TERAPI DAN TERAPIS TINJAUAN TEORITIS

dalam hatinya, hatinya bercahaya, ruhnya bersinar, dadanya lapang, dan mendapat limpahan karunia dari Allah SWT.

C. TERAPI DAN TERAPIS

1. Pengertian Terapi dan Terapis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terapi diartikan sebagai usaha memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit dan perawatan penyakit. 14 Sedangkan dalam Kamus Lengkap Psikologi dikatakan bahwa terapi, yang dalam bahasa inggrisnya adalah therapy, merupakan suatu bentuk perlakuan dan pengobatan, yang ditujukan kepada penyembuhan suatu kondisi yang menyimpang patologis pada diri seseorang. 15 Menurut M.A Subandi mengatakan bahwa terapi merupakan proses formal interaksi antara dua pihak atau lebih, yang satu adalah professional penolong terapis dan yang lain adalah petolong orang yang ditolong dengan catatan bahwa intraksi itu menuju pada perubahan atau penyembuhan, perubahan itu dapat berupa perubahan rasa, piker, prilaku, dan kebiasaan yang ditimbulkan dengan adanya tindakan professional terapis dengan latar ilmu prilaku dan teknik-teknik usaha yang dikembangkan”. 16 14 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1986, Cet. Ke- 1, h. 649 15 J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Penerjemah: Kartini Kartono, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006, Ed. I, h. 507. 16 MA. Subandi, Psikoterapi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001, Cet Ke-1, h. 9 Seorang terapis yang terampil seperti seorang pewawancara yang terampil, seharusnya peka terhadap isyarat-isyarat nonverbal dari pesien dan peka terhadap gerak isyarat yang mungkin menunjukkan perasaan- perasaan atau konflik-konflik yang mendasar. Terapis juga harus menyampaikan empati melalui kata-kata dan juga gerak isyarat nonverbal, seperti mengadakan kontak mata dan bersandar kedepan kursi untuk menunjukkan perhatian terhadap apa yang dikatakan pasien. 17 Adapun dalam tatanan bahasa Arab istilah terapi sepadan dengan kata ا ﻓﺸﺗﺴﻻ اﺀ Diambil dari akar kata - ﺸ ﻰﻓﺸﻳ ﻰﻓﺸ اﻓ yang artinya menyembuhkan. 18 Seperti yang dijelaskan dalam Al- Qur’an sebagai berikut:                 Artinya : “wahai manusia sesungguhnya telah dating kepadamu pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh untuk penyakit yang ada didalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman percaya dan yakin”. QS. Yunus : 10 : 57 17 Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 3 Yogjakarta : Kanisius, 2006. Cet. Ke-1 h. 337-338 18 Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia Al Munawir, Surabaya: Pustaka Progresif: 2002, h. 731                Artinya : “dan kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang dapat menjadi penyembuh dari rahmat bagi orang-orang yang beriman percaya dan yakin, dan Al- Qur’an itu tidak akan menambah kepada orang yang berbuat aniaya melainkan kerugian”. QS. Al-Isra: 17: 82 Dari beberapa pengertian terapi di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa terapi adalah proses pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit yang dilakukan oleh seorang ahli atau terapi penyakit fisik, psikologis, spiritual maupun moral yang dilakukan oleh seorang yang bertindak sebagai terapis dengan latar belakang ilmu pengetahuannya, teknik serta usaha yang di kembangkannya dengan tujuan menyembuhkan, mengembalikan, menenangkan, dan mengembangkan kondisi yang diterapi pasien agar kondisi fisik atau psikisnya berada dalam kondisi sehat. 2. Macam-macam Terapi Menurut Muhammad Abdul Al-Aziz Al Kahalidi yang dikutip oleh Abdul Mujib membagi obat syifa dengan dua bagian,” yang pertama obat bissi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, seperti berobat dengan air, madu, buah-buahan yang disebutkan dalam Al- Qur’an. Kedua,obat ma’nawi yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti do’a-do’a dan isi kandungan Al- Qur’an”. 