1. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang Masalah

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat kekuasaan warganegara atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Demokrasi dapat juga diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, sesuai dengan asal dari arti istilah katanya, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratoscratein yang berarti pemerintahan. Dalam bidang ilmu politik, konsep demokrasi merupakan sebuah kata kunci tersendiri. Hal tersebut menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara. Wujud dari partisipasi masyarakat di dalam demokrasi biasanya dilekatkan langsung dengan pelaksanaan pemilihan umum, atau pemilu. Pemilu merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari lembaga perwakilan dan partai politik. Pemilu sebagai salah satu cara pelaksanaan demokrasi, walaupun tidak sepenuhnya pendapat demokrasi bakal terwujud di dalam negara yang melaksanakan proses pemilu tersebut. Sebagaimana yang diketahui pada zaman yang modern ini dapat dikatakan tidak ada satu negara pun yang dapat melaksanakan demokrasinya secara langsung. Hal ini disebabkan karena terlalu luasnya wilayah dan begitu besarnya jumlah penduduk. Oleh karena itu, adapun demokrasi yang digunakan adalah demokrasi perwakilan, dimana hak-hak rakyat untuk dapat ikut dalam menentukan haluan negara dilakukan oleh sebagian kecil dari seluruh rakyat menempati lembaga perwakilan yang disebut parlemen, yang dipilih melalui proses pemilihan umum. Semenjak tahun 1999, pemilihan umum di Indonesia mengalami banyak sekali perubahan, dimana pemilu dilaksanakan dengan sistem multi partai. Universitas Sumatera Utara 2 Dibukanya keran partisipasi peserta pemilu seluas-luasnya dimanfaatkan oleh berbagai partai untuk mengikuti proses pesta demokrasi tersebut. Selain dibukannya keran untuk multi partai, semenjak itu pula pemilihan umum memberikan kesempatan kepada perseorangan atau individu untuk maju dalam pemilihan kepala daerah secara langsung yang dipilih oleh rakyat, bukan melalui lembaga legislatif lagi. Salah satu partai yang mendapatkan titik balik dalam pelaksanaan demokrasi pada tahun 1999 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau yang dahulu bernama Partai Demokrasi Indonesia adalah sebuah partai politik yang lahir sejak masa Orde Baru, yang ditandai dengan membaurnya tiga partai yang berasaskan nasional dan dua partai agama. Partai ini berkarakter kebangsaan dan berwawasan nasional. Sepanjang sejarah perjalanannya, partai ini sudah melalui berbagai macam masalah yang dikarenakan oleh intervensi rezim Orde Baru pada saat itu. Namun peristiwa di Medan tahun 1996 menjadi titik awal bangkitnya partai yang mengusung slogan membela wong cilik ini yang diawali dengan terpilihnya Megawati Soekarno Putri sebagai ketua umum Partai Demokrasi Indonesia pada kongres di Medan tahun 1996 ketika itu. Rezim Orde Baru tidak menyukai hasil kongres tersebut dan mengintervensi agar dipilih tokoh lain menjadi ketua umum Partai Demokrasi Indonesia, sehingga timbullah pertikaian tersebut. Akhirnya pada 1999, Partai Demokrasi Indonesia atas prakarsa dari Megawati Soekarno Putri saat itu diganti namanya menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang tetap berdiri hingga saat ini. Pemilukada Kota Medan tahun 2010 lalu berlangsung dalam dua putaran, yang saat itu menyisakan antara dua pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan, pasangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin yang diusung oleh Partai Golongan Karya dan Partai Demokrat serta pasangan dr. Sofyan Tan yang notabene adalah kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Nelly Armayanti, SP. MSP yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDI-P dan Partai Damai Sejahtera PDS. Universitas Sumatera Utara 3 Calon walikota Medan yang diusung adalah dr. Sofyan Tan yang notabene adalah satu – satunya calon yang berasal dari etnis Tionghoa. Berlatar belakang seorang dokter, dr. Sofyan Tan justru berkiprah di bidang sosial kemasyarakatan. Beliau membuat sekolah pembauran, Yayasan Sultan Iskandar Muda, dengan tujuan agar membaur antara etnis Tionghoa dan non – Tionghoa. Seperti diketahui bahwasanya ketika zaman Orde Baru, etnis Tionghoa didiskriminasi dalam hal apapun dalam masyarakat, seperti dilarang merayakan Imlek, dilarang berkecimpung dalam politik, dan sebagainya. Maka dari hal tersebut itulah, dr. Sofyan Tan berusaha menghapus stigma buruk tersebut. Sudah banyak kegiatan sosial yang dilakukan oleh dr. Sofyan Tan jauh sebelum menjadi kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, terutama pada kegiatan sosial yang berfokus pada pendidikan murah bagi masyarakat mampu. Sejak saat itulah, dr. Sofyan Tan dikenal masyarakat karena kedermawanannya. Dan dr. Sofyan Tan juga sangat dekat dengan berbagai tokoh masyarakat. Makanya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan melihat fenomena tersebut sebagai peluang untuk meraih banyak suara pada pemilukada kota Medan Tahun 2010. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pun melihat bahwa dr. Sofyan Tan adalah seorang kader yang memiliki kualitas, terutama dalam hal pengetahuan tentang permasalahan di kota Medan saat ini. Pasangan Calon Walikota Dan Calon Walikota Medan Tahun 2010 saat itu, dr. Sofyan Tan dan pasangannya Nelly Armayanti, SP. MSP beserta tim kampanye mereka berhasil maju ke putaran kedua pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 melawan pasangan calon lain yang diusung Partai Demokrat dan Partai Golongan Karya, Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin, dengan menyingkirkan delapan pasangan calon yang lain yang juga memiliki catatan karir dan prestasi yang tidak kalah hebatnya, yaitu pasangan Indra Sakti Harahap dan Delyuzar, pasangan Maulana Pohan dan Ahmad Arif, pasangan Sigit Pramono Asri dan Nurlisa Ginting, pasangan Bahdin Nur Tanjung dan Kasim Siyo, pasangan Sjahrial Anas dan Yahya, pasangan Ajib Shah dan Binsar Situmorang, Universitas Sumatera Utara 4 pasangan Joko Susilo dan Amir Mirza Hutagalung, dan pasangan H. M. Arif Nasution dan Supratikno. Berdasarkan data resmi dari Komisi Pemilihan Umum KPU Kota Medan mengenai hasil perolehan suara Pemilukada Kota Medan tahun 2010 putaran pertama, pasangan Sofyan Tan-Nelly Armayanti berada di urutan kedua dengan memperoleh 140676 suara atau 20.72 dari total jumlah pemilih di kota Medan, unggul di kawasan pusat Kota Medan, dimana warganya cenderung memilih pasangan yang diusung koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Damai Sejahtera ini. Kemenangan pasangan ini di Kecamatan Medan Kota, Medan Area, Medan Tuntungan, Medan Perjuangan, Medan Baru, Medan Barat, Medan Petisah, Medan Sunggal, Medan Timur, Medan Maimun dan Medan Polonia. Sedangkan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin berada di urutan pertama dengan memperoleh 150671 suara atau 22.20 dari total jumlah pemilih di kota Medan. Pasangan yang diusung oleh Partai Demokrat Dan Partai Golongan Karya ini lebih menguasai daerah pinggiran kota seperti di Kawasan Medan Utara yakni, Kecamatan Medan Marelan, Medan Deli dan Medan Labuhan. Selain itu, pasangan ini juga unggul di Medan Amplas, Medan Denai, Medan Johor, Medan Tembung, Medan Selayang dan Medan Helvetia. Khusus untuk daerah Medan Belawan, hanya daerah kecamatan Medan Belawan yang dimenangkan oleh pasangan Ajib Shah dan Binsar Situmorang. Menarik membaca suatu pendapat dari Muhammad Rizal selaku Ketua Lembaga Riset Publik Larispa Medan yang tertulis dari sumber lain di internet, yang mengatakan bahwa “Selama ini diketahui kaum Tionghoa sangat tertutup dengan pribumi, ini yang mengakibatkan masyarakat Medan kurang memilih Sofyan Tan untuk menjadi walikota Medan ini” 1 1 http:waspada.co.idindex.php?option=com_contentview=articleid=124813:larispa-softan-tan-tak-bisa-satukan- minoritas-dengan-mayoritascatid=165:pilkada-medanItemid=94. Larispa: Softan Tan tak bisa satukan minoritas dengan mayoritas. Diambil Tanggal 1 Juli 2011 . Rizal bahkan mengatakan, “Kekalahan Sofyan Tan ini memang sudah diprediksi sebelumnya. Dari riset yang dilakukan, warga Medan lebih cenderung ke Rahudman-Eldin, dikarenakan Universitas Sumatera Utara 5 popularitas mereka lebih baik dari Softan Tan-Nelly” 2 . Selain itu menurut Rizal, “Faktor kekalahan yang paling tampak yaitu, Softan Tan dinilai gagal menyatukan kaum minoritas yaitu etnis Tionghoa dengan pribumi”. 3 2 ibi 3 http:waspada.co.idindex.php?option=com_contentview=articleid=124813:larispa-softan-tan-tak-bisa-satukan- minoritas-dengan-mayoritascatid=165:pilkada-medanItemid=94. Larispa: Softan Tan tak bisa satukan minoritas dengan mayoritas. Diambil Tanggal 1 Juli 2011 Sebagian pendapat dari Rizal sangat benar dan masuk akal, namun sebagian yang lain tidak sepenuhnya benar. Mengapa? Kalau ternyata benar kekalahan pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 putaran kedua tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang diutarakan oleh Rizal di atas, mengapa pada Pemilukada Kota Medan putaran pertama tahun 2010 dr. Sofyan Tan sebagai satu-satunya calon Walikota Medan yang non-pribumi mampu menyingkirkan delapan pasangan calon lain yang memiliki massa pendukung yang tidak kalah banyak pula. Pasti ada faktor-faktor lain yang menyebabkan dr. pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP kalah pada Pilkada Kota Medan Tahun 2010 putaran kedua tersebut. Namun, fokus penelitian kali ini tidak akan berbicara mengenai faktor-faktor kekalahan pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP kalah pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 putaran kedua tersebut. Akan tetapi, fokus penelitian kali ini adalah mengamati dan melihat faktor-faktor kesuksesan pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti yang berhasil menyingkirkan delapan pasangan calon lain dan maju ke putaran kedua Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 melawan pasangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin.

I. 2. Perumusan Masalah