Tingkat Usia Tingkat Pendidikan

74 4.1. Analisis Karakteristik Umum PKL Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui karakteristik umum dari PKL. Analisis ini meliputi klasifikasi umur, tingkat pendidikan, asal pedagang, jumlah pekerja, lama berdagang, modal serta tingkat penghasilan per hari sebagai gambaran kondisi PKL pada keenam lokasi tersebut.

4.1.1 Tingkat Usia

Dari hasil pengamatan terhadap 50 orang pedagang kaki lima pada 6 lokasi yang ditetapkan oleh Pemda Kabupaten Pemalang menunjukkan bahwa pedagang kaki lima khususnya kelompok usia 31-40 tahun merupakan jumlah terbesar yakni 44. Diikuti oleh kelompok usia 41-50 sebesar 26, selanjutnya pedagang kaki lima yang berusia di atas 50 tahun tercatat sebesar 20. Sedangkan kelompok usia pedagang kaki lima dibawah 30 tahun hanya 10. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel IV.1 berikut: TABEL IV.2 USIA PEDAGANG KAKI LIMA Tingkat usia LOKASI 30 Tahun 31-40 Tahun 41-50 Tahun 50 Tahun Jumlah Veteran 8 1 1 10 Sirandu 3 1 2 6 Re Martadinata 2 3 2 7 Mulyoharjo 3 1 2 6 Alun-Alun 6 6 5 17 Kenanga 2 2 4 Jumlah 5 22 13 10 50 Persentase 10 44 26 20 100 Sumber: Data primer diolah, 2005 75 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok paling besar adalah kelompok usia 31-40 yang merupakan usia yang produktif dan yang termasuk penting dalam memperoleh kesempatan kerja. Pada usia tersebut pedagang telah cukup dewasa dan bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan keluarga. Sulitnya mencari pekerjaan dalam bidang formal dan motivasi untuk bertahan hidup mendorong mereka membuka lapangan kerja sendiri yaitu sebagai pedagang kaki lima. Hal tersebut sesuai yang dikatakan Bromley dalam Manning dan Effendi, 1996: 230 sektor informal terutama PKL merupakan usaha yang paling mudah dimasuki sehingga secara tidak langsung mengurangi beban pemerintah dalam masalah pengangguran.

4.1.2 Tingkat Pendidikan

Berikut adalah hasil dari survai primer mengenai tingkat pendidikan para pedagang kaki lima. TABEL IV.3 TINGKAT PENDIDIKAN PEDAGANG KAKI LIMA Pendidikan LOKASI SD SMP SMA PT Tidak sekolah Jumlah Veteran 2 3 1 4 10 Sirandu 4 1 1 6 Re Martadinata 3 2 2 7 Mulyoharjo 3 1 2 6 Alun-Alun 7 6 1 3 17 Kenanga 2 2 4 Jumlah 21 11 9 9 50 Persentase 42 22 18 18 100 Sumber: Data primer diolah, 2005 76 Dari hasil kuesioner yang telah disebar, tingkat pendidikan pedagang kaki lima terlihat paling banyak adalah SD yaitu sebanyak 42 diikuti pedagang yang berpendidikan SMP yaitu sebanyak 22 kemudian tingkat pendidikan SMA dan yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali sebanyak 18. Sedangkan pedagang yang mempunyai pendidikan setingkat perguruan tinggi menurut hasil kuesioner adalah tidak ada. Tingkat pendidikan yang hanya setingkat SD maupun SMP atau bahkan tidak pernah sekolah sama sekali adalah sesuai dengan ciri-ciri dari sektor informal yaitu salah satunya adalah berpendidikan rendah. Rendahnya tingkat pendidikan menunjukkan bahwa usaha dalam sektor informal yang tidak membutuhkan keahlian dan ketrampilan khusus Wirosardjono dalam Sari, 2003:27. Banyaknya pedagang yang berpendidikan rendah bahkan ada yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal menyebabkan terjadinya penyimpangan- penyimpangan dalam memahami peraturan pemerintah. Misalkan menempati lokasi berdagang yang seharusnya tidak diperbolehkan, berjualan diluar waktu yang telah ditentukan serta sarana berdagang yang lebarnya melebih ketentuan yang diperbolehkan.

4.1.3 Asal Pedagang