19 Jadi terapi secara garis besar terbagi menjadi dua macam ada yang memang terapi ditujukan untuk penyembuhan dengan menyentuh aspek fisik seperti terapi pijat refleksi, terapi akupuntur, terapi psikoparmaka yaitu dengan obat-obatan atau terapi dengan menggunakan bantuan binatang seperti lebah, lumba-lumba, lintah, dan lain-lain. Dan satu lagi terapi yang ditujukan untuk aspek psikis atau mental yaitu psikoterapi. Adapun mengenai macam-macam terapi yang di tujukan untuk menyentuh aspek mental ini dalam buku konseling terapi Dr. Musfir Bin Said Az-Zahrani, menuliskan ada dua macam terapi mental yang semuanya itu bersumber dari Al- Qur’an dan As-Sunah Hadits yaitu: 20 Pertama, terapi mental dengan keimanan dan rasa aman, dalam Al- Qur’an telah digambarkan secara gamblang bagaimana iman kepada Allah bisa mendatangkan rasa aman dan ketenangan dalam diri orang yang beriman. Dalam Al- Qur’an Allah SWT berfirman:             Artinya: “orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman syirik, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” QS. Al-An’am 06:82 19 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzoikir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002, Cet Ke-2, h. 209. 20 Musfir Bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi. Penerjemah Sari Nurlita, Depok : Gema Insani, 2005, Cet Ke-1, h. 470. Kedua, adalah terapi mental dengan ibadah, sesungguhnya menunaikan ibadah yang telah diwajibkan kepada manusia itu mengandung unsur terapi, seperti: terapi dengan sholat, terapi dengan zakat dan sedekah, terapi dengan puasa, terapi dengan haji, terapi dengan kesabaran, dan masih banyak lagi terapi lainnya. Itulah macam-macam terapi mental yang bersumber dari Al- Qur’an dan sunah Hadits dengan melaksanakan ibadah yang telah diperintahkan kepada umat muslim. 3. Pendekatan-pendekatan Dalam Terapi Pendekatan adalah sebuah cara yang telah diatur dan dipikir baik- baik untuk mencapai satu maksud” 21 sebagaimana dijelaskan diatas bahwa banyak sekali macam-macam terapi, ada terapi yang menyentuh aspek fisik dan yang menyentuh aspek psikis yaitu psikoterapi. Adapun pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam psikoterapi diantaranya adalah sebagai berikut: a. Pendekatan terapi Psikoanalitik Psikoanalitik beranggapan bahwa di dalam individu terdapat kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan yang menyebabkan komplik internal tidak terhindarkan, komplik yang tidak disadari itu mempunyai pengaruh yang kuat pada perkembangan kepribadian individu, sehingga menimbulkan stres dalam kehidupannya. 22 21 Pengertian Pendekatan Dalam Pendidikan, “Artikel diacces Pada 14 juni 2012” dari htt:www. Kumpulan Artikel Pendidikan.Com. 22 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzoikir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002, Cet Ke-2, h.212. b. Pendekatan terapi Behaviorristik tingkah laku Terapi ini merupakan pendekatan aplikasi sistematis dari prinsip-prinsip belajar untuk menangani gangguan psikologis. Karena fokusnya pada perubahan prilaku bukan perubahan kepribadian atau menggali masa lalu secara mendalam, terapi perilaku berlangsung singkat yang umumnya dari berapa minggu sampai beberapa bulan. 23 Dalam pendekatan ini ada beberapa teknik antara lain: desentisasi sistematik, floding, penguatan sistematik, pemodelan dan pengulangan perilaku yang pantas. Desentitasi sistematika, dipandang sebagai proses deconditioning atau countercontioning, prosedurnya adalah memasukkan suatu respons yang bertentangan dengan kecemasan, seperti rilek, individu belajar untuk rilek dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan kecemasan. Floding adalah prosedur terapi prilaku dimana orang yang ketakutan memeparkan dirinya sendiri dengan apa yang membuatnya takut secara nyata atau khayal, untuk priode waktu yang cukup panjang tanpa kesempatan meloloskan diri. 24 c. Pendekatan terapi Client centered Terapi terpusat pada klien dikembangkan oleh Carl Ransom Rogers pada tahun 1942. Menurut Roger, tidak ada perbedaan antara konseling dan psikoterapi. 25 23 Juffrey, dkk, Psikologi Abnormal, Penerjemah : Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta : Erlangga, 2005, h.108. 24 Coory, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, h. 92. 25 Sofyan Willis, konseling individual Teori dan Praktek, Bandung: CV. Alfabeta, 2004, Cet. Ke-2, h. 64 Dan terapi ini sering juga disebut dengan terapi non-direktif, yaitu terapi yang dilakukan dengan jalan berdialog antarta konselor denan klienpasiennya, agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self pemahaman diri yang ideal dengan aktual self pemahaman diri sesuai dengan kenyataan sebenarnya. d. Pendekatan terapi Realitas Rational Emotive Terapi ini dikembangkan oleh Albert Ellis yang lahir di Saint Pittersburg, Pnsylvania tahun 1913. Sebagai seorang pakar psikologi klinis ia memulai karirnya di bidang konseling perkawinan, keluarga dan seks. Terapi bermula dari ketidak puasannya terhadap praktik konseling tradisional yang dinilai kurang efisien, khususnya psikoanalitik yang pernah ia tekuni. Terapi ini berorientasi pada wilayah kognitif manusia. 