pemegang IUP operasi produksi yang telah berproduksi sebelum tanggal berlakunya PerMen No. 7/2012 untuk melakukan penyesuaian rencana batasan minimum pengolahan dan pemurnian.

Pada tanggal 11 Mei 2012, MESDM menerbitka n Peraturan No. 11 Tahun 2012 (“PerMen No. 11/2012”) yang merupakan amandemen atas PerMen No. 7/2012. PerMen No. 11/2012 ini menegaskan bahwa pemegang IUP dan IUPK dapat melakukan ekspor bijih/bahan mentah setelah memperoleh rekomendasi dari MESDM, apabila telah memenuhi seluruh persyaratan

yang ditetapkan, dan akan dikenakan Bea Keluar berdasarkan Harga Patokan Ekspor.

n. Peraturan mengenai Peningkatan Nilai Tambah Mineral (lanjutan)

Pemerintah Republik Indonesia juga menerbitkan sejumlah peraturan-peraturan terkait Bea Keluar, yaitu, antara lain, Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 29/M DAG/PER/5/2012 tanggal 7 Mei 2012 tentang Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan, Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 33/M-DAG/PER/5/2012 tanggal 28 Mei 2012 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Ekspor atas Produk Pertambangan yang Dikenakan Bea Keluar, Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 34/M- DAG/PER/5/2012 Tanggal 28 Mei 2012 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor atas Produk Pertambangan yang Dikenakan Bea Keluar, Peraturan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara No. 574.K/30/DJB/2012 tanggal 11 Mei 2012 tentang Ketentuan Tata Cara dan Persyaratan Rekomendasi Ekspor Produk Pertambangan dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 75/PMK.011/2012 tanggal 16 Mei 2012 tentang Penetapan Barang Ekspor Yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar.

Sesuai dengan peraturan-peraturan yang sebutkan di atas, kegiatan ekspor komoditas bijih nikel dan bauksit Perusahaan sepanjang tahun 2012 dan 2013 dilakukan setelah mendapatkan surat persetujuan ekspor yang diterbitkan oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batubara.

Pada tanggal 6 Agustus 2013, MESDM menerbitkan Peraturan No. 20 Tahun 2013 ( “PerMen No. 20/2013”). Peraturan ini menegaskan kembali keputusan Pemerintah mengenai larangan ekspor atas bijih/bahan mentah yang tidak diproses sesuai dengan ketentuan minimum yang ditetapkan dalam PerMen No. 20/2013.

Pada tanggal 11 Januari 2014, Pemerintah menerbitkan PP No. 1 Tahun 2014 sebagai perubahan kedua atas PP No. 23 tahun 2010. Untuk melaksanakan PP No. 1 tahun 2014, pada tanggal yang sama, MESDM juga menerbitkan Peraturan No. 1 Tahun 2014 ( “PerMen No. 1/2014”) untuk menggantikan PerMen No. 7/2012 dan PerMen No. 20/2013. Berdasarkan

PerMen No. 1/2014, emas, nikel dan bauksit yang belum diproses termasuk dalam kategori mineral yang tidak boleh diekspor terhitung sejak tanggal 12 Januari 2014.

Sesuai dengan peraturan-peraturan yang diungkapkan di atas, tidak ada penjualan ekspor bijih nikel terhitung sejak 12 Januari 2014.

Pada tanggal 13 Januari 2014, Menteri Perdagangan menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 04/M-DAG/PER/1/2014 tentang Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan Hasil Pengol ahan dan Pemurnian (“Permendag No. 04/2014”). Permendag No. 04/2014 antara lain mengatur bahwa eksportir produk pertambangan hasil pengolahan dan pemurnian termasuk feronikel, alumina dan emas harus terlebih dahulu mendapatkan pengakuan sebagai ET (“Eksportir Terdaftar”) Produk Pertambangan. Berdasarkan surat Menteri

Perdagangan Republik Indonesia No. 4/DAGLU/ET-PPHPP/2/2014 tanggal 18 Februari 2014 tentang Pengakuan Sebagai Eksportir Terdaftar Produk Pertambangan Hasil Pengolahan dan Pemurnian (“ET-PPHPP”), Perusahaan telah mendapatkan persetujuan untuk mengekspor produk pertambangan berupa emas, perak, feronikel dan chemical grade alumina.