Karakteristik Penderita Sirosis Hati Yang Dirawat Inap Di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI RSUD SIDIKALANG TAHUN 2007-2011

SKRIPSI

Oleh: NIM.071000115 DEWI LESTARI MALAU

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI RSUD SIDIKALANG TAHUN 2007-2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

DEWI LESTARI MALAU NIM.071000115

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

KARAKTERISTIK PENDERITA SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI RSUD SIDIKALANG TAHUN 2007-2011

Oleh :

NIM. 071000115 DEWI LESTARI MALAU

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 14 Mei 2012 dan Dinyatakan Telah

Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji :

Ketua Penguji Penguji I

Drs. Jemadi, M.Kes

NIP.196404041992031005 NIP.19650112199022001 drh. Hiswani, M.Kes

Penguji II Penguji III

drh. Rasmaliah, M. Kes

NIP. 195908181985032002 NIP. 195711171987021002 dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS

Medan, Juni 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,


(4)

ABSTRAK

Sirosis hati merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang Di Indonesia pada tahun 2004 terdapat 9.441 penderita sirosis hati dengan proporsi 0,4% dan Proportionate Mortality Rate yaitu 1,2%. Di Sidikalang, mayoritas penduduk adalah suku Batak yang memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol yang merupakan salah satu faktor risiko dari sirosis hati. Jumlah penderita sirosis hati yang dirawat inap di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011 adalah sebanyak 115 orang.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita sirosis hati yang dirawat inap di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi pada penelitian ini adalah 115 orang dengan besar sampel sama dengan populasi. Data dianalisis dengan uji statistik menggunakan Chi-Square, Anova dan Kruskal Wallis.

Penderita sirosis hati terbanyak pada kelompok umur 48-54 tahun (24,3%), jenis kelamin laki-laki (69,6%), suku Toba (74,8%), agama Kristen (80,9%), pekerjaan petani (51,3%), sumber biaya Jamkesmas (52,2%) dan asal daerah luar Sidikalang sebesar (74,8%). Proporsi tertinggi penderita sirosis hati adalah penderita dengan >1 keluhan utama (63,5%), dengan komplikasi varises esofagus (35,7%), Lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati adalah 4 hari dengan proporsi terbesar penderita berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah penderita yang pulang berobat jalan sebesar 39,1%. Tidak terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan umur (p=0,622). Tidak terdapat perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keluhan utama (p=0,167). Tidak terdapat perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis komplikasi (p=0,725). Tidak terdapat perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,163).

Disarankan agar pihak rumah sakit lebih melengkapi sistem pencatatan data tentang sirosis hati pada kartu status terutama riwayat penyakit terdahulu dan jenis komplikasi sirosis hati serta meningkatkan penyuluhan mengenai faktor risiko sirosis hati dan program imunisasi Hepatitis B kepada bayi dan anak.


(5)

ABSTRACT

Liver cirrhosis is a kind of disease which still becomes a health problem both in developed and developing countries. In Indonesia in 2004 there were 9,441 patients with cirrhosis of the liver with proportion of 0.4% and proportionate Mortality Rate was 1.2%. In Sidikalang, the majority of the population is ethnic Batak who has a habit of consuming alcohol, which is one of the risk factors of liver cirrhosis. The number of patients with liver cirrhosis which hospitalized in RSUD Sidikalang year 2007-2011 is as 115 persons.

The study aims to determine the characteristics of patients with liver cirrhosis which hospitalized in RSUD Sidikalang years 2007-2011. This is descriptive study with a case series design. The populations in this study were 115 persons as the number of sample as well.Data were analyzed by statistical tests using Chi-Square, Anova and Kruskal Wallis.