26 Terapi realitas atau yang lebih sering dikenal dengan Rational Emotive Therapy RET, adalah jenis terapi yang memandang bahwa manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek- objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk yang berbuat dan berkembang serta merupakan satu kesatuan yang berarti manusia itu bebas berfikir, bernafsu dan berkehendak. 27 Menurut pemahaman ini, bukanlah pengalaman atau peristiwa eksternal yang menimbulkan emosional, akan tetapi tergantung pada 26 Rosjidan, Modul Pendekatan-pendekatan dalam konseling, Malang: IKIP Malang, 1994, h. 5-6. 27 Sofyan Willis, konseling individual Teori dan Praktek, Bandung: CV. Alfabeta, 2004, Cet. Ke-2, h. 75. pengertian yang diberikan atas peristiwa atau pengalaman itu. Gangguan emosi terjadi disebabkan oleh pikiran-pikiran seseorang yang irasional terhadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya dalam hidup. 28 Sedangkan menurut Albert Ellis, orang yang mengembangkan teori RET ini bahwa, pikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya emosi mempengaruhi pikiran. Pikiran seseorang dapat menjadi emosinya, dan emosi dalam keadaan tertentu dapat berubah menjadi pikirannya. Adapun tujuan dari terapi ini adalah untuk memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan klien yang irasional menjadi rasional, sehingga yang bersangkutan dapat mengembangkan dan merealisasi penyadaran diri yang optimal. Dan untuk dapat menghilangkan gangguan emosional yang mengakibatkan kerusakan pada diri. Seperti: benci, takut, bersalah, cemas, was-was, dan lain sebagainya. 29 e. Terapi Gestalt Terapi ini memandang bahwa manusiaindividu itu selalu aktif sebagai keseluruhan dan bukan bagian-bagian partial atau organ- organ semata. Individu yang sehat adalah individu yang seimbang 28 Sofyan Willis, konseling individual Teori dan Praktek, Bandung: CV. Alfabeta, 2004, Cet. Ke-2, h. 75. 29 Sofyan Willis, Konseling individual Teori dan Praktek, Bandung: CV. Alfabeta, 2004, Cet. Ke-2 h. 76. antara keberadaan sosial dan biologis merupakan konsep dasar terapi gestalt. 30 Pertentangan antara keberadaan sosial dan keberadaan biologis dapat diindikasikan dengan adanya sikap manusia yang mencoba untuk menyatakan apa yang seharusnya dari pada apa yang sebenarnya, menurut Perls, neurosis adalah akibat dari gagal dan bingungnya individu dalam melihat kebenaran. 31 Tujuan terapi ini adalah untuk membantu klien menjadi individu yang merdeka dan berdiri sendiri. Selain itu menurut Dr. Muhammad Solihin, ada tiga buah terapi lagi selain kelima terapi di atas, yaitu: 1. Terapi Relaksasi Jenis ini diberikan kepada orang yang mudah disugesti. Terapi model ini umumnya dilakukan oleh seorang terapis yang ahli dalam bidang hipnotis. Dengan terapi sugesti ini klien diarahkan untuk dapat melakukan relaksasi. 2. Terapi Keagamaan Terapi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan keagamaan seperti menggunakan ayat-ayat suci Al- Qur’an, Hadits Nabi dan pemikiran-pemikiran keislaman yang secara implisit mengandung terapi. Adapula yang menggunakan Dzikir dan Do’a- do’a tertentu yang pada intinya memohon kepada Allah agar diberi 30 Sofyan Willis, Konseling individual Teori dan Praktek, Bandung: CV. Alfabeta, 2004, Cet. Ke-2 h. 66 31 Mohammad Surya, Teori-teori Konseling, h. 74-75. ketenangan hati. Dengan terapi jenis ini diharapkan seseorang dapat terbatas dari rasa cemas, tegang, depresi, dan lain sebagainya. 3. Terapi Holistik Terapi ini mencakup keseluruhan aspek manusia, dalam artian bahwa terapi ini dilakukan tidak hanya melalui obat-obatan semata atau hanya ditujukan pada aspek-aspek kejiwaan akan tetapi mencakup aspek-aspek lain seperti organobilogy, psikologi, psikososial, psikoritual dan lain sebagainya. Sehingga klien dapat diobati secara menyeluruh. Yang pada intinya terapi holistik ini adalah bentuk terapi yang memandang keseluruhan aspek pada klien. 32

D. Stres