Model Pembelajaran Guided Inquiry Learning

c. Mengumpulkan Data Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik. d. Analisis Data Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran „benar‟ atau „salah‟. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inquiry yang telah dilakukannya. e. Membuat Kesimpulan Langkah penutup dari pembelajaran inquiry adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa. Langkah-langkah penerapan inquiry learning menurut Wardoyo 2013: 69- 71 adalah sebagai berikut: 1. Proses Identifikasi Proses identifikasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh siswa dan juga kebutuhan pendukung lainnya untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Proses ini dilakukan oleh guru dengan cara mengidentifikasi hal-hal mendasar yang perlu diketahui, dipahami dan dipersiapkan oleh guru. 2. Proses Seleksi Proses seleksi merupakan proses yang dilakukan oleh guru untuk melakukan kegiatan penyeleksian secara selektif terhadap konsep-konsep yang akan dipelajari maupun bahan materi yang akan diberikan kepada siswa dengan disesuaikan pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 3. Proses Persiapan Guru melakukan proses persiapan secara cermat terkait dengan manajemen kelas, manajemen pembelajaran dan manajemen penilaian. Artinya bahwa sarana prasarana kelas harus dipersiapkan secara baik untuk mendukung terlaksananya rencana kegiatan pembelajaran dan rencana penilaian yang telah dipersiapkan oleh guru. 4. Proses Penyelidikan dan Penemuan Dalam proses penyelidikan dan penemuan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi kemampuan diri mereka sebagai sarana menemukan hal yang baru. Dalam kegiatan ini guru juga melakukan tindakan pembimbingan terhadap hal-hal yang dibutuhkan oleh siswa. 5. Proses Analisis Proses kegiatan belajar selanjutnya adalah analisis temuan yang dilakukan oleh siswa untuk menyimpulkan temuan-temuan baru yang mereka dapatkan. Proses ini dapat dilakukan dengan cara presentasi oleh siswa ataupun pembuatan rangkuman materi oleh siswa. 6. Proses Penguatan Guru memberikan penguatan dan penyempurnaan terhadap hal-hal yang telah dirangkum atau dipresentasikan oleh siswa. Dalam proses penguatan dibutuhkan kehati-hatian guru agar apa yang telah menjadi hasil temuan siswa tidak terabaikan. Tabel 1. Tahap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Fase Perilaku Guru 1. Menyajikan Pertanyaan atau Masalah Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi dalam kelompok. 2. Membuat Hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan mempriotaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. 3. Merancang Percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukkan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah- langkah percobaan. 4. Melakukan Percobaan untuk Memperoleh Informasi Guru membimbing siswa mendapat informasi melalui percobaan. 5. Mengumpulkan dan Menganalisis Data Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. 6. Membuat Kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan Sumber: Trianto 2013: 172. Pembelajaran inquiry menurut Hosnan 2014: 344 merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena memiliki banyak keunggulan, diantaranya sebagai berikut: a. Pembelajaran inquiry menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran inquiry ini dianggap lebih bermakna. b. Pembelajaran inquiry dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. c. Inquiry dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. d. Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan belajar dengan tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam belajar. Di samping memiliki keunggulan, menurut Hosnan 2014: 344 pembelajaran inquiry juga mempunyai kelemahan, diantaranya sebagai berikut: a. Jika digunakan dalam pembelajaran, maka akan sulit untuk mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik. b. Pembelajaran inquiry sulit untuk merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar. c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering pendidik sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan. d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran inquiry ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap pendidik.

C. Hasil Belajar

Menurut Slameto 2010: 2, belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan, belajar menurut Syah 2006: 63 ialah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Kalau tangan seorang anak menjadi bengkok karena patah tertabrak mobil, perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti belajar Slameto, 2010: 2. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar yang dicapai peserta didik Syah, 2006: 63. Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan memperbaiki program pembelajaran. Sedangkan, tugas seorang desainer dalam menentukan hasil belajar selain menentukan instrumen juga perlu merancang cara menggunakan instrumen beserta kriteria keberhasilannya. Hal ini perlu dilakukan, sebab dengan kriteria yang jelas dapat ditentukan apa yang harus dilakukan siswa dalam mempelajari isi atau bahan pelajaran Sanjaya, 2012: 13. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran. Misalkan, ketika guru merumuskan tujuan atau kompetensi yang harus dicapai: diharapkan siswa dapat menyebutkan 2 x 2, maka pembelajaran dianggap berhasil manakala siswa dapat menyebutkan atau menuliskan angka 4, tanpa perlu menguraikan dari mana angka 4 itu didapat. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang mudah dilihat dan ditentukan kriterianya, akan tetapi hal ini dapat mengurangi makna proses pembelajaran sebagai proses yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Dengan kata lain keberhasilan pembelajaran yang hanya melihat sisi hasil sama halnya dengan mengerdilkan makna pembelajaran itu sendiri Sanjaya, 2012: 13-14. Variabel yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran di antaranya adalah guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan. Keberhasilan suatu sistem pembelajaran, guru merupakan komponen yang menentukan. Hal ini disebabkan guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Dalam sistem pembelajaran guru bisa berperan sebagai perencana planer atau desainer designer pembelajaran, sebagai implementator dan atau mungkin keduanya. Sebagai perencana guru dituntut untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada, sehingga semuanya dijadikan komponen-komponen dalam menyusun rencana dan desain pembelajaran. Dalam melaksanakan perannya sebagai implementator rencana dan desain pembelajaran guru bukanlah hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya akan tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran manager of learning. Dengan demikian efektivitas pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru Sanjaya, 2012: 15-16. Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian si belajar. Ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk memprediksikan keefektifan pembelajaran, yaitu 1 kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering disebut d engan “tingkat kesalahan”, 2 kecepatan unjuk kerja, 3 tingkat alih belajar, dan 4 tingkat retensi dari apa yang dipelajari. Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si belajar dan atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik belajar erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang studi biasanya akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya, pengukuran kecenderungan siswa untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi Uno, 2009: 21.

D. Hasil Belajar Aspek Kognitif

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E(LC3E)

0 7 59

PERBANDINGAN PENGUASAAN KONSEP SISWA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL GUIDED INQUIRY (GI) DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 3E (LC3E) PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

0 13 50

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY LEARNING DENGAN GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN AFEKTIF SISWA (Studi Komparatif pada Materi Pokok Pengaruh Kepadatan Populasi Manusia Terhadap Lingkungan Siswa Kelas VII SM

0 8 70

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

3 23 60

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung T.P.2014/2015)

2 7 45

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY LEARNING DENGAN GUIDED INQUIRY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF DAN AFEKTIF SISWA (Studi Komparatif pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan Siswa Kelas VII SMP PGRI 1 Band

4 59 95

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

3 20 58

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

11 70 61

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN PROBLEM BASED LEARNING

2 11 13

PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 2 SUNGAI RAYA MATERI LAJU REAKSI

0 0 16