Hasil Pengamatan pada Kompos dengan Aktivator EM-4 Hasil Pengamatan pada Kompos dengan Aktivator Kotoran sapi Gambar Hasil Pengamatan pada Proses Pengomposan

54

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Pengamatan Kualitas Fisik Warna, Tekstur dan Bau 4.1.1. Hasil Pengamatan pada Kompos dengan Aktivator MOL Pada hari ke 10 kompos dibuka, bahan dasar kompos yaitu kol sudah tampak menguning dan mulai membusuk hal ini terjadi pada seluruh lubang kompos yang menggunakan aktivator yang berbeda karena bakteri yang ada pada aktivator mulai menguraikan bahan organik.Hasil pengamatan pada hari ke 20, kompos yang menggunakan aktivator MOL ini sudah kelihatan mulai coklat kehitaman dan bahan dasar kol sudah tidak kelihatan jelas.Pada hari ke 30 kompos yang menggunakan aktivator MOL sudah kelihatan menghitam dan beraroma seperti tanah, pada saat ditekan maka kompos hancur menandakan kompos sudah matang.

4.1.2. Hasil Pengamatan pada Kompos dengan Aktivator EM-4

Pada hari ke 10 limbah sudah mulai kelihatan membusuk dan berwarna kuning menandakan bahwa bakteri pengurai mulai bekerja.Hasil pengamatan pada hari ke 20 limbah kol sudah tidak kelihatan lagi dan yang tersisa hanya serbuk gergaji berwarna kecoklatan dan pada pengamatan terakhir yaitu hari ke 30 maka serbuk gergaji mulai hancur berbau seperti tanah menandakan kompos sudah jadi.

4.1.3. Hasil Pengamatan pada Kompos dengan Aktivator Kotoran sapi

Pada pengamatan di hari ke 10 hal yang sama terjadi pada kompos yang menggunakan aktivator kotoran sapi yaitu limbah kol mulai membusuk dan pengamatan pada hari ke 20 sudah berubah warna menjadi kecoklatan dan limbah kol Universitas Sumatera Utara 55 mulai tidak kelihatan lagi, pada pengamatan hari ke 30 serbuk gergaji mulai tampak hancur namun belum matang sepenuhnya.

4.1.4. Gambar Hasil Pengamatan pada Proses Pengomposan

Mol Hari ke 10 EM4 Hari Ke 10 Kotoran sapi hari ke 10 Mol Hari ke 20 EM4 Hari ke 20 Kotoran Sapi Hari ke 20 Mol Hari ke 30 EM4 Hari ke 30 Kotoran Sapi Hari ke 30 Universitas Sumatera Utara 56 4.2. Hasil Pengukuran Suhu, pH dan Kelembaban pada Proses Pengomposan Tabel 4.1. Rerata Suhu Berdasarkan Jenis Aktivator C No Hari ke Aktivator EM-4 Aktivator MOL Aktivator Kotoran Sapi Lubang 1 2 3 Rata- rata 1 2 3 Rata- rata 1 2 3 Rata- rata 1 10 28 28 29 28,3 30 30 28 29 26 25 25 25,5 2 20 25 25 25 25 35 35 35 35 25 25 25 25 3 30 28 28 25 27 30 30 35 31,6 20 25 25 23,3 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa suhu pada kompos yang menggunakan activator EM-4 yaitu sekitar 25-28, C ,pada activator MOL antara 29-35 C dan pada activator yang menggunakan Kotoran Sapi antara 23-25,5 C.Suhu Kompos yang paling tinggi diantara ketiga activator yaitu pada activator MOL sebesar 31,6 C. Tabel 4.2. Rerata pH Berdasarkan Jenis Aktivator No Hari ke Aktivator EM-4 Aktivator MOL Aktivator Kotoran Sapi Lubang 1 2 3 Rata- rata 1 2 3 Rata- rata 1 2 3 Rata- rata 1 10 5,3 5,3 5,3 5,6 6 6 5 5,6 5 6 6 5,6 2 20 6 6 6 6 5 6 6 5,6 6 6 6 6 3 30 5 6 6 5,6 6 7 6 6,3 5 6 6 5,6 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pH pada kompos yang menggunakan activator EM-4 yaitu sebesar 5,3-6 ,pada activator MOL yaitu diantara 5,6-6,3 dan pada activator Kotoran sapi yaitu sebesar 5,6-6 dan pH yang paling tinggi diantara ketiga activator yaitu pada Kompos yang menggunakan activator Kotoran sapi 5,6-6. Universitas Sumatera Utara 57 Tabel 4.3.Rerata Kelembaban Berdasarkan Jenis Aktivator No Hari ke Aktivator EM-4 Aktivator MOL Aktivator Kotoran Sapi Lubang 1 2 3 Rata- rata 1 2 3 Rata- rata 1 2 3 Rata- rata 1 10 50 50 50 50 40 40 40 40 40 40 45 41,6 2 20 59 59 60 59,3 60 60 60 60 60 60 60 60 3 30 68 68 67 67,6 68 68 68 68 68 68 68 68 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa kelembaban pada activator EM-4 yaitu antara 50-68 ,pada activator MOL sebesar 40-68 dan pada activator Kotoran sapi yaitu antara 40-68 . Maka diperoleh kelembaban yang paling tinggi yaitu pada activator MOL sebesar 68 . Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium No Sampel Kalium Phospor Nitrogen Nilai NAB Keterangan 1 EM-4 A 35 100 25 Nitrogen 0,40- Memenuhi Syarat 2 EM-4 B 28 100 25 Memenuhi Syarat 3 EM-4 C 35 150 10 Memenuhi Syarat 4 MOL A 14 100 25 Phospor 0,10- Memenuhi Syarat 5 MOL B 14 150 25 Memenuhi Syarat 6 MOL C 14 100 10 Memenuhi Syarat 7 Kotoran Sapi A 28 150 25 Kalium 0,20- Memenuhi Syarat 8 Kotoran Sapi B 7 200 10 Memenuhi Syarat 9 Kotoran Sapi C 7 150 10 Memenuhi Syarat Berdasarkan tabel diatas maka dapat terlihat kadar kalium yang paling tinggi terdapat pada kompos yang menggunakan EM-4 pada lubang 1 dan lubang 2 yaitu sebesar 35 kadar phospor paling tinggi pada aktivator kotoran sapi sebesar 200 sedangkan untu kadar nitrogen hampir semua aktivator yang memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 25. Universitas Sumatera Utara 58

