76 Dari hasil kuesioner yang telah disebar, tingkat pendidikan pedagang
kaki lima terlihat paling banyak adalah SD yaitu sebanyak 42 diikuti pedagang yang berpendidikan SMP yaitu sebanyak 22 kemudian tingkat pendidikan SMA
dan yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali sebanyak 18. Sedangkan pedagang yang mempunyai pendidikan setingkat perguruan tinggi menurut hasil
kuesioner adalah tidak ada. Tingkat pendidikan yang hanya setingkat SD maupun SMP atau bahkan
tidak pernah sekolah sama sekali adalah sesuai dengan ciri-ciri dari sektor informal yaitu salah satunya adalah berpendidikan rendah. Rendahnya tingkat
pendidikan menunjukkan bahwa usaha dalam sektor informal yang tidak membutuhkan keahlian dan ketrampilan khusus Wirosardjono dalam Sari,
2003:27. Banyaknya pedagang yang berpendidikan rendah bahkan ada yang tidak
pernah mengenyam pendidikan formal menyebabkan terjadinya penyimpangan- penyimpangan dalam memahami peraturan pemerintah. Misalkan menempati
lokasi berdagang yang seharusnya tidak diperbolehkan, berjualan diluar waktu yang telah ditentukan serta sarana berdagang yang lebarnya melebih ketentuan
yang diperbolehkan.
4.1.3 Asal Pedagang
Sementara dilihat dari daerah asal pedagang kaki lima yang menjadi amatan penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengungkapkan bahwa
mereka berasal dari kota Pemalang 86 . Sementara sisanya 14 pedagang kaki lima mengatakan berasal dari luar kota Pemalang. Pedagang kaki lima yang
77 berasal dari luar kota Pemalang berasal dari kecamatan yang berada di sekitar
Kabupaten Pemalang. Namun juga ada beberapa pedagang yang mengaku berasal dari Kabupaten di luar Kabupaten Pemalang seperti Bandung, Lamongan,
Pekalongan dan Tegal. Meskipun demikian, pedagang yang berasal dari luar kota Pemalang telah menetap di kota Pemalang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat asal
pedagang pada tabel IV.3 berikut ini:
TABEL IV.4 DAERAH ASAL PEDAGANG KAKI LIMA
Asal Pedagang LOKASI
Dalam Kota
Luar Kota
Jumlah
Veteran 10
10
Sirandu 5
1 6
Re Martadinata 5
2 7
Mulyoharjo 4
2 6
Alun-Alun 16
1 17
Kenanga 3
1 4
Jumlah 43
7 50
Persentase 86
14 100
Sumber: Data primer diolah, 2005
Dari hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa pada lokasi Jalan RE
Martadinata, pedagang yang berasal dari luar kota telah menjadi penduduk kota Pemalang selama lebih dari belasan tahun. Sedangkan pada lokasi alun-alun
pedagang yang berasal dari luar kota baru memulai usaha belum lama. Namun saat ini telah memiliki tempat tinggal yang dekat dengan tempat usahanya di
Alun-alun. Pada lokasi Lapangan Sirandu PKL yang mengaku dari luar kota adalah dari Ulujami, setiap hari berangkat dari tempat tinggalnya dengan
menggunakan kendaraan umum. Karena sebagian besar responden PKL berasal dari Kota Pemalang itu sendiri, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan usaha
78 kaki lima merupakan salah satu alternatif pilihan bagi warga Kota Pemalang
khususnya sebagai mata pencaharian utama.
4.1.4 Jumlah Pekerja
Kegiatan usaha kaki lima mampu memberikan lapangan pekerjaan tidak hanya bagi pedagang kaki lima sendiri tetapi juga tenaga kerja yang membantu
kegiatan pedagang kaki lima. Pada umumnya pedagang kaki lima memiliki jumlah pekerja sekitar 1-2 orang 72 , mereka adalah selain dirinya sendiri juga
dibantu seorang pembantu, baik istri, suami, anak, saudara ataupun pekerja yang diupah. Pedagang kaki lima yang menggunakan tenaga kerja dengan jumlah 3-5
orang sebesar 24. Sedangkan pedagang kaki lima yang menggunakan tenaga kerja lebih dari 5 orang sebesar 4. Untuk pedagang yang memperkerjakan
tenaga kerja lebih dari 5 orang adalah pedagang yang berada pada lokasi jalan RE Martadinata. Hal ini terjadi karena pada pedagang tersebut telah mempunyai
omzet yang cukup besar dan membutuhkan banyak pekerja untuk membantu dagangannya.
TABEL IV.5 JUMLAH TENAGA KERJA YANG DILIBATKAN
Jumlah Pekerja LOKASI
=2 3-5
5
Jumlah
Veteran 8
2 10
Sirandu 5
1 6
Re Martadinata 1
4 2
7
Mulyoharjo 4
2 6
Alun-Alun 16
1 17
Kenanga 2
2 4
Jumlah 36
12 2
50
Persentase 72
24 4
100
Sumber: Data primer diolah, 2005
79 Pada umumnya untuk jenis usaha yang melibatkan lebih dari 2 pekerja
adalah jenis usaha berupa makanan olahan, kecuali pada lokasi Lapangan Mulyoharjo, ada 1 jenis usaha yang mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 2
orang yaitu jenis konveksi pakaian bekas. Tenaga kerja yang dipekerjakan oleh pedagang kaki lima tersebut seperti yang telah dikatakan merupakan tenaga kerja
dari lingkungan hubungan keluarga, kenalan dan berasal dari daerah yang sama. Sehingga sektor informal terutama pedagang kaki lima terbukti dapat menciptakan
lapangan kerja dan dapat mengurangi pengangguran.
4.1.5 Lama Usaha