36
D. Peran Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat
Dalam proses pembangunan desa, peranan kepala desa juga sangat besar. Menurut pengamatan Hofsteede 1992 terhadap peran kepala desa di
empat desa di Jawa Barat membuktikan hal itu. Para kepala desa yang diteliti menunjukkan bahwa mereka sebagai pengambil prakarsa dalam suatu proyek
pembangunan. Mereka mendiskusikan dan seterusnya merapatkan dalam rapat desa untuk mengambil keputusan pelaksanaan suatu proyek.
Pemberdayaan empowerment berasal dari Bahasa Inggris, power
diartikan sebagai kekuasaan atau kekuatan. Menurut Korten 1992 pemberdayaan adalah peningkatan kemandirian rakyat berdasarkan kapasitas
dan kekuatan internal rakyat atas SDM baik material maupun non-material melalui redistribusi modal. Sedangkan Pranarka dan Vidhyandika 1996:56
menjelaskan pemberdayaan adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik di dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, maupun dalam bidang politik, ekonomi, dan lain sebagainya.
Selain itu menurut Paul 1987 pemberdayaan berarti pembagian kekuasaan yang adil equitable sharing of power sehingga meningkatkan
kesadaran politis dan kekuasaan kelompok yang lemah serta memperbesar pengaruh mereka terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan. Menurut
Robert Dahl 1983:50, pemberdayaan diartikan pemberian kuasa untuk mempengaruhi atau mengontrol. Manusia selaku individu dan kelompok
37 berhak untuk ikut berpartisipasi terhadap keputusan-keputusan sosial yang
menyangkut komunitasnya. Sementara Hulme dan Turner 1990:214-215 berpendapat bahwa
pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk memberikan
pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal maupun nasional. Oleh karena itu pemberdayaan sifatnya individual dan kolektif. Pemberdayaan juga
merupakan suatu proses yang menyangkut hubungan kekuasaan kekuatan yang berubah antar individu, kelompok dan lembaga.
Menurut Talcot Parsons dalam Prijono, 1996:64-65 kekuatan merupakan sirkulasi dalam subsistem suatu masyarakat, sedangkan kekuatan
dalam pemberdayaan adalah daya, sehingga pemberdayaan dimaksudkan sebagai kekuatan yang berasal dari bawah. Pemberdayaan ini memiliki tujuan
dua arah, yaitu melepaskan belenggu kemiskinan dan keterbelakangan dan memperkuat posisi lapisan masyarakat dalam struktur kekuasaan. Keduanya
harus ditempuh dan menjadi sasaran dari upaya pemberdayaan. Sehingga perlu dikembangkan pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan masyarakat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan peranan kepala desa demikian
besar, yaitu pertama, kebanyakan kepala desa mempunyai wewenang yang betul-betul nyata. Mereka bagaikan raja-raja kecil di desanya. Hal itu
ditambah sikap masyarakat yang bersifat paternalistik. Kedua, kepala desa
38 mempunyai posisi yang sangat kuat sebagai wakil pemerintah di desa. Hal ini
karena bupatilah yang membuat keputusan akhir dan memberi surat pengangkatannya, meskipun kepala desa dipilih oleh rakyat secara langsung.
Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud di sini adalah upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat desa yang meliputi
aspek ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan hidup melalui penguatan kapasitas masyarakat.
Program pemberdayaan masyarakat Desa Sidoagung difokuskan pada pembangunan fisik guna meningkatkan perekonomian masyarakat desa yang
hampir 50 penduduknya adalah petani. Pembangunan fisik yang dimaksud adalah pengaspalan jalan, perbaikan drainase pada badan jalan, perkerasan
jalan peving blok, dan saluran irigasi tersier. Sedangkan pembangun non fisik difokusan pada pembinaan generasi muda dan perbaikan gizi ibu hamil dan
balita. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2005 Tentang Desa, Peranan kepala desa dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Sidoagung Kecamatan Godean Kabupaten Sleman dapat
dioperasionalkan dengan sebagai berikut : a membina kehidupan masyarakat desa
b membina perekonomian desa c mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif
39
E. Penelitian Yang Relevan
1. Hasil penelitian yang dilaksanakan Fitri Nurviyasari pada tahun 2012 mengenai Peran Tokoh Masyarakat Dalam Meningkatkan Partisipasi
Warga Belajar Program Keaksaraan Fungsional di PKBM Nanggulan, Kulonprogo. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa: 1 Peran tokoh
masyarakat dalam pelaksanaan program KF di PKBM Tanjungsari sebagai pemrakarsa, pengelola, tutor, motivator, dan penyedia fasilitas belajar. 2
Tokoh masyarakat sebagai pemrakarsa memiliki gagasan dan melakukan rapat bersama pengelola untuk merencanakan program KF, sebagai
pengelola ikut serta memantau bahkan membantu tutor dalam pembelajaran, sebagai tutor melaksanakan pembelajaran yang disesuaikan
dengan minat dan kebutuhan warga belajar, sebagai motivator memberikan pengarahan, informasi dan mengingatkan agar partisipasinya meningkat
serta memfasilitasi tempat bagi pembelajaran KF. 3 Faktor pendukung dalam melaksanakan peran tokoh masyarakat adalah penerimaan dan
kepercayaan dari warga belajar akan keberadaan tokoh masyarakat tersebut serta adanya dana bagi penyelenggaraan program, sedangkan
faktor penghambat adalah kurangnya sarana pembelajaran, kehadiran warga belajar yang kurang maksimal dalam kegiatan maupun pola pikir
warga belajar yang menganggap program KF tersebut tidak penting. 2. Penelitian yang dilaksanakan oleh Krishnayani Winata pada tahun 1991
mengenai Mekanisme Karang Taruna Dalam Mengembangkan Kesejahteraan Sosial Generasi Muda: Studi Tentang Peran Pengurus,