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Kualitas Fisik Kompos Warna, Teksturdan Bau Berdasarkan hasil penelitian terhadap pembuatan kompos dari limbah kol dengan melakukan pengukuran pada parameter suhu, pH dan kelembaban yang berlangsung hari ke 10, 20, dan 30 hari serta pengukuran Natrium, Phosfor dan Kalium pada saat kompos sudah matangjadi, menandakan ciri-ciri sebagai berikut. 1. Warna kompos coklat kehitaman 2. Aroma kompos yang baik tidak mengeluarkan aroma yang menyengat, tetapi mengeluarkan aroma lemah seperti bau tanah atau bau humus hutan. 3. Apabila dipegang dan dikepal, kompos akan menggumpal, apabila ditekan dengan lunak, gumpalan kompos akan hancur dengan mudah. Pada aktivator MOL menunjukkan ciri fisik kompos yang baik,dimana warnanya coklat kehitaman, lembab, dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi. Untuk aktivator EM-4 menunjukkan warna yang berbeda yaitu berwarna coklat dan pada aktivator kotoran sapi berwarna coklat kekuningan. Perubahan warna kompos dari coklat menjadi coklat kehitaman menunjukkan adanya bakteri yang melakukan aktivitas dekomposisi, sehingga mampu mengubah warna kompos. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Gaur 1986 bahwa proses pengomposan akan terjadi penguraian bahan organik oleh aktivitas mikroba, yaitu mikroba akan mengambil air, oksigen dan nutrisi dari bahan organik yang kemudian akan mengalami penguraian dan membebaskan CO2 dan O2. Hal ini terjadi karena Universitas Sumatera Utara 59 pangaruh berbagai aktivator yaitu EM-4,MOL dan Kotoran sapi yang mempercepat proses pematangan kompos. 5.2. Suhu Berdasarkan penelitian ini terlihat bahwa terdapat perbedaan suhu yang terjadi pada pemeriksaan yang dilakukan hari ke 10, 20, 30. Dengan hasil rata-rata yang diperoleh untuk aktivator EM-4 yaitu antara 24-27 C, pada aktivator MOL diperoleh suhu antara 31-32 C dan untuk aktivator kotoran sapi merupakan suhu yang paling rendah yaitu 25 C. Suhu yang diperiksa pada saat pengomposan berlangsung menunjukkan bahwa suhu yang paling tinggi yaitu pada kompos yang menggunakan aktivator MOL, hal ini berhubungan dengan kematangan kompos yang terlihat dimana hasil akhir dari pengomposan tersebut menunjukkan perubahan warna tampak lebih hitam dibandingkan dengan aktivator kotoran sapi dan EM-4 dan bahan utama sudah kompos sudah mulai tidak terlihat bentuk yang jelashancur,hanya tampak menyerupai tanah kemudian hasil akhir dari kompos yang menggunakan aktivator EM-4 terlihat lebih lebih menghitam dibandingkan dengan kompos yang menggunakan aktivator kotoran sapi,hal ini dapat dikarenakan mikroorganisme lebih cepat berkembang pada EM-4 dibandingkan dengan kotoran sapi pada proses dekomposisi.Suhu pengomposan yang dicapai dalam penelitian ini sekitar 25-32 C, dan ini berlangsung optimal pada hari ke-20. Faktor suhu sangat berpengaruh terhadapproses pengomposan karena berhubungan denganjenis mikroorganisme yang terlibatAli,2010. Hal ini menunjukkan bahwa mikroba yang aktif adalah mikroba mesofilik, yaitu mikroba Universitas Sumatera Utara 60 yang dapat hidup pada suhu antara 20-35 C. Aktifitas mikroba mesofilik dalam proses penguraian akan menghasilkan panas dengan mengeluarkan CO2 dan mengambil O2 dalam tumpukan kompos sampai mencapai suhu maksimum Isroi dan Yuliarti, 2009. Suhu timbunan bahan yang mengalami dekomposisi akan meningkat sebagai hasil kegiatan biologi.Suhu yang berkisar antara 60 C dan 70 C merupakan kondisi optimum kehidupan mikroorganisme tertentu dan membunuh patogen yang tidak dikehendaki,dengan tujuan memperoleh tingkat higienis yang cukup dari bahan kompos,maka apabila memungkinkan suhu harus dipertahankan 55 C terus menerus selama 2 minggu Perubahan suhu pada saat proses pengomposan juga dapat dipengaruhi oleh pembalikan timbulan kompos, pembalikan yang seringkali dilakukan menyebabkan timbunan cepat menjadi dingin.Sutanto, 2002.pada penelitian ini suhu optimum yang diperoleh yaitu 32 C , hal ini dikarenakan suhu lingkungan luar pada lokasi pembuatan kompos tersebut sangan rendah antara 18- 23 C dan merupakan daerah pegunungan. Suhu di lingkungan luar dapat mempengaruhi suhu pada lubang pembuatan kompos tersebut,apabila lubang kompos ditutup tidak terlalu rapat .hal senada diungkapkan oleh Andika 2011 bahwa suhu pada proses pengomposan aerobik dipengaruhi oleh udara yang tetap terjaga agar tidak masuk pada wadah kompos dan tidak menyebabkan tumbuh bakteri pathogen yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia seperti penyakit Pneumonia dimana penyakit infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun parasit di mana pulmonary alveolus alveoli yang bertanggung jawab menyerap oks igen dari atmosfer menjadi “inflame” dan terisi oleh cairan, Universitas Sumatera Utara 61 selain pneumonia penyakit yang dapat disebabkan oleh jamurspora dari proses pembuatan kompos tersebut adalah penyakit Histoplasmosis ditularkan melalui spora udara dan ketika orang bernapas akan masuk ke paru-paru.Orang yang sangat beresiko terkena histoplasmosis adalah pekerja yang berkontak dengan kotoran burung atau kelelawar, misalnya petani. Kebanyakan orang yang terkena histoplasmosis tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi, karena mereka tidak pernah menunjukkan tanda dan gejala. Namun, histoplasmosis dapat serius bagi sebagian orang, terutama bayi dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang.

5.3. pH

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pH pada saat pemeriksaan hari ke 10 relatif rendahasam namum pada pemeriksaan hari ke 20 hingga hari ke 30 pH mulai normal dan mendekati pH tanah yaitu antara 5,4-5,7 pada aktivator EM-4 , 5,6-6,3 pada aktivator MOL dan 5,3-6 pada aktivator kotoran sapi.Hal ini disebabkan mikroba menggunakan asam organik yang akan menyebabkan pH menjadi naik, selanjutnya asam organik digunakan mikroba jenis lain hingga derajat keasaman kembali netral Maradhy, 2009. Rata-rata pH akhir dari proses dekomposisi sampah daun organik pada semua perlakuan hampir sama, yaitu sekitar 6-7, pH optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6,5 sampai 7,5. pH ideal dekomposisi aerobik antara 6-8 karena pada derajat tersebut mikroba dapat tumbuh dan mengadakan aktifitasnya dalam mendekomposisi sampah organik daun Maradhy, 2009.Derajat keasaman pHjuga memang sangat mempengaruhi proses pengomposan karena pH merupakan salah satu faktor kritis bagi pertumbuhan mikroorganisme yang terlibat dalam proses Universitas Sumatera Utara