Murid-murid beliau dalam sepuluh tahun berdakwah 1993-2003 telah mencapai ribuan jama’ah yang terdiri dari jama’ah laki-laki sekitar 978
orang dan jama’ah perempuan sekitar 13000 orang. Memiliki jumlah murid yang demikian banyak tidak membuat beliau merasa istimewa atau lebih
mulia dari yang lain, bahkan tidak malu-malu beliau menjuluki dirinya hanya seorang “kacung” atau pelayan bagi jama’ahnya yang ingin
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. Latar Belakang Pendidikan KH. Sa’adih Al-Batawi
Sejak kecil beliau selalu dididik oleh orang tuanya untuk terus berusaha mencari ilmu, maka pada usia lima tahun beliau sudah memasuki
Sekolah Dasar SD yang jarak tempuhnya ketika itu sangat jauh dari tempat tinggalnya. Kesulitan dalam masalah ekonomi, tidak menjadikan alasan
untuk berhenti sekolah. Setelah lulus SD, beliau melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya yaitu Sekolah Menengah Pertama SMP yang kini
disebut dengan SLTP Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
17
Setiap harinya, untuk sampai ke sekolah beliau harus berjalan kaki dengan teman-teman sebayanya. Rutinitas seperti itu dilaluinya dengan
penuh kesabaran, karena beliau selalu ingat pada nasehat yang disampaikan oleh orang tuanya, yaitu kesungguhan dan ketekunan itu sangat dibutuhkan
agar dapat mencapai apa yang diharapkan.
17
Pengamatan langsung oleh penulis di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, tanggal 5 juni 2012
Dengan kesabaran dan kesungguhan yang selalu diterapkan pada dirinya, akhirnya beliau dapat melanjutkan ke jenjang sekolah berikutnya,
yaitu Sekolah Teknik Menengah STM. Dan setelah lulus dari STM, beliau mulai sibuk mencari pekerjaan karena tidak dapat melanjutkan
pendidikannya pada perguruan tinggi.
3. Latar Belakang Keluarga KH. Sa’adih Al-Batawi
KH. Sa’adih Al-Batawi lahir di Puri Kembangan Jakarta Barat pada tanggal 23 juni 1960, dari pasangan bapak H. Asmat dan Hj. Sawiyah.
Beliau adalah anak ke-4 dari 7 bersaudara, mempunyai seseorang kakak laki-
laki yang bernama H. Sholeh, 2 orang kakak perempuan Sa’anah dan Sa’anih, seorang adik perempuan Sa’adah dan 2 orang adik laki-laki
Syafi’I dan Salbini.
18
Beliau terlahir bukan dari kalangan kyai ataupun ulama, melainkan ayahnya sebagai seorang petani yang ulet dan jujur dalam bekerja, serta
terkenal berani dalam bidang bela diri. Ibunya sebagai sosok wanita yang shalihah dan banyak berjasa dalam membantu masyarakat kampungnya,
seperti dalam urusan kelahiran karena beliau termasuk salah seorang yang cukup ahli dalam proses kelahiran, urusan perkawinan karena beliau sering
dijadikan sesepuh dalam proses akad nikah, serta dalam urusan kematian karena beliau termasuk salah seorang yang mengerti akan halnya
18
Pengamatan langsung oleh penulis di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, tanggal 5 juni 2012
pengurusan jenazah. Oleh karena itulah, orang tua beliau sebagai orang tua yang disegani oleh anak-anaknya dan masyarakat kampungnya.
Sa’adih kecil, lahir dan besar bersama kedua orang tuanya dengan penuh kasih sayang, Walaupun mereka merasa kesulitan dalam urusan
ekonomi. Berbeda sekali dengan kakak dan adik-adiknya, beliau terkenal sebagai anak yang paling berani di lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga
dengan keberaniannya itulah, beliau terkesan sebagai anak yang nakal dan tidak takut kepada siapapun. Walaupun demikian, beliau tetap menghargai
dan menghormati kedua orang tuanya. Bahkan termasuk salah seorang anak yang rajin membantu orang tua dalam memenuhi nafkah keluarga, seperti
ikut berkebun bahkan sampai menjadi penjual kue di pasar. Memasuki masa akhir remaja, beliau menikah dengan seorang gadis
yang masih satu daerah dengannya yang bernama Ani binti H. Sa’id. Dari pernikahannya itu, telah lahir 1 orang anak laki-laki yang bernama Andika
Alm dan 2 orang anak perempuan Siti Rahmania dan Siti Aisyah. Kehidupan yang layak sedikit demi sedikit dapat beliau rasakan, pada
saat diterima sebagai pekerja di salah satu perusahaan besar yatu PT. Total Indonesia yang bergerak di bidang pembuatan air minum mineral.
Kemudian dengan kedisiplinan dan ketekunannya dalam bekerja, maka pihak perusahaan mempercayakannya untuk menduduki posisi yang sangat
strategis yaitu sebagai manager di perusahaan tersebut. Sehingga dengan fasilitas dan gaji dari perusahaan yang cukup besar, akhirnya beliau dapat
merubah hidupnya menjadi berkecukupan bahkan lebih.
Kehidupan yang mapan, justru membuat batin beliau terasa jauh dari Allah SWT, sehingga sering gelisah dan menyendiri untuk merenung lebih
jauh akan makna hidup yang sebenarnya. Kegalauan iman yang ada dalam benak beliau, diungkapkannya pada setiap malam dengan banyak berdo’a
dan berdzikir kepada Allah SWT. Hampir setiap hari beliau berpuasa dan malam harinya dihabiskan
dengan bermunajat kepada Allah SWT, akhirnya sampai pada suatu saat dimana beliau merasakan kedamaian hati dan kesejukan jiwa. Itulah
riyadhoh batin yang terjadi dalam diri KH. Sa’adih Al-Batawi selama
bertahun-tahun. Dengan pengalaman batin itulah, beliau ingin mengajak kepada semua orang untuk segera kembali kepada ajarannya.
4. Aktifitas Dakwah KH. Sa’adih Al-Batawi