Pengobatan Malaria Falsiparum dan Malaria Vivaks

pemberian primakuin 0,75 mg basakgBB dosis dewasa 45 mg untuk regimen terapi malaria falsiparum di daerah dengan endemisitas rendah, terutama pada daerah dengan ancaman terjadinya resistensi terhadap artemisin. Primakuin juga digunakan sebagai penanganan radikal malaria vivaks WHO, 2012. Pada area dengan transmisi musiman dimana relaps terjadi 6-12 bulan setelah serangan primer, terapi dengan primakuin dapat memperlambat terjadinya relaps. Ini merupakan keuntungan dalam program untuk memutuskan transmisi malaria Dinas Kesehatan RI, 2010. Sayangnya sering didapati ketidakjelasan mengenai prevalensi dan keparahan dari defisiensi G6PD, dan pemeriksaan biasanya tidak tersedia di daerah tersebut. Pada praktiknya, kemungkinan untuk mengalami AHA Acute Hemolytic Anemia membatasi penggunaan primakuin WHO, 2012.

2.2.1. Pengobatan Malaria Falsiparum dan Malaria Vivaks

Regimen pengobatan malaria falsiparum dan vivaks yang direkomendasikan Depkes RI sebagai lini pertama saat ini adalah yang menggunakan ACT ditambah primakuin. Dosis ACT sama untuk malaria falsiparum dan vivaks, sedangkan primakuin hanya diberikan pada hari pertama untuk malaria falsiparum 0,75 mgkgBB dan 14 hari untuk malaria vivaks 0,25 mgkgBB. a. Lini pertama Tabel 2.2 Pengobatan Lini Pertama Malaria Falsiparum dengan DHP dan Primakuin Dikutip dari:Dinas Kesehatan RI 2010 ACT + Primakuin Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3 Pengobatan Lini Pertama Malaria Vivaks dengan DHP dan Primakuin Dikutip dari:Dinas Kesehatan RI 2010 Dosis antimalaria dihydroartemisinin dan piperakuin sebaiknya disesuaikan dengan berat badan pasien. Apabila penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan, maka dosis obat dapat disesuaikan dengan umur pasien Dinas Kesehatan RI, 2010. Tabel 2.4 Pengobatan Lini Pertama Malaria Falsiparum dengan Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin Dikutip dari:Dinas Kesehatan RI 2010 Tabel 2.5 Pengobatan Lini Pertama Malaria Vivaks dengan Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin Dikutip dari:Dinas Kesehatan RI 2010 Universitas Sumatera Utara b. Lini kedua untuk malaria falsiparum Lini kedua yang dipakai adalah kina ditambah doksisiklin atau tetrasiklin dan dikombinasikan dengan primakuin. Pengobatan ini diberikan apabila pengobatan lini pertama tidak efektif, dimana ditemukan gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang atau terjadi rekrudesensi Dinas Kesehatan RI, 2010. Lini kedua diberikan bila kegagalan terapi terjadi dalam 14 hari sejak pemberian ACT atau ACT tidak tersedia WHO, 2010. Selain harganya yang murah, efikasi kombinasi kina-doksisiklin telah dibuktikan pada beberapa penelitian Lubis Pasaribu, 2008. Namun, berdasarkan data ekstensif yang ada, kina seharusnya tidak digunakan sebagai terapi malaria tanpa komplikasi ketika ACT tersedia. ACT mempunyai keuntungan dalam perhitungan dosis yang lebih mudah, yang akan meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan apabila dibandingkan dengan kina yang diberikan selama 7 hari, toleransi obat yang lebih baik serta berkurangnya toksisitas yang serius Achan et al., 2009. Penelitian di Brazil menunjukkan bahwa penggunaan ACT menunjukkan laju clearance parasit yang lebih cepat secara signifikan bila dibandingkan dengan kombinasi kina dan doksisiklin Alecrim et al., 2006. Doksisiklin dan tetrasiklin sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil dan anak di bawah usia 8 tahun. Selain dapat menimbulkan perubahan warna gigi yang menetap, dampak yang timbul dapat berupa deformitas atau gangguan pertumbuhan tulang dan gigi pada anak Deck Winston, 2012. Oleh karena itu, klindamisin dapat dijadikan sebagai pengganti doksisiklin dan tetrasiklin pada anak di bawah 8 tahun dan wanita hamil WHO, 2010. c. Lini kedua untuk malaria vivaks Lini kedua yang dipakai adalah kombinasi kina dan primakuin. Kombinasi ini digunakan apabila pengobatan malaria vivaks tidak menunjukkan respon terhadap pengobatan ACT Dinas Kesehatan RI, 2010. d. Pengobatan malaria vivaks yang relaps Dugaan relaps pada malaria vivaks adalah apabila pemberian primakuin dosis 0,25 mgkgBBhari sudah diminum selama 14 hari dan penderita sakit Universitas Sumatera Utara kembali dengan parasit positif dalam kurun waktu 3 minggu sampai 3 bulan setelah pengobatan. Pada kasus ini pasien diberi dosis primakuin yang ditingkatkan menjadi 0,5 mgkgBBhari Dinas Kesehatan RI, 2010. 2.2.2. Pengobatan Infeksi Campuran P. falciparum + P. vivaks