I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan bangsa. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan salah satu upaya meningkatkan sumber
daya manusia, yaitu menyiapkan generasi penerus bangsa yang cerdas, tangguh dan mandiri.
Baedhowi 2003: 13 menyatakan pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia, menjadi wahana utama dalam meningkatkan kapabilitas seorang atau masyarakat. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
Guru dan Dosen juga disebutkan : ...bahwa pembangunan bidang pendidikan merupakan salah satu upaya dalam
mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa mulai dari jenjang pendidikan dasar. Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006
disebutkan bahwa mata pelajaran matematika diajarkan di sekolah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: 1 Memahami konsep matematika; 2
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat; 3 Memecahkan masalah; 4 Mengkomunikasikan gagasan;
5 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
2 Berdasarkan hasil survei Trends in Mathematics and Sciences Study TIMSS
tahun 2003 untuk siswa kelas VIII, Indonesia ditempatkan pada posisi 34 dari 46 negara pada penguasaan umum. Pada penguasaan dan pengetahun tentang fakta,
prosedur dan konsep, Indonesia menempati urutan ke-33, sedangkan dalam penerapan pengetahuan dan pemahaman konsep, Indonesia menempati urutan ke-
36. Lima Negara yang memperoleh skor tertinggi dalam kategori di atas adalah Singapura, Korea, China-Taipe, Jepang, dan Hongkong dalam TIMSS, 2003: 36.
Tahun 2007, hasil survei TIMSS menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 48 negara tentang penguasaan matematika untuk siswa sekolah menengah pertama.
Dari keterangan di atas, dapat kita lihat bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih sangat rendah, termasuk dalam penguasaan dan pemahaman konsep.
Padahal pemahaman konsep pada materi sebelumnya akan mempermudah siswa untuk mempelajari materi matematika yang baru. Tingkat pemahaman konsep
yang rendah akan menghambat pola berfikir siswa, dimana hal ini akan mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.
Menurut Hudoyo 1990: 85 keberhasilan siswa belajar matematika dipengaruhi oleh penguasaan pengajar terhadap berbagai cara penyampaian bahasan
matematika kepada peserta didik. Cara penyampaian materi matematika sebagaimana yang diharapkan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
pendekatan, strategi, model ataupun metode yang melibatkan siswa agar aktif dalam pembelajaran. Guru hendaknya memperhatikan cara untuk membangkitkan
minat, semangat dan kreativitas siswa guna tercapainya tujuan belajar matematika. Saat ini sebagian besar guru matematika SMP di Lampung Tengah masih
menggunakan pembelajaran yang berpusat pada guru, sebagian besar siswa
3 kurang memaknai pembelajaran dan cenderung menghafal langkah penyelesaian
yang diberikan guru. Begitu pula yang terjadi di SMP Negeri 2 Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah. Berdasarkan wawancara dengan guru matematika
kelas VII di SMP tersebut, pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran konvensional yang kurang menarik minat siswa dalam belajar matematika. Selain
itu, hasil belajar yang dicapai oleh siswa masih belum memuaskan. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai rata-rata ulangan semester ganjil matematika siswa yang sebagian besar belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal KKM. Nilai rata-
rata ulangan semester ganjil matematika siswa tahun pelajaran 20112012 hanya 43,11 sedangkan KKM yang ditetapkan oleh sekolah adalah 65 skala 100. Dari
hasil ulangan semester ini pula terlihat bahwa hanya 4,21 siswa yang mem- peroleh nilai lebih dari atau sama dengan 65.
Selama ini yang banyak diajarkan di sekolah adalah masalah-masalah matematika tertutup closed problems, yaitu masalah matematika yang dalam penye-
lesaiannya hanya ada satu jawaban benar. Prosedur yang digunakan baku. Menurut Weirthe
pembelajaran yang prosedural seperti penerapan rumus cenderung menghilangkan kemampuan manusia untuk
melihat struktur masalah secara utuh. Padahal, pemahaman akan konsep
matematis merupakan hal penting dalam pembelajaran. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman
konsep yaitu melalui pendekatan open-ended. Pendekatan ini memperhatikan
masalah-masalah matematika terbuka open problems yang hampir tidak tersentuh dalam proses pembelajaran matematika di sekolah. Akibatnya biasanya
4 bila ada permasalahan matematika semacam ini, soal atau permasalahan itu
dianggap salah soal. Menurut Suherman dkk 2003: 114 problem yang diformulasikan memiliki
multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap disebut juga open-ended problem atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan open-ended problem,
tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban.
Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun
beberapa atau banyak. Sifat keterbukaan dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau
hanya ada satu jawaban yang mungkin untuk masalah tersebut. Berdasarkan hal tersebut, siswa akan lebih memahami konsep matematis.
B. Rumusan Masalah