Pendekatan Open-ended TINJAUAN PUSTAKA

10 4 Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional. Lebih lanjut menurut Soesasmito, guru yang efektif adalah guru yang menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran dengan presentasi waktu belajar akademis yang tinggi. Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif tersebut, keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, efektivitas dikatakan tercapai bila siswa pada pembelajaran dengan pendekatan open-ended memiliki rata-rata nilai kemampuan pemahaman konsep matematis lebih baik daripada rata-rata nilai kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

B. Pendekatan Open-ended

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, guru perlu memilih pendekatan yang tepat agar hasil yang diperoleh dapat optimal. Pendekatan menurut Sagala 2009: 68 merupakan jalan yang ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Senada dengan pendapat tersebut, Syah 2005: 144 menyatakan pendekatan pembelajaran yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode 11 yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Dipihak lain Sanjaya 2009: 125 menyatakan: Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan tergantung dari pendekatan tertentu. Menurut Suherman, dkk 2001: 70 terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika, antara lain pendekatan konstruktivisme, pendekatan pemecahan masalah, pendekatan open-ended, pendekatan realistik dan lain-lain. Menurut Shimada dalam Becker dan Shimada, 1997: 1 munculnya pendekatan open-ended the objectives of higher-order thinking there after reffered to as Dengan kata lain, munculnya pendekatan open-ended berawal dari pandangan bagaimana menilai kemampuan siswa secara objektif kemampuan berpikir tingkat tinggi matematika. Selain itu, munculnya pendekatan ini sebagai reaksi atas pendidikan matematika sekolah saat itu yang aktivitas kelasnya disebut dengan frontal teaching, yaitu guru menjelaskan konsep baru di depan kelas kepada para siswa, kemudian memberikan contoh untuk menyelesaikan beberapa soal. Pendekatan open-ended sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan minat dan kemampuan masing- masing. Hal ini karena pada pendekatan open-ended masalah yang digunakan adalah masalah terbuka. Masalah terbuka adalah masalah yang diformulasikan 12 memiliki multijawaban banyak penyelesaian yang benar. Di samping itu, melalui pendekatan open-ended siswa dapat menemukan sesuatu yang baru dalam penyelesaian suatu masalah, khususnya masalah yang berkaitan dengan matematika. Berdasarkan hal tersebut, pendekatan open-ended dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar. Pendekatan open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki lebih dari satu jawaban atau metode penyelesaian dalam Shimada dan Becker, 1997: 1. Siswa yang dihadapkan dengan masalah terbuka, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Oleh karena itu, bukanlah hanya satu cara atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak cara atau metode yang digunakan. Tujuan dari pembelajaran dengan pendekatan open-ended menurut Nohda dalam Suherman, 2001: 124 ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematika siswa melalui problem solving secara simultan. Hal yang perlu diperhatikan adalah perlunya memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir dengan bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Aktivitas kelas yang penuh dengan beragam ide matematika ini akan memacu kemampuan berpikir siswa. Dari pernyataan-pernyataan di atas, pendekatan open-ended menjanjikan suatu kesempatan kepada siswa untuk menemukan berbagai cara yang diyakininya sesuai dengan kemampuan menyelesaikan suatu permasalahan. Tujuannya adalah agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang secara maksimal. Inilah inti pembelajaran dengan pendekatan open-ended, yaitu pembelajaran yang 13 membangun motivasi siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai cara penyelesaian. Menurut Suherman, dkk 2001: 114 kegiatan matematika dan kegiatan siswa disebut terbuka jika memenuhi tiga aspek berikut. 