Gejala Klinis Penyakit Malaria 1. Pengertian dan Sejarah Malaria

endotel kapiler. Pada saat knob tersebut berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler terjadilah proses cytoadhesion. Proses ini menyebabkan penyumbatan pembuluh kapiler yang menyebabkan terjadinya iskemia jaringan. Pembentukan mediator-mediator tersebut menyebabkan gangguan fungsi jaringan tertentu Dinas Kesehatan RI, 2010. Hal inilah yang menjadikan P. falciparum berpotensi tinggi mengakibatkan gejala klinis berat seperti malaria otak cerebral malaria dan malaria pada kehamilan pregnancy-associated malaria Noviyanti, 2008.

2.1.5. Gejala Klinis

Gejala klinis merupakan petunjuk penting dalam diagnosis malaria dan dipengaruhi oleh spesies Plasmodium, imunitas tubuh, usia, dan jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai timbul gejala klinis dikenal sebagai masa inkubasi. Sementara itu, periode prepaten adalah rentang waktu antara terjadinya infeksi sampai terdeteksinya parasit di dalam eritrosit dengan pemeriksaan mikroskopis Harijanto, 2008. Baik anak maupun orang dewasa tidak menampakkan gejala semasa periode inkubasi. Tiap spesies memiliki periode inkubasi berbeda: P. falciparum, 9-14 hari; P. vivax, 12-17 hari; P. ovale, 16-18 hari; P. malariae, 18-40 hari. Periode inkubasi dapat memanjang pada pasien dengan adanya imunitas atau pada pasien yang mendapatkan kemoprofilaksis tidak lengkap. Periode inkubasi bisa sampai 6-12 bulan untuk P. vivax Krause, 2011. Keluhan prodromal dapat terjadi selama 2-3 hari sebelum timbul demam dan dapat berupa sakit kepala, sakit punggung, sakit perut, sakit tulang, otot, atau sendi, rasa lelah, anoreksia, dan diare ringan. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P.ovale, sedangkan pada P. falciparum dan P.malariae keluhan prodromal kurang jelas dan bahkan dapat timbul gejala secara mendadak Harijanto, 2008. Gejala klasik malaria, yang jarang dijumpai pada penyakit infeksi lain, terdiri dari serangan demam tiba-tiba dan periodik. Serangan ini diawali dengan periode dingin berlangsung kira-kira 1-2 jam dan diikuti oleh demam tinggi. Kemudian, penderita akan mulai berkeringat, dan suhu tubuh akan menurun kembali normal atau di bawah normal. Trias malaria secara keseluruhan dapat Universitas Sumatera Utara berlangsung 6-10 jam dan lebih sering terjadi pada infeksi P. vivax Harijanto, 2008. Sakit kepala hampir selalu terjadi dan dapat juga disertai gejala penyerta seperti batuk, rasa lelah atau tidak enak badan, nyeri otot, nyeri sendi, mual, muntah, diare, pucat, atau ikterus. Banyak penderita, terutama pada awal infeksi, tidak menunjukkan gejala klasik tersebut tapi dapat terjadi beberapa serangan demam ringan dalam sehari. Periodisitas demam terjadi bersamaan dengan rupturnya skizon dan tergantung tiap spesiesnya misalnya 48 jam untuk P. vivax, dan P. ovale. Periodisitas sering tidak diamati pada infeksi P. falciparum dan infeksi campuran. Umumnya kejadian periodisitas demam tidak dapat dijadikan sebagai petunjuk diagnosis malaria. Anak-anak dengan malaria sering menampakkan gejala yang berbeda dibandingkan orang dewasa. Anak berusia lebih dari 2 tahun tanpa adanya imunitas dapat menampakkan gejala klinis yang bervariasi Krause, 2011. P. falciparum merupakan jenis organisme penyebab malaria yang paling berbahaya bila dibandingkan dengan spesies lainnya. Malaria ini memiliki parasitemia tinggi dan sering terjadi komplikasi. Bila tidak diobati segera, angka kematian dapat mencapai 25 pada orang dewasa dan 30 anak-anak non-imun. Pada individu dengan adanya imunitas infeksi biasanya bersifat ringan atau tidak disertai komplikasi. Pada umumnya, malaria vivaks lebih ringan dibandingkan dengan malaria falsiparum, tetapi dapat saja menyebabkan kematian akibat dari rupturnya limpa atau retikulositosis setelah anemia. Kekambuhan dapat terjadi bila pengobatan tidak tepat dan sering timbul dalam 6 bulan setelah serangan akut tapi dapat juga dalam 5 tahun setelah permulaan infeksi. P. malariae merupakan infeksi malaria paling ringan dan kronis. Rekrudesensi kekambuhan pernah diamati 30-50 tahun setelah serangan akut. Walaupun parasitemia sering rendah, P. malariae yang tidak diobati dapat menimbulkan masalah kesehatan kronis disamping demam Krause, 2011. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan di antara semua jenis malaria. Gejala klinis hampir sama dengan malaria vivaks namun lebih ringan. Serangan menggigil jarang terjadi dan splenomegali jarang sampai teraba. Infeksi P. knowlesi juga dapat menimbulkan penyakit berat dan kematian pada manusia. Gejala yang muncul dapat berupa demam tinggi. Universitas Sumatera Utara Seperti halnya pada P. falciparum, parasitemia tinggi sering dijumpai pada P. knowlesiHarijanto, 2008. Infeksi malaria kronis dapat mengalami komplikasi berupa splenomegali hiperreaktif dengan manifestasi splenomegali masif dan hypersplenism. Infeksi kronis juga dapat memicu sindrom nefrotik, terutama pada infeksi P. malariaeRosenthal Kamya, 2012. Kasus malaria tanpa komplikasi dapat dengan mudah berkembang menjadi malaria berat jika tidak diobati secara adekuat, sedangkan prognosis malaria berat sangat bergantung pada kecepatan dan ketepatan diagnosis serta pengobatan yang diberikan. Di negara berkembang, malaria berat dan kematian paling banyak terjadi pada anak berusia muda, khususnya akibat dari malaria serebral dan anemia berat Rosenthal, 2013. Pada pasien dengan parasitemia P. falciparum stadium aseksual tanpa penyebab jelas lain, terdapatnya satu atau lebih manifestasi klinis atau temuan hasil laboratorium berikut menandakan pasien menderita malaria berat WHO, 2010. 1. Penurunan kesadaran atau koma; 2. Kelemahan tidak bisa dudukberjalan; 3. Tidak bisa makan dan minum; 4. Kejang umum berulang lebih dari 2 kali dalam 24 jam; 5. Gawat napas; 6. Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik 70 mmHg 50 mmHg pada anak; 7. Jaundice disertai disfungsi organ vital; 8. Hemoglobinuria blackwater fever; 9. Perdarahan spontan abnormal; dan 10. Edema paru radiologi. Gambaran laboratorium yang menandakan malaria berat antara lain: 1. Hipoglikemia gula darah 40 mg atau 2,2 mmoll; 2. Asidosis metabolik bikarbonat plasma 15 mmoll; 3. Anemia berat Hb 5 g atau hematokrit 15; Universitas Sumatera Utara 4. Hiperparasitemia parasit 2 per 100.000µL di daerah endemis rendah atau 5 per 100.0000µl di daerah endemis tinggi; 5. Hiperlaktatemia asam laktat dalam vena 5 mmoll; 6. Hemoglobinuria; dan 7. Gangguan fungsi ginjal kreatinin serum 3 mg atau 265 µmoll. Tabel 2.1. Masa Inkubasi, Periode Prepaten, Periode Demam dan Gejala Klinis pada Setiap SpesiesPlasmodium Spesies Plasmodium Periode Prepaten hari Masa inkubasi hari Tipe Panas jam Manifestasi Klinis Falciparum 11 12 9-14 24,36,48 anemia; ikterus; hemoglobinuria; syok; algid malaria syok, syncope, hipotensi, kulit dingin dan lembab, gejala gastrointestinal, diare, dan muntah; koma malaria serebral; edema paru; hipoglikemia; gagal ginjal; gangguan kehamilan; kelainan retina; kematian. Vivax 12,2 13 12-17 48 Anemia kronik; splenomegali; ruptur limpa. Ovale 12 17 16-18 48 Sama seperti vivax Malariae 32,7 28 18-40 72 Rekrudesensi sampai 50 tahun, splenomegali menetap, limpa jarang ruptur, sindrom nefrotik. Diadaptasi dari: Harijanto 2008 2.1.6. Diagnosis Diagnosis malaria yang cepat dan tepat merupakan hal yang sangat diperlukan dalam penatalaksanaan kasus malaria. Penderita yang dicurigai secara Universitas Sumatera Utara klinis menderita malaria harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan parasitologi. Kemungkinan penyebab demam yang lain juga perlu disingkirkan. Dua metode yang secara rutin dipakai untuk diagnosis parasitologi adalah mikroskop cahaya dan rapid diagnostic tests RDTs WHO, 2010. a. Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya Pemeriksaan ini merupakan standar baku gold standard dan dilakukan dengan cara membuat sediaan darah tebal dan tipis yang diberi pewarnaan Giemsa. Hapusan tebal membantu diagnosis cepat dan pasti sedangkan hapusan tipis berguna untuk mengidentifikasi spesies Plasmodium dan menilai derajat eritrosit yang telah terinfeksi. Selain itu, hapusan tipis juga berguna untuk menentukan respon terhadap terapi. Namun, perlu diketahui bahwa hasil pemeriksaan hapusan darah tunggal yang negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan terjadinya infeksi. Pemeriksaan berulang perlu dapat dilakukan setiap 4-6 jam. Parasit dapat ditemukan dalam hapusan darah tebal dalam 48 jam pada kebanyakan penderita malaria yang menunjukkan gejala klinis Krause, 2011. b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat Rapid Diagnostic TestsRDTs RDT merupakan tes imunokromatografi yang mendeteksi antigen spesifik parasit dan tersedia secara komersial dalam beberapa bentuk. Tes ini dapat memberi hasil secara cepat dan membutuhkan sedikit pelatihan kepada tenaga kesehatan, namun harganya relatif mahal. WHO merekomendasikan agar tes ini setidaknya memiliki sensitivitas 95 pada densitas lebih dari 100 parasitµl darah. RDT dapat diandalkan untuk diagnosis malaria di daerah terpencil yang tidak tersedia mikroskop WHO, 2010. Saat ini RDT yang digunakan program pengendalian malaria adalah yang dapat mengidentifikasi P. falciparum dan non P. falciparum Dinas Kesehatan RI, 2010.

2.2. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi