11 Gliserol terdapat di alam dalam bentuk kombinasi gliserida dalam semua
lemak hewani dan minyak nabati, dan didapatkan sebagai produk samping minyak dalam produksi asam minyak. Gliserol di alam jarang ditemukan dalam bentuk bebas
dalam lemak, tetapi biasanya sebagai trigliserida yang berkombinasi dengan asam minyak seperti stearat, oleat, palmitat dan laurat dan merupakan campuran atau
kombinasi gliserida dari berbagai asam minyak. Beberapa minyak nabati seperti minyak kelapa, inti sawit, kapas, kedelai, dan zaitun mampu menghasilkan gliserol
dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan lemak hewani seperti lemak babi. Gliserol terdapat di alam sebagai trigliserida dalam sel-sel tumbuhan dan
hewan berupa lipida seperti lesitin dan sepalin. Lemak komplek ini berbeda dari lemak biasa, dimana kandungannya cukup variatif seperti asam posfat dalam residu
asam lemak [20]. Untuk nilai tekanan uap diukur pada 50
o
C. Pada temperature ini tekanan uap sangat rendah. Diharapkan bahwa pada temperature kamar nilai ini akan lebih
rendah. Pada tahun 2000 perkiraan produksi gliserol adalah 500.000 ton. Jumlah impor dan produksi di Eropa adalah 227.000 ton pada tahun 1999 dan untuk inggris
28.000 ton. Gliserol dapat ditemukan dimana-mana dan dapat di industri dan produk
konsumen. Gliserol digunakan sebagai komponen dalam berbabagai produk dan sebagai perantara dalam aplikasi industry untuk pembuatan produk seperti sabun atau
detergen dan ester gliserol. Gliserol dtitemukan dalam produk konsumen seperti obat-obatan, kosmetik, tembakau, makanan dan minuman serta digunakan dalam
berbagai produk lainnya seperti cat, resin dan kertas [19].
2.5 KITIN DAN KITOSAN
Kitin adalah polisakarida alam kedua yang terdapat dimana-mana setelah selulosa di dunia. Kitin tesusun dari β14-2-acetimido-2-deoxy-β-D-glucose N-
asetilglukosamin. Berikut struktur dari kitin [21] :
Universitas Sumatera Utara
12 Gambar 2.3 Struktur dari Kitin
Kitin sering dianggap sebagai turunan selulosa, meskipun itu tidak terjadi di dalam organisme proses selulosa. Kitin memiliki struktur yang identik dengan
selulosa, akan tetapi kitin memiliki gugus asetik -NHCOCH
3
pada posisi C-2. Demikian pula prinsip turunan kitin, kitosan adalah polimer linear dari α 14-2-
amino-2-deoxy- β-D-glucopyranose dan kitosan berasal dari N-diasitelasi, sampai
batas yang bervariasi yang ditandai dengan deasitelasi dan terus menerus dari kopolimer dari N-asetilglukosamin dan glukosamin.
Dibawah ini adalah struktur deasetilasi sebagai kitin [21] :
Gambar 2.4 Deasitelasi Sebagian Kitin
Kitin berwarna putih, keras, kaku, polisakarida nitrogen yang ditemukan pada eksekeleton maupun di dalam struktur internal invertebrate. Limbah polimer alam ini
merupakan sumber utama polusi permukaan daerah pesisir. Produksi kitosan diperoleh dari krustasea pada limbah industri makanan terutama dari pembaruan dari
karotenoid [21]. Ketika derajat dari deasetilasi dari kitin mencapai sekitar 50 dilihat dari polimer
asli, menjadi larut pada media larutan asam disebut sebagai kitosan. Kelarutan terjadi dengan protonasi dari fungsi NH
2
pada posisi C-2 dari pengulangan unit D- glucoksamin, dimana polisakarida dikonversi menjadi polielektrolit pada media asam
[22].
Universitas Sumatera Utara
13 Kitosan adalah polisakarida linear. Polisakarida struktur karbohidrat polimer,
yang terbentuk dari pengulangan unit tiap mono- ataupun di- sakarida yang tergabung bersama dengan ikatan glikosidik. Kitosan adalah produk komersial dari
kitin yang diasetilasi penghapusan gugus asetil. Kitosan adalah polisakarida kedua yang sangat berlimpah di alam setelah selulosa. Biopolimer ini kebanyakan tersedia
dari limbah produk pada industri kerang-kerangan. Kitosan juga dapat terbentuk dari komponen kitin dari fungsi dinding sel [15].
Produksi kitosan dari kulit krustasea yang diperoleh dari limbah industri makanan yang ekonomis, terutama jika terdapat dari pembaruan karotenoid.
Kitin dan kitosan berlimpah di alam dan merupakan polimer yang dapat diperbarui yang memiliki sifat yang unggul seperti, kemampuan biodegradasi,
biokompatibel, tidak bersifat racun, dan adsorpsi. Banyak upaya yang dibuat untuk menyiapkan fungsi derivative dari kitosan dengan modifikasi kimia, reaksi
transpaltasi, interaksi ionik, dan hanya sedikit dari mereka yang ditemukan untuk penghancuran pada pelarut organik yang konvensional [21].
Tabel 2.2 Sifat Fisika Kitosan [23] Spesifikasi
Penampilan Putih atau kuning
Bau Tidak berbau
Kelembaban Max. 12
De-asetilasi Min. 70
Viskositas Max. 50 cps
Transparansi Min. 30 cm
pH dispersei 5 6,5-7,5
Ukuran partikel 20-30 mesh
Kelarutan Min. 99 , dalam HCl 6
Beberapa sifat kimia dan biologi dari kitosan adalah sebagai berikut [21] : 1.
Merupakan polimer linier. 2.
Beraksi dengan kelompok amino. 3.
Dapat bereaksi dengan kelompok hidroksil. 4.
Kelat banyak transisi ion logam.
Universitas Sumatera Utara
14 5.
Biokompatimbel terhadap polimer alam, dapat terbiodegradasi , aman dan tidak beracun.
6. Mengikat sel mikroba dengan agresif.
7. Memiliki efek regenerative terhadap jaringan gusi ikat.
8. Dapat mengakselerasi formasi dari osteoblas untuk pembentukan tulang.
9. Anti tumor.
10. Hemostatis, fungistatis.
2.6 GELATINISASI