MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA

D. MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA

Perlunya PT melaksanakan suatu manajemen mutu terpadu, termasuk di dalamnya Sistem Jaminan Mutu Pendidikan untuk menjamin agar mutu pendidikan di suatu PT dapat dipertahankan dan ditingkatkan sesuai dengan yang direncanakan/dijanjikan. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang fleksibel dan dinamis agar memungkinkan setiap perguruan tinggi untuk berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing dan tuntutan eksternal yang dihadapinya.

Di era kontemporer ini banyak ditemukan model manajemen dan pembelajaran pendidikan. Munculnya beberapa model tersebut disebabkan oleh kemajuan teknologi dan perkembangan zaman yang semakin menonjolkan sisi modernitasnya. Sehingga dengan demikian manajemen dan pembelajaran dituntut untuk terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan manusianya. Salah satu model manajemen pendidikan yang telah banyak mengejutkan para praktisi pendidikan adalah munculnya manajemen pendidikan berbasis industri. Pengelolaan model ini mengedepankan kualitas mutu institusi pendidikan sebagaimana mutu yang diandalkan dalam sebuah perusahaan. Penerapan manajemen pendidikan ini lebih populer disebut dengan istilah Total Quality Education (TQE). Adapun dasar yang digunakan dalam pengembangan manajemen seperti ini adalah Total Quality Management (TQM) yang pada mulanya diterapkan pada dunia bisnis, kemudian dikembangkan dan diterapkan dalam dunia pendidikan.

Secara filosofis manajemen pendidikan seperti ini menekankan pada kepuasan pelanggan, layaknya sebuah perusahaan yang selalu mengutamakan kepuasan pelanggan (customer). Yakni, institusi memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pelayanan yang diberikan kepada pelanggan tentunya haruslah bermutu sehingga dapat memuaskan pelanggan. Dengan demikian institusi selalu dituntut untuk memperbaiki kualitas mutu pendidikan demi tercapainya mutu yang baik dan kepuasan pelanggan. Pelanggan menurut Ali Riyadi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pelanggan dalam (internal customer) dan pelanggan luar (external customer). Yang termasuk pelanggan dalam di dunia pendidikan adalah pengelola institusi pendidikan seperti dosen, staff dan penyelenggara institusi. Adapun pelanggan luarnya adalah mayarakat (pelajar/mahasiswa), pemerintah, dunia pendidikan, dunia usaha dan dunia industri. Jadi, suatu institusi pendidikan dikatakan bermutu apabila kepuasan pelanggan dalam dan pelanggan luar telah terpenuhi. Untuk memposisikan institusi pendidikan sebagai industri jasa ilmu pengetahuan, maka harus memenuhi standar mutu Total Quality Management, serta harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.

Gambar 8. Fungsi Total Quality Managemen (TQM) dalam organisasi

Secara operasional mutu dapat ditentukan oleh lima faktor, yaitu:

1. Terpenuhinya semua spesifikasi yang telah ditetapkan dan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa. Menurut Edward Sallis (2011: 7) yang pertama dapat disebut quality infect (mutu sesungguhnya) dan kedua disebut quality in perception (mutu persepsi).

Dalam dunia pendidikan quality infect dapat diukur dengan kemampuan dasar yang dikuasai oleh peserta didik dan kualifikasi akademik lulusan institusi pendidikan terkait. Sedangkan quality in perception dapat diukur dengan kepuasan dan bertambahnya minat pelanggan eksternal terhadap lulusan dari institusi pendidikan tersebut.

Selanjutnya dalam operasi Total Quality Management in Education perlu diperhatikan beberapa hal pokok sebagai konsep yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Adapun hal-hal yang pokok tersebut adalah perbaikan secara terus menerus (continuous improvement). Konsep ini mengandung pengertian bahwa pihak pengelola pendidikan hendaknya senantiasa mengadakan perbaikan-perbaikan guna tercapainya mutu pendidikan yang benar-benar berkualitas sebagaimana yang diharapkan. Adapun perbaikan tersebut membutuhkan introspeksi agar setiap kesalahan yang didapat dalam perjalanannya diketahui dan kemudian terus diperbaiki.

2. Menentukan standar mutu (quality assurance). Ini merupakan konsep mendasar untuk menentukan apakah pendidikan dikatakan bermutu atau tidak tergantung pada standar mutu yang telah ditentukan oleh pihak pengelola institusi pendidikan. Penentuan standar mutu harus memenuhi seluruh aspek yang terdapat dalam pendidikan, mulai dai tujuan hingga pada kurikulum pendidikan yang digunakan dalam institusi tersebut. Selain itu juga perlu ditentukan standar evaluasi yang bisa dijadikan sebagai alat untuk mancapai kemampuan dasar pada peserta didik. Dan standar mutu proses pembelajaran di sini juga harus menjadi perhatian besar bagi pengelola pendididikan. Seperti, model pembelajaran yang digunakan. Menurut Dr. A. Ali Riyadi minimal memenuhi beberapa karakteristik, yaitu menggunakan pendekatan pembelajaran aktif (student active learning), pembelajaran koperatif dan kolaboratif, pembelajaran konstuktif, dan pembelanjaran tuntas (mastery learning).