1 Kegiatan siswa harus terbuka Kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas. 2 Kegiatan matematika adalah ragam berpikir Kegiatan matematika adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau sebaliknya. 3 Kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan suatu kesatuan Kegiatan siswa dan kegiatan matematika dikatakan terbuka dalam pembelajaran, jika kebutuhan dan berpikir matematika siswa terperhatikan guru melalui kegiatan-kegiatan matematika yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan lainnya. Permasalahan matematika yang diberikan akan mendorong potensi mereka untuk melakukan kegiatan matematika. Shimada dan Becker 1997: 14 menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika, rangkaian dari pengetahuan, keterampilan, konsep, prinsip, atau aturan diberikan kepada peserta didik biasanya dilakukan melalui langkah demi langkah. Selanjutnya menurut Shimada dan Becker langkah-langkah pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended adalah sebagai berikut. 14 1 Pendekatan open-ended dimulai dengan memberikan masalah terbuka kepada peserta didik, masalah tersebut diperkirakan mampu diselesaikan peserta didik dengan banyak cara dan mungkin juga banyak jawaban sehingga memacu potensi intelektual dan pengalaman peserta didik dalam proses menemukan pengetahuan yang baru. 2 Peserta didik melakukan beragam aktivitas untuk menjawab masalah yang diberikan. 3 Berikan waktu yang cukup kepada peserta didik untuk mengeksplorasi masalah. 4 Peserta didik membuat rangkuman dari proses penemuan yang mereka lakukan. 5 Diskusi kelas mengenai strategi dan pemecahan dari masalah serta penyimpulan dengan bimbingan guru. Menyajikan masalah open-ended bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Sebagaimana diungkapkan oleh Sawada dalam Shimada dan Becker, 1997: 28 : generally speaking, it is difficult to develop good, appropriate, open-ended problem for students at different grade level Secara umum dapat dikatakan sulit untuk mengembangkan masalah open-ended yang baik, tepat dan untuk siswa dengan kemampuan yang berbeda. Meskipun demikian, Sawada menemukan beberapa hal penting yang bisa dijadikan sebagai pedoman dalam mengkonstruksi atau membuat masalah open-ended, yaitu sebagai berikut. 1 Siapkan suatu situasi fisik yang nyata dalam menyajikan permasalahan yang menyertakan sejumlah faktor yang tidak menetap variabel dimana konsep- konsep matematika teramati oleh siswa. 15 2 Memodifikasi soal-soal pembuktian yang ada, sedemikian sehingga siswa dapat memahami keterkaitan antar konsep matematika, yang akan atau semestinya digunakan oleh siswa dalam melakukan pembuktian yang lebih kompleks. 3 Sajikan masalah melalui gambar bangun-bangun geometri. Kemudian siswa diminta agar menemukan sebuah konsep matematika dengan membuat sebuah konjektur berdasarkan gambar. 4 Sajikan masalah kepada siswa berupa sederetan angka atau berupa tabel. Kemudian siswa diminta untuk membuat kesimpulan atau menemukan aturan- aturan matematika melalui sederetan angka atau tabel tersebut. 5 Sajikan beberapa kejadian nyata dalam beberapa kategori. Pilihlah satu persatu kejadian lainnya yang memiliki karakteristik sama dengan sebuah kejadian yang dicontohkan tersebut, sehingga siswa dapat membuat generalisasi dari kejadian-kejadian yang ada. 6 Sajikan beberapa latihan atau permasalahan yang memiliki kemiripan satu dengan yang lainnya. Siswa dituntut untuk menyelesaikan latihan atau permasalahan tersebut serta meminta siswa untuk menemukan sebanyak- banyaknya kemungkinan sifat-sifat yang sama dari paling sedikitnya antara dua latihan atau permasalahan yang memiliki kemiripan satu dengan lainnya. 7 Sajikan kepada siswa beberapa situasi matematika yang tidak sebenarnya quasi-mathematical situations yang memuat suatu perbedaan tertentu yang dapat diamati oleh siswa. Kemudian siswa diminta untuk menemukan metode atau cara untuk mengukur perbedaan yang ada. 16 8 Sajikan sebuah contoh konkret yang memuat struktur dan data numerik yang mudah dikumpulkan. Kemudian siswa diminta untuk menemukan aturan- aturan matematika yang menunjukkan kebenaran dari contoh tersebut. Menurut Shimada dan Becker 1997: 31, sebelum guru menyampaikan masalah di depan kelas, guru harus memperhatikan aspek berikut ini. 1 Apakah masalah tersebut kaya dengan konsep-konsep matematika dan bernilai? Masalah harus mendorong siswa untuk berfikir dari berbagai sudut pandang. Selain itu, masalah juga harus kaya dengan konsep-konsep matematika yang sesuai dengan siswa berkemampuan rendah sampai tinggi untuk menggunakan strategi sesuai dengan kemampuannya. 2 Apakah level matematika dari masalah itu cocok dengan siswa? Pada saat menyelesaikan masalah, siswa harus menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Jika soal tersebut diprediksi diluar jangkaun siswa, maka guru harus mengubahnya. 3 Apakah masalah itu mengundang pengembangan konsep matematika lebih lanjut? Apabila masalah telah sesuai dengan kriteria tersebut, selanjutnya mengembangkan rencana pembelajaran yang baik dengan menyajikan masalah yang telah dibuat. Sawada dalam Shimada dan Becker, 1997: 32 menyarankan beberapa hal penting dalam mengembangkan dan menyusun rencana pembelajaran open-ended dengan baik, yaitu sebagai berikut. 1 Tuliskan respon siswa yang diharapkan 2 Tujuan masalah yang diberikan harus jelas 3 Sajikan masalah semenarik mungkin 17 4 Lengkapi prinsip problem solving sehingga siswa memahaminya dengan mudah 5 Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk melakukan eksplorasi. Suherman, dkk 2001: 121 mengemukakan beberapa kelebihan penerapan soal open-ended dalam pembelajaran matematika yaitu sebagai berikut. 1 Peserta didik dapat berpartisipasi dengan aktif dan lebih sering mengekspresikan idenya. 2 Peserta didik mempunyai kesempatan lebih untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif. 3 Peserta didik yang kurang pandai dapat merespon pertanyaan dengan caranya sendiri. 4 Peserta didik termotivasi secara instrinsik untuk memberikan jawaban- jawaban yang lebih banyak. 5 Peserta didik memiliki pengalaman yang kaya dari proses penemuan yang dilakukan dari ide-ide temannya. Namun demikian, pendekatan ini juga memunculkan berbagai kelemahan. Menurut Suherman, dkk 2001: 121 kelemahan yang muncul antara lain : 1 Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah matematika yang bermakna bagi siswa. 2 Sulit bagi guru untuk menyajikan masalah secara sempurna. Seringkali siswa menghadapi kesulitan untuk memahami bagaimana caranya merespon atau menjawab permasalahan yang diberikan. 3 Karena jawabannya bersifat bebas, maka siswa kelompok pandai seringkali merasa cemas bahwa jawabannya akan tidak memuaskan. 18 4 Terdapat kecenderungan bahwa siswa merasa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena mereka merasa kesulitan dalam mengajukan kesim- pulan secara tepat dan jelas. Kelemahan pendekatan open-ended masih dapat diatasi. Cara mengatasi kelemahan tersebut yaitu sebagai berikut. 1 Guru membuat dan menyiapkan masalah yang bermakna bagi siswa. 2 Guru terlebih dahulu mendaftar semua respon yang diinginkan. 3 Untuk mengatasi kecemasan yang dialami siswa pandai yaitu sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan open-ended siswa diberi informasi bahwa jawaban yang diajukan dalam permasalahan dapat beragam tergantung dari sudut pandang siswa dan beragam jawaban tersebut mungkin semuanya benar. 4 Guru membantu siswa dalam menarik kesimpulan akhir.

C. Pembelajaran Konvensional

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Pesisir Tengah Krui Tahun Pelajaran 2011/2012)

2 10 48

EFEKTIVITAS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 7 68

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 23 Bandarlampung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012)

0 7 53

EFEKTIVITAS METODE MIND MAPPING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 58

EFEKTIVITAS METODE MIND MAPPING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 13 58

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN Novita Rochmadeni KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah Tahun Ajaran 2011/2012)

1 9 55

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pekalongan Kab. Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 39

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 20 BandarLampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 58 183

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

2 12 51

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 60