Misalnya : anata, anta, kimi, dll
c. Kata ganti penunjuk ketiga
Misalnya : kare, kanojo, sonohito, dll
2.2. Studi Semantik
Dalam bidang ilmu yang membahas tentang bahasa, pasti akan berhubungan dengan ilmu linguistik. Kata linguistik berasal dari bahasa Latin,
yakni Lingua yang berarti ‘bahasa’. Semantik imiron merupakan salah satu cabang ilmu linguistik gengogaku yang mengkaji tentang makna Sutedi, 2008 :
111. Menurut Ency Britanica dalam Fatimah, semantik adalah studi suatu pembeda bahasa dengan hubungan proses mental atau simbolisme dalam aktivitas
bicara 2008 : 4. Menurut Chomsky dalam Chaer 2007 : 285 menyatakan bahwa semantik merupakan salah satu komponen dari tata bahasa dua komponen
lain adalah sintaksis dan fonologi, dan makna kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantik ini. Menurut Bapak Linguistik modern, Ferdinand de
Saussure, tanda linguistik signe linguistique terdiri dari komponen signifian dan signifie
. Komponen signifian yang mengartikan adalah komponen yang wujudnya berupa runtunan bunyi. Sedangkan komponen signifie yang diartikan
adalah komponen yang wujudnya berupa pengertian atau konsep yang dimiliki oleh signifian. Sebagai contoh kata meja, komponen signifian yang terdapat dalam
kata tersebut adalah m, e, j, a; dan komponen signife yang terdapat pada kata tersebut adalah berupa konsep atau makna ‘sejenis perabot kantor atau rumah
tangga’.
Universitas Sumatera Utara
Objek studi semantik adalah makna yang terdapat pada satuan-satuan ujaran, seperti kata, frase, klausa dan kalimat. Menurut Fatimah 2008 : 5, makna
adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri terutama kata- kata. Menurut Lyons dalam Fatimah, mengkaji atau memberikan makna suatu
kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan- hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Makna
sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling mengerti. Makna memiliki tiga tingkat
keberadaan, yakni :
a. Pada tingkat pertama, makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan, b. Pada tingkat kedua, makna menjadi isi dari suatu kebahasaan,
c. Pada tingkat ketiga, makna menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi tertentu.
Makna yang menjadi objek kajian semantik dapat dikaji dari berbagai segi, terutama teori atau aliran yang berada dalam linguistik. Jenis-jenis semantik
termasuk dalam teori kajian tersebut. Jenis-jenis semantik tersebut adalah :
a. Semantik Behavoris
Pada semantik jenis ini, makna ditentukan oleh situasi yang berarti ditentukan oleh lingkungan. Oleh karena itu, makna hanya dapat
dipahami jika ada data yang dapat diamati yang berada dalam lingkungan pengalaman manusia. Proses memahami makna dilakukan
berdasarkan pengalaman dan data yang ada.
Universitas Sumatera Utara
b. Semantik Deskriptif
Semantik deskriptif adalah jenis semantik yang mengkaji makna pada saat sekarang sedang berlaku. Dalam semantik deskriptif ini, makna
yang diperhatikan adalah makna yang berlaku pada saat ini dan diketahui secara umum, bukan karena kata tersebut kebetulan ada
dalam bahasa daerah ataupun dialek bahasa daerah tersebut. Makna yang muncul pada awal proses pemaknaan sudah tidak diperhatikan
lagi.
c. Semantik Generatif
Pateda 2001 : 69 menjelaskan bahwa teori semantik generatif ini menjelaskan bahwa tata bahasa terdiri dari struktur dalam yang berisi
tidak lain dari struktur semantik dan struktur luar yang merupakan perwujudan ujaran. Kedua struktur ini dihubungkan dengan suatu
proses yang disebut transformasi. Pada semantik generatif ini lebih banyak membicarakan makna yang muncul didalam kalimat.
d. Semantik Gramatikal
Makna yang terdapat dalam satuan kalimat adalah kajian utama pada semantik gramatikal.
Universitas Sumatera Utara
e. Semantik Historis
Masyarakat sebagai pengguna bahasa adalah satu hal yang mengalami perkembangan secara terus menerus tanpa ada batasannya. Sama
seperti sifat bahasa yang bersifat dinamis. Pada semantik historis ini ditekankan studi makna dalam rentangan waktu, bukan mengkaji
sejarah perubahan bentuk makna. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa semantik historis adalah studi semantik yang
mengkaji sistem makna dalam rangkaian waktu.
f. Semantik Leksikal
Semantik leksikal ialah semantik yang memusatkan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata. Dalam semantik leksikal ini,
hal yang diperhatikan adalah bagian makna yang terdapat delam kata sebagai satuan mandiri, misalnya makna yang terdapat pada kamus.
Oleh karena itu, pada semantik jenis ini tidak membahas makna kata yang sudah terangkai dalam satu kalimat.
g. Semantik Logika
Semantik jenis ini membahas tentang konsep-konsep dan notasi simbolik dalam analisis bahasa. Dalam semantik logika, hal yang
dikaji adalah sistem makna yang dilihat dari logika, seperti yang berlaku pada matematika, yang mengacu pada pengkajian makna atau
penafsiran ujaran, terutama yang dibentuk dalam sistem logika. Dalam semantik logika dibahas makna proporsi yang dibedakan dalam
Universitas Sumatera Utara
kalimat. Satu kalimat dapat diujarkan dengan proporsi berjumlah dua atau lebih.
Ada banyak jenis makna yang diungkapkan oleh para ahli. Dalam Chaer 2007 : 289 ada berbagai jenis makna yang dijelaskan, yakni :
1. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem, mesti tanpa konteks apapun. Misalnya leksem kuda memiliki
makna leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasanya dikendarai’. Dengan contoh itu dapat juga dikatakan bahwa makna
leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kita, atau makna apa adanya.
2. Makna Gramatikal
Berbeda dengan makna leksikal, makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi
atau kalimatisasi. Umpamanya, dalam proses afiksasi prefiks ber- dengan dasar baju melahirkan makna gramatikal ‘mengenakan atau
memakai baju’; dengan dasar kuda melahirkan makna gramatikal ‘mengendarai kuda’.
3. Makna Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada didalam satu konteks. Makna kontekstual dapat juga
Universitas Sumatera Utara
berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa itu.
4. Makna Refrensial
Sebuah kata atau leksem disebut bermakna refrensial kalau ada refrensnya, atau acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah dan
gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna refrensial
karena ada acuannya dalam dunia nyata.
5. Makna Non refrensial
Makna non-refrensial adalah makna dari suatu kata yang timbul tetapi tidak ada refrensi yang mengacu kepada kata tersebut. Pada
kata dan, atau dan karena tidak memiliki makna refrensial karena kata-kata tersebut tidak memiliki referensi atau acuan yang nyata,
tetapi tetap memiliki arti jika dipadankan dengan kata-kata lain dalam suatu kalimat.
6. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh leksem. Makna denotatif memiliki
kesamaan dengan makna leksikal, yakni memaknai suatu leksem sesuai dengan makna asli dari leksem tersebut. Misalnya kata ushi
dalam bahasa Jepang memiliki makna ‘sejenis binatang berkaki
Universitas Sumatera Utara
empat yang biasa diternakkan dan dimanfaatkan daging dan susunya’.
7.
Makna Konotasi
Makna konotasi adalah makna lain yang ‘ditambahkan’ pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang
atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Misalnya kata babi. Bila ditinjau dari makna denotasinya, maka kata babi
tersebut bermakna hewan berkaki empat yang dimanfaatkan dagingnya. Tetapi bila ditinjau dari makna konotasinya, maka
makna yang dihasilkan bukan lagi sama seperti makna sebelumnya, yakni hewan berkaki empat yang dimanfaatkan dagingnya,
melainkan ada perasaan negatif yang muncul ketika mendengar kata tersebut.
8. Makna Konseptual
Yang dimaksud dengan makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi
apapun. Sebenarnya makna konseptual ini memiliki kesamaan proses pemaknaan dengan makna denotatif, makna leksikal dan
makna refrensial.
9. Makna Asosiatif
Universitas Sumatera Utara
Makna asosiatif sama seperti lambang yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan konsep lain yang
mempunyai kemiripan dengan sifat, keadaan atau ciri yang ada pada asal kata tersebut. Makna asosiatif adalah makna yang
dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada diluar bahasa.
Misalnya kata merah yang berasosiasi dengan ‘berani’ atau ‘paham komunis’.
10. Makna Kata
Makna kata adalah makna yang baru jelas maknanya kalau kata itu sudah berada didalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya.
Makna kata tidak dapat dimaknai secara langsung pada kata yang belum mengalami proses kalimatisasi. Makna kata akan terlihat
semakin jelas jika kata tersebut sudah berada didalam konteks kalimat atau konteks situasinya.
11. Makna Istilah
Makna istilah adalah makna yang mempunyai makna yang pasti, jelas, yang tidak meragukan meskipun tanpa konteks kalimat.
Istilah-istilah hanya digunakan pada bidang kelimuan atau kegiatan tertentu. Misalnya istilah yang terdapat pada linguistik, yakni
morferm, alomorf, variansi, dan lain-lain.
12. Makna Idiom
Universitas Sumatera Utara
Idiom ialah suatu ujaran yang maknanya tidak dapat dimaknai secara langsung, baik itu secara leksikal maupun secara gramatikal.
Misalnya idiom “menjual gigi” bila dimaknai langsung secara gramatikal adalah menjual gigi. Tetapi makna yang sebenarnya
bukanlah itu, melainkan tertawa terbahak-bahak. Jadi, makna idiom adalah makna yang tidak dapat dimaknai secara langsung,
baik secara gramatikal maupun leksikal.
Sementara itu, menurut Dedi Sutedi dalam bukunya yang berjudul “Dasar- Dasar linguistik Bahasa Jepang” memaparkan berbagai jenis makna seperti
berikut:
1. Jishouteki Imi Makna Leksikal
Dalam bahasa Jepang, makna leksikal disebut dengan jishoteki imi 辞書的意味 atau goiteki imi 語彙的意味. Makna leksikal
adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan refrensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur
gramatikalnya, atau dapat dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Misalnya kata hana 花 dan kata gakkou 学校 memiliki makna
leksikal: bunga dan sekolah.
2. Bunpuoteki Imi Makna Gramatikal
Makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut dengan bunpouteki imi
文 法 的 意 味 , yaitu makna yang muncul akibat proses
Universitas Sumatera Utara
gramatikalnya. Dalam bahasa Jepang, joshi 助詞 partikel dan jodoushi
助動詞 kopula tidak memiliki makna leksikal, tetapi memiliki makna gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika
digunakan dalam kalimat. Verba dan ajektiva memiliki kedua jenis makna tersebut, misalnya pada kata 忙 い dan 食
, bagian gokan
nya {い } dan {
} bermakna leksikal sibuk dan memakan, sedangkan gobinya, yaitu {いi} dan { ru} sebagai
makna gramatikal, karena akan berubah sesuai dengan konteks gramatikalnya. Partikel ni secara leksikal tidak jelas maknanya,
tetapi baru jelas kalau digunakan dalam kalimat. Misalnya Bandon ni sundeiru ン ン
い tinggal di Bandung.
3. Meijiteki imi Makna Denotatif
Makna denotatif dalam bahasa Jepang disebut meijiteki imi 明示 的意味
atau gaien 延, yaitu makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa, seperti suatu objek atau gagasan dan bisa
dijelaskan dengan analisis komponen makna. Misalnya 父chichi dan 親 父 oyaji memiliki makna denotatif yang sama, karena
menunjuk kepada refren yang sama yaitu ayah.
4. Anjiteki imi Makna Konotatif
Makna konotatif disebut anjiteki imi atau naihou yakni makna yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran pembicara dan
Universitas Sumatera Utara
lawan bicaranya. Misalnya pada kata chichi dan oyaji kedua- duanya memiliki makna yang sama, yakni ayah dan dapat
dijelaskan dengan komponen makna sebagai berikut :
父 = 親父: 人間 +男性 +一世代
Chichi = Oyaji : ningen +dansei +chichi sedai ue
insan +jantan +satu generasi diatas
Makna denotatif dari kedua kata tersebut sama, karena menunjuk pada refren yang sama tetapi nilai rasa berbeda. Kata chichi
digunakan lebih formal dan lebih halus, sedangkan kata oyaji terkesan lebih dekat dan lebih akrab.
5. Kihon gi Makna Dasar
Makna dasar disebut dengan kihon gi 基本儀 merupakan makna asli yang dimiliki oleh suatu kata. Makna asli yang dimaksud, yaitu
makna bahasa yang digunakan pada masa sekarang ini. Hal ini perlu ditegaskan karena berbeda dengan gen gi 原義 makna
asal, dalam bahasa Jepang modern banyak sekali makna asal suatu kata yang sudah berubah dan tidak digunakan lagi. Makna
dasar terkadang disebut juga sebagai makna pusat core atau makna protipe, meskipun tidak sama persis.
6. Ten gi Makna Perluasan
Universitas Sumatera Utara
Makna perluasan ten gi 転義 merupakan makna yang muncul sebagai hasil perluasan dari makna dasar, diantaranya akibat
penggunaan secara kiasan atau majzas hiyu. Hal ini dikemukakan oleh para penganut aliran linguistik kognitif. Aliran linguistik
kognitif dalam mendeskripsikan hubungan antar makna dalam suatu polisemi, banyak menggunakan gaya bahasa. Perubahan
makna suatu kata dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti perkembangan peradaban manusia pemakai bahasa tersebut;
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau pengaruh bahasa asing.
BAB III
ANALISIS MAKNA DAN PENGGUNAAN KATA SENSEI
Dalam menganalisis makna dan penggunaan kata sensei dalam kalimat, penulis mencari dari berbagai sumber berbahasa Jepang yang terdapat kata sensei
didalam kalimat tersebut. Penulis menganalisis makna kata sensei didalam kalimat tersebut sesuai dengan makna kontekstualnya. Makna kontekstual adalah makna
sebuah leksem atau kata yang berada didalam satu konteks. Makna konteks dapat
Universitas Sumatera Utara
juga berkenaan dengan situasinya,, yakni tempat, waktu dan lingkungan penggunaan bahasa tersebut. Jadi penulis melihat kata sensei yang digunakan
sesuai dengan konteks yang sedang terjadi pada kalimat tersebut.
3.1. Menyatakan Orang yang Berprofesi Sebagai Pengajar