It is recommended that the hospital is more able to complete the system of data recording about liver cirrhosis on the status card, especially the history of previous diseases and complication type of liver cirrhosis

Most patients with liver cirrhosis are in the age group of 48-54 years

(24.3%), male (69.6%), Tobanese (74.8%), Christian (80.9%), farmers (51.3%), the source of cost of Jamkesmas (52.2%) and from outside the area of Sidikalang (74.8%). The highest proportion of patients with liver cirrhosis is patient with > 1 main complaint (63.5%), with varices esophagus complications (35.7%), length of treatment of liver cirrhosis patient is 4 days with the largest proportion of patients based on the circumstances which is home ambulatory as 39.1%. There is no

differentiation of sex proportion base on age (p = 0.62). There are no differentiation in the length of treatment base on main complaint (p = 0.167). There are no

differentiations in the length of treatment base on complication type (p = 0.725). There are no differentiation in the length of treatment base on the circumstances (p = 0.163).

and increasing education about risk factors of liver cirrhosis and hepatitis B immunization program for infants and children.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dewi Lestari Malau

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/08 Pebruari 1990

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah Anak ke : 4 dari 4 bersaudara Nama Ayah : Sirus Malau

Nama Ibu : Rusdina Maibang

Alamat Rumah : Jln Mangga No.10 Panji Asri Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi

Riwayat Pendidikan : 1. 1995-2001 : SD 034786 Laupakpak 2. 2001-2004 : SLTP Santo Paulus 3. 2004-2007 : SMA Negeri 1 Sidikalang 4. 2007-2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat


(7)

KATA PENGANTAR Salam sejahtera,

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Besar yang telah memberi berkat dan kekuatan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik Penderita Sirosis Hati Yang Dirawat Inap Di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011”

Sripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi Strata 1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Bapak dr. Taufik Azhar, MKM selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di FKM-USU.

3. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat dan sekaligus sebagai Dosen Penguji.

4. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes dan Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.


(8)

6. Seluruh Dosen Pengajar dan Pegawai Staf Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberi ilmu dan bantuan selama penulis menuntut ilmu di fakultas

7. Direktur RSUD Sidikalang yang telah memberi izin dan bantuan kepada penulis untuk melakukan penelitian serta pegawai bagian Umum dan Rekam Medik yang turut membantu dalam pengumpulan data.

8. Terkhusus dan tercinta Ayahanda S.Malau dan Ibunda R. Maibang, terimakasih untuk semua doa, pengorbanan, cinta kasih, semangat dan dukungan yang tak terhingga kepada penulis.

9. Abang dan kakak (Liberty Malau, Lisbeth Saragih, Freddy Malau, Eva Padang, Hertaty Malau) atas doa, semangat dan dukungan kepada penulis.

10. Para teman-teman peminatan Epidemiologi yang memberi semangat dan dukungan kepada penulis.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang berpartisipasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan kita semua selalu dalam lindungan Allah Yang Maha Esa.

Medan, Juni 2012


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Pengertian Sirosis Hati ... 8

2.2. Anatomi dan Fungsi Hati ... 8

2.2.1. Anatomi Hati ... 8

2.2.2. Fungsi Hati ... 10

2.3. Klasifikasi Sirosis Hati ... 12

2.4. Gejala Sirosis Hati ... 14

2.5. Komplikasi Sirosis Hati ... 14

2.6. Epidemiologi Sirosis Hati ... 18

2.6.1. Distribusi Frekuensi Sirosis Hati ... 18

2.6.2. Determinan Sirosis Hati ... 20

2.7. Pencegahan Sirosis Hati ... 24

2.7.1. Pencegahan Primer ... 24

2.7.2. Pencegahan Sekunder ... 24

2.7.3. Pencegahan Tersier ... 28

BAB 3. KERANGKA KONSEP ... 29

3.1. Kerangka Konsep ... 29

3.2. Definisi Operasional ... 29

BAB 4. METODE PENELITIAN ... 33

4.1. Jenis Penelitian ... 33

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33


(10)

4.3. Populasi dan Sampel ... 33

4.3.1. Populasi ... 33

4.3.2. Sampel ... 34

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 34

4.5. Teknik Analisa Data ... 34

BAB 5. HASIL PENELITIAN ... 36

5.1. Sejarah Berdirinya RSUD Sidikalang ... 36

5.2. Distribusi Proporsi Penderita dan CFR Sirosis Hati Berdasarkan Tahun ... 37

5.3. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Sosiodemografi ... 38

5.3.1. Jenis Kelamin Berdasarkan Umur ... 38

5.3.2. Suku ... 39

5.3.3. Agama ... 39

5.3.4. Pendidikan ... 40

5.3.5. Pekerjaan ... 40

5.3.6. Sumber Biaya ... 41

5.3.7. Asal Daerah ... 41

5.4. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keluhan Utama ... 42

5.5. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi ... 43

5.6. Distribusi dan Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Lama Rawatan ... 44

5.7. Distribusi dan Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 44

5.8. Analisa Statistik ... 45

5.8.1. Jenis Kelamin Berdasarkan Umur ... 45

5.8.2. Umur Berdasarkan Jenis Komplikasi ... 46

5.8.3. Jenis Komplikasi Berdasarkan Keluhan Utama ... 47

5.8.4. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keluhan Utama ... 48

5.8.5. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi ... 49

5.8.6. Jenis Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 50

5.8.7. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 51

BAB 6. PEMBAHASAN ... 53

6.1. Karakteristik Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Sosiodemografi ... 53

6.1.1. Jenis Kelamin Berdasarkan Umur ... 53

6.1.2. Suku ... 55

6.1.3. Agama ... 56


(11)

6.1.5. Pekerjaan ... 58

6.1.6. Sumber Biaya ... 59

6.1.7. Asal Daerah ... 60

6.2. Karakteristik Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keluhan Utama ... 61

6.3. Karakteristik Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi .... 62

6.4. Karakteristik Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Lama Rawatan Rata-Rata ... 64

6.5. Karakteristik Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 65

6.6. Analisa Statistik ... 66

6.6.1. Jenis Kelamin Berdasarkan Umur ... 66

6.6.2. Umur Berdasarkan Jenis Komplikasi... 68

6.6.3. Jenis Komplikasi Berdasarkan Keluhan Utama ... 69

6.6.4. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keluhan Utama ... 71

6.6.5. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi ... 72

6.6.6. Jenis Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 74

6.6.7. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 75

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

7.1. Kesimpulan ... 77

7.2. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Sirosis Hati dan CFR Berdasarkan

Tahun di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 37 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Sirosis Hati Berdasarkan

Umur yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2001 ... 38 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Suku yang

Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 39 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Agama yang

Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 39 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Pendidikan yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 40 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Pekerjaan yang

Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 41 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Sumber Biaya

yang Dirawat Inap di RSUD SidikalangTahun 2007-2011 ... 41 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Asal Daerah

yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 42 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keluhan Utama

yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 42 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis

Komplikasi yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 43

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Lama Rawatan yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 44 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 45 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Sirosis Hati Berdasarkan


(13)

Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Umur Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 46 Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Jenis Komplikasi Penderita Sirosis Hati

Berdasarkan Keluhan Utama yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011... 47 Tabel 5.16. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keluhan

Utama yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 48 Tabel 5.17. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis

Komplikasi yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 49 Tabel 5.18. Proporsi Jenis Komplikasi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang yangDirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 50 Tabel 5.19. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 51


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi Hati Normal ... 10 Gambar 2.2. Hati yang Mengalami Sirosis ... 10 Gambar 6.1. Proporsi Jenis Kelamin Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Umur di

RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 53 Gambar 6.2. Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Suku di RSUD Sidikalang

Tahun 2007-2011 ... 55 Gambar 6.3. Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Agama di RSUD

Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 56 Gambar 6.4. Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Pendidikan di RSUD

Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 57 Gambar 6.5. Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Pekerjaan di RSUD

Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 58 Gambar 6.6. Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD

Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 59 Gambar 6.7. Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Asal Daerah di RSUD

Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 60 Gambar 6.8. Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keluhan Utama di RSUD

Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 61 Gambar 6.9. Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi di

RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 63 Gambar 6.10. Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 65 Gambar 6.11. Proporsi Jenis Kelamin Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Umur di

RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 67 Gambar 6.12. Proporsi Umur Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 68 Gambar 6.13. Proporsi Jenis Komplikasi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keluhan


(15)

Gambar 6.14. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keluhan Utama di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 71 Gambar 6.15. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis

Komplikasi di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 73 Gambar 6.16. Proporsi Jenis Komplikasi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 74 Gambar 6.17. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011 ... 76


(16)

ABSTRAK

Sirosis hati merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang Di Indonesia pada tahun 2004 terdapat 9.441 penderita sirosis hati dengan proporsi 0,4% dan Proportionate Mortality Rate yaitu 1,2%. Di Sidikalang, mayoritas penduduk adalah suku Batak yang memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol yang merupakan salah satu faktor risiko dari sirosis hati. Jumlah penderita sirosis hati yang dirawat inap di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011 adalah sebanyak 115 orang.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita sirosis hati yang dirawat inap di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi pada penelitian ini adalah 115 orang dengan besar sampel sama dengan populasi. Data dianalisis dengan uji statistik menggunakan Chi-Square, Anova dan Kruskal Wallis.

Penderita sirosis hati terbanyak pada kelompok umur 48-54 tahun (24,3%), jenis kelamin laki-laki (69,6%), suku Toba (74,8%), agama Kristen (80,9%), pekerjaan petani (51,3%), sumber biaya Jamkesmas (52,2%) dan asal daerah luar Sidikalang sebesar (74,8%). Proporsi tertinggi penderita sirosis hati adalah penderita dengan >1 keluhan utama (63,5%), dengan komplikasi varises esofagus (35,7%), Lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati adalah 4 hari dengan proporsi terbesar penderita berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah penderita yang pulang berobat jalan sebesar 39,1%. Tidak terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan umur (p=0,622). Tidak terdapat perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keluhan utama (p=0,167). Tidak terdapat perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis komplikasi (p=0,725). Tidak terdapat perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,163).

Disarankan agar pihak rumah sakit lebih melengkapi sistem pencatatan data tentang sirosis hati pada kartu status terutama riwayat penyakit terdahulu dan jenis komplikasi sirosis hati serta meningkatkan penyuluhan mengenai faktor risiko sirosis hati dan program imunisasi Hepatitis B kepada bayi dan anak.


(17)

ABSTRACT

Liver cirrhosis is a kind of disease which still becomes a health problem both in developed and developing countries. In Indonesia in 2004 there were 9,441 patients with cirrhosis of the liver with proportion of 0.4% and proportionate Mortality Rate was 1.2%. In Sidikalang, the majority of the population is ethnic Batak who has a habit of consuming alcohol, which is one of the risk factors of liver cirrhosis. The number of patients with liver cirrhosis which hospitalized in RSUD Sidikalang year 2007-2011 is as 115 persons.

The study aims to determine the characteristics of patients with liver cirrhosis which hospitalized in RSUD Sidikalang years 2007-2011. This is descriptive study with a case series design. The populations in this study were 115 persons as the number of sample as well.Data were analyzed by statistical tests using Chi-Square, Anova and Kruskal Wallis.

It is recommended that the hospital is more able to complete the system of data recording about liver cirrhosis on the status card, especially the history of previous diseases and complication type of liver cirrhosis

Most patients with liver cirrhosis are in the age group of 48-54 years

(24.3%), male (69.6%), Tobanese (74.8%), Christian (80.9%), farmers (51.3%), the source of cost of Jamkesmas (52.2%) and from outside the area of Sidikalang (74.8%). The highest proportion of patients with liver cirrhosis is patient with > 1 main complaint (63.5%), with varices esophagus complications (35.7%), length of treatment of liver cirrhosis patient is 4 days with the largest proportion of patients based on the circumstances which is home ambulatory as 39.1%. There is no

differentiation of sex proportion base on age (p = 0.62). There are no differentiation in the length of treatment base on main complaint (p = 0.167). There are no

differentiations in the length of treatment base on complication type (p = 0.725). There are no differentiation in the length of treatment base on the circumstances (p = 0.163).

and increasing education about risk factors of liver cirrhosis and hepatitis B immunization program for infants and children.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sedang mengalami transisi epidemiologi yaitu beban ganda penyakit dimana terjadi peningkatan pennyakit tidak menular yang dipicu oleh perubahan pola penduduk, gaya hidup dan sosial ekonomi.1 Penyakit hati merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang.3 Salah satunya ialah sirosis hati yang merupakan penyakit hati kronis dan tidak diketahui sebab-sebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan pada hati.

Sirosis hati dijumpai di seluruh negara termasuk Indonesia. Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki dibandingkan dengan kaum wanita.

4

4

Insidensi penyakit ini sangat meningkat sejak Perang Dunia II, sehingga sirosis menjadi salah satu penyebab kematian yang paling menonjol. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh insidensi hepatitis virus, namun yang lebih bermakna adalah karena asupan alkohol yang sangat meningkat.

Penyakit hati kronis dan sirosis hati mengakibatkan sekitar 35.000 kematian setiap tahun di Amerika Serikat dan bertanggung jawab atas 1,2% dari semua kematian.

18

5

Di Skotlandia pada tahun 2002 angka kematian akibat sirosis hati berdasarkan jenis kelamin pada laki-laki yaitu 45,2 per 100.000 penduduk dan pada perempuan 19,9 per 100.000 penduduk .7 Pada tahun 2004, sirosis hati merupakan


(19)

urutan ke 12 dari 15 penyebab kematian terutama di Amerika Serikat dengan Proportionate Mortality Rate (PMR) 1,1% dan Cause Specific Death Rate (CSDR) 9,2 per 100.000 penduduk.8

Berdasarkan Sistem Statistik Kesehatan Nasional Meksiko pada tahun 2005, kematian akibat sirosis hati dan penyakit hati kronis lainnya berada pada urutan ketiga penyebab seluruh kematian setelah penyakit jantung dan Diabetes Mellitus (DM) type 2 dengan CSDR 25,9 per 100.000 penduduk.

7

Berdasarkan National Vital Statistics Reports, CDC, angka kematian akibat sirosis hati (CSDR) di Amerika Serikat pada tahun 2005 yaitu 9,3 per 100.000 penduduk, tahun 2006 yaitu 9,2 per 100.000 penduduk.29 Kemudian pada tahun 2007 yaitu 9,7 per 100.000 penduduk, tahun 2008 yaitu 5,0 per 100.000 penduduk dan tahun 2009 yaitu 5,0 per 100.000 penduduk.30 Pada tahun 2007, prevalens sirosis hati di Australia yaitu 2 % dan di Jepang yaitu 2,7 %.

Konsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka panjang merupakan satu-satunya penyebab penyakit hati yang paling penting di Amerika Serikat dan beberapa Negara Barat. Sirosis alkoholik merupakan bentuk sirosis yang paling lazim di Amerika Utara dan Eropa, dan frekuensinya juga meningkat dengan cepat.

42

28

Menurut NIAAA (National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholisme) tahun 1998 dalam Wilson alkoholisme merupakan satu-satunya penyebab terpenting sirosis. Sirosis akibat alkohol merupakan penyebab kematian nomor sembilan pada tahun 1998 di Amerika Serikat dengan jumlah hingga 28.000 kematian,18 dan pada tahun 2007 menjadi urutan ke-12 kematian dengan jumlah kematian 29.925, dimana 48,1%


(20)

tertinggi di Eropa adalah di Austria yaitu 19,7 dimana 11,1% kematian pada sirosis hati disebabkan oleh alkohol.44 Di Skotlandia pada periode tahun 2004/2005 terdapat 6.027 penderita penyakit hati akibat alkohol dan 18,5% menderita sirosis hati.38 Hasil penelitian Coon dkk. (2008) di Nottingham dengan desain cohort, RR pada peminum alkohol 2,34 untuk terkena kanker hati, RR HBV yaitu 6,41 dan RR HCV yaitu 1,39.

Infeksi Hepatitis Virus B (HBV) merupakan penyebab utama hepatitis akut, hepatitis kronis, sirosis hati, dan kanker hati di seluruh dunia. Perkiraan jumlah karier di Amerika Serikat adalah sekitar 800.000 hingga 1 juta orang. Sekitar 25% dari karier ini berkembang menjadi hepatitis kronik aktif, yang seringkali berlanjut menjadi sirosis. Diperkirakan 25 hingga 40% penderita HBV akut sangat berisiko mengalami sirosis dan karsinoma hepatoseluler. Hepatitis kronis terjadi pada sekitar 80% dari semua orang yang terinfeksi HCV, dan sekitar 70% berkembang menjadi sirosis hati.

39

18

Dari hasil pemantauan berkala, sejak timbulnya Hepatitis C akut menjadi sirosis hati rata- rata memakan waktu sekitar 17 tahun.4 Menurut hasil penelitian Soeliadi di RS Dr. Sardjito dan RS Panti Rapih pada tahun 1992 menemukan bahwa dari 172 penderita penyakit hati terdapat 25,58% penderita dengan HbsAg positif dan anti hepatitis virus C positif sebesar 41,27%.36 Berdasarkan data profil esehatan Indonesia, pada tahun 2003 Insiden hepatitis B di Indonesia yaitu 14 per 100.000 penduduk.40 Pada tahun 2008, prevalens hepatitis C di Indonesia 3 per 100.000 penduduk, dengan prevalens tertinggi di provinsi DKI Jakarta yaitu 31 per 100.000 penduduk.37 Menurut hasil penelitian Nur Aisyah di


(21)

RSU Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2002-2006 terdapat 669 penderita sirosis hati. Dari 251 penderita terdapat 56,6% penderita yang memiliki riwayat hepatitis.10 Hasil penelitian Karina (2007) di RSUP Dr. Kariadi Semarang menemukan dari 36 penderita sirosis hati, 52,8% memiliki riwayat Hepatitis B dan 25% dengan riwayat Hepatitis C.

Berdasarkan data mengenai distribusi penyakit sistem cerna pasien rawat inap Indonesia tahun 2004, sirosis hati merupakan penyebab kematian pertama dengan Case Fatality Rate (CFR) tertinggi yaitu 14,1% dengan sex ratio antara laki-laki penderita sirosis hati dan perempuan penderita sirosis hati yaitu 1,9:1.

33

9

Berdasarkan data Depkes RI (2005) di Indonesia pada tahun 2004 terdapat 9.441 penderita sirosis hati dengan proporsi 0,4% dan merupakan penyebab kematian ke-21 dari 50 penyebab kematian dengan jumlah kematian 1.336 orang (PMR 1,2%).

Menurut hasil penelitian Durrotul Djanah tahun 2003 di RSUP Dr. Kariadi Semarang diketahui dari 56 pasien sirosis hati proporsi berdasarkan jenis kelamin pada laki-laki 36 orang (64,3%) dan perempuan 20 orang (35,7%), dan proporsi berdasarkan umur tertinggi pada umur 41-50 yaitu 42 orang (76,8%).

31,32

26

Menurut hasil penelitian Mariadi & I Dewa tahun 2006 di RS Sanglah Denpasar diketahui dari 52 pasien sirosis hati proporsi berdasarkan jenis kelamin pada laki-laki yaitu 39 orang (75%) dan perempuan 13 orang (25%).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011 diketahui bahwa jumlah pasien rawat inap sirosis hati terdapat 115 penderita dengan rincian 25 penderita (21,7%) tahun 2007, 22 penderita (19,1%)


(22)

penderita (18,3%) tahun 2011. Di Sidikalang, mayoritas penduduk adalah suku Batak yang memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol yang merupakan salah satu dari faktor risiko sirosis hati. Berdasarkan data diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita sirosis hati di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahuinya karakteristik penderita sirosis hati yang dirawat inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita sirosis hati yang dirawat inap di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan sosiodemografi antara lain, jenis kelamin, umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, sumber biaya dan tempat tinggal.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan keluhan utama.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan jenis komplikasi


(23)

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan lama rawatan

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin penderita sirosis hati berdasarkan umur

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur penderita sirosis hati berdasarkan jenis komplikasi.

i. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis komplikasi penderita sirosis hati berdasarkan keluhan utama.

j. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati berdasarkan keluhan utama

k. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati berdasarkan jenis komplikasi

l. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang

m. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati berdasarkan keadaan sewaktu pulang

1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUD Sidikalang dalam usaha peningkatan pelayanan kesehatan bagi penderita sirosis hati


(24)

b. Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan penulis tentang sirosis hati sekaligus untu menerapkan ilmu yang diperoleh penulis selama perkuliahan di FKM USU.


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sirosis Hati

Sirosis hati atau pengerasan hati dapat digolongkan stadium akhir dari penyakit hati menahun, karena terjadinya fibrosis yang meluas, sehingga terbentuknya nodul-nodul pada semua bagian hati.3 Sirosis hati merupakan stadium lanjut dari penyakit hati apa saja pun penyebabnya.16 Istilah sirosis diberikan pertama kali oleh Laennec tahun 1819 yang berasal dari kata kirrhos yang berarti kuning oranye, karena terjadinya perubahan warna pada nodul-nodul hati yang terbentuk.

Sirosis ditandai dengan fibrosis difus, regenerasi nodul serta perubahan arsitektur vaskularisasi pada parenkim hati. Pada sirosis, kelainan parenkim hati sifatnya difus dan melibatkan hampir seluruh hati. Fibrosis biasanya bersifat progresif dan ireversibel. Fibrosis yang terjadi di suatu daerah tidak termasuk ke dalam sirosis hati.

4

27

2.2. Anatomi dan Fungsi Hati 2.2.1. Anatomi Hati

Hati merupakan alat tubuh terbesar dengan berat 1200-1600 gram pada orang dewasa dan menempati hampir seluruh bagian atas kanan rongga abdomen, mulai dari sela interkostal kelima sampai pada lengkung iga.12


(26)

Hati memiliki permukaan superior yang cembung dan terletak di bawah kubah kanan diafragma dan sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati berbentuk cekung dan merupakan atap dari ginjal kanan, lambung, pankreas dan usus. Hati memiliki dua lobus utama yaitu kanan dan kiri.18 Lobus kanan ialah terbesar, kira-kira 3/5hati. Lobus kiri 3/10 hati dan sisanya 1/10 hati ditempati oleh lobus caudatus dan lobus quadrates.12 Satu unit histologik adalah lobulus, terdiri dari sel hati bentuk poligonal, inti vesikuler, nukleoli menonjol dan sitoplasma bergranul dan tersusun berupa barisan secara radier dari vena sentralis.

Hati manusia memiliki maksimal 100.000 lobulus. Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang disebut sebagai sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan vena hepatica dan dibatasi oleh sel fagositik atau sel Kupffer. Sel Kupffer merupakan sistem monosit-makrofag, dan fungsi utamanya adalah menelan bakteri dan benda asing lain dalam darah. Sejumlah 50% dari semua makrofag dalam hati adalah sel Kupffer, sehingga hati merupakan salah satu organ penting dalam pertahanan melawan invasi bakteri dan agen toksik.

27

Hati mendapatkan darah dari vena porta dan arteri hepatika. Darah ini disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu intra dan ekstrahepatik. Vena porta, arteria hepatica dan saluran empedu berkumpul dalam daerah yang dinamai porta hepatis.

18

12

Vena porta membawa darah vena dari usus dan limpa serta arteria hepatica mendarahi hati dengan darah arterial. Didalam porta, vena porta dan arteria hepatica terbagi menjadi cabang ke lobus dexter dan sinister serta ductus hepaticus (empedu) dexter dan sinister serta ductus hepaticus (empedu) dexter dan sinister bersatu untuk membentuk ductus hepaticus communis.2


(27)

Sumber Sumber:

Gambar 2.1 Anatomi hati normal Gambar 2.2. Hati yang mengalami sirosis

2.2.2. Fungsi Hati

Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan dalam hampir setiap fungsi metabolik tubuh, dan bertanggung jawab atas lebih dari 500 aktivitas berbeda. Hati memiliki kapasitas cadangan yang besar, dan hanya membutuhkan 10-20% jaringan yang berfungsi untuk tetap bertahan. Hati mempunyai kemampuan regenerasi yang mengagumkan, pengangkatan sebagian hati akan merangsang tumbuhnya hepatosis untuk mengganti sel yang sudah mati atau sakit. Proses regenerasi akan lengkap dalam waktu 4 hingga 5 minggu.18

I. Fungsi hati sebagai organ keseluruhan

Fungsi dari hati adalah sebagai berikut:

a. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, karena semua cairan dan garam akan melewati hati sebelum ke jaringan ekstraseluler lainnya.


(28)

b. Bersifat sebagai spons yang ikut megatur volume darah, misalnya pada dekompensasio kordis kanan maka hati akan membesar.

c. Sebagai saringan (filter) dari semua makanan dan berbagai macam substansi yang telah diserapoleh intestine akan dialirkan ke organ melalui sistem portal. II. Fungsi sel hati

a. Pembentukan dan sekresi empedu.

Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi lemak serta vitamin larut lemak didalam usus. Saluran empedu mengangkut empedu sedangkan kandung empedu menyimpan dan mengeluarkan empedu ke dalam usus halus sesuai kebutuhan. Hati menyekresi sekitar 500 hingga 1000 ml empedu kuning setiap hati. Unsur utama empedu adalah air (97%), elektrolit, garam empedu, fosfolipid (terutama lesitin), kolesterol, garam anorganik, dan pigmen empedu (terutama bilirubin terkonjugasi)

18

b. Metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.

Metabolisme dari tiga makronutrien tersebut dihantarkan oleh vena porta pascaabsorpsi di usus. Monosakarida dari usus halus diubah menjadi glikogen dan disimpan dalam hati (glikogenesis). Sebagian glukosa dimetabolisme dalam jaringan untuk menghasilkan panas dan energi, sisanya diubah menjadi glikogen dan disimpan dalam jaringan subkutan. Hati juga mampu mensintesis glukosa dari protein dan lemak (glukoneogenesis). Peranan hati dalam memetabolisme protein sangat penting untuk kelangsungan hidup. Semua protein plasma (kecuali gamma globulin) disintesis oleh hati. Protein tersebut tantara lain albumin (diperlukan untuk tekanan osmotik koloid), protrombin, fibrinogen, dan faktor pembekuan lain. Amonia (yang


(29)

terbentuk dalam usus akibat kerja bakteri pada protein) juga diubah menjadi urea didalam hati. Hati memegang peranan utama dalam sintesis kolesterol, sebagain besar diekskresi dalam empedu sebagai kolesterol atau asam kolat.

c. Detoksifikasi

Hati salah satu organ yang mempunyai fungsi untuk melindungi badan terhadap zat toksik baik eksogen maupun endogen yang masuk badan akan mengalami detoksifikasi.4 Fungsi detoksifikasi sangat penting dan dilakukan oleh enzim hati melalui oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi zat-at yang dapat berbahaya, dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Hati bertanggung jawab atas biotransformasi zat-zat berbahaya menjadi tidak berbahaya yang kemudian diekskresi oleh ginjal.

d. Penimbunan vitamin dan mineral serta fungsi fagositosis 18

Vitamin larut-lemak (A,D,E,K) disimpan dalam hati, juga vitamin B 4,18

12, tembaga, dan besi. Hati menyimpan bahan makanan tersebut tidak hanya untuk keperluannya sendiri tetapi untuk organ lainnya juga.Sel Kupfer sebagai sel endotel berfungsi sebagai alat fagositosis terhadap bakteri dan elemen korpuskuler atau makromolekul, dan bahan berbahaya lainnya dari darah portal.

2.3. Klasifikasi Sirosis Hati

Sherlock dalam Hadi membagi sirosis hati berdasarkan besar kecilnya nodul, yaitu: makronoduler, mikronoduler dan kombinasi makronoduler dan mikronoduler.4 Bila diameter nodul kurang dari 3 mm, disebut mikronoduler, dan bila lebih besar


(30)

dari 3 mm disebur makronoduler, tetapi pada banyak kasus sulit untuk menentukan diameter nodul secara tepat.

Menurut Wilson terdapat tiga pola khas yang ditemukan pada kebanyakan kasus sirosis yaitu:

27

a. Sirosis Laennec yang disebut juga sirosis alkoholik, portal, dan sirosis gizi merupakan suatu pola khas sirosis terkait penyalahgunaan alkohol kronis yang jumlahnya sekitar 75% atau lebih dari kasus sirosis.

18

b. Sirosis pascanekrotik terjadi setelah nekrosis berbercak pada jaringan hati. Hepatosit dikelilingi dan dipisahkan oleh jaringan parut dari sel hati yang rusak dan diselingi dengan parenkim hati normal. Sekitar 75% kasus cenderung berkembang dan berakhir dengan kematian dalam 1 hingga 5 tahun. Kasus pascanekrotik berjumlah sekitar 10% dari seluruh kasus sirosis.

c. Sirosis biliaris yaitu kerusakan sel hati yang dimulai disekitar duktus bliaris yang menimbulkan pola sirosis. Penyebab tersering sirosis biliaris adalah obstruksi biliaris pascahepatik. Stasis empedu menyebabkan penumpukan empedu didalam massa hati dan kerusakan sel-sel hati. Terbentuk lembar-lembar fibrosa di tepi lobulus, hati membesar, keras, bergranula halus dan berwarna kehijauan.

Jenis sirosis lainnya menurut Robin yaitu sirosis pigmen (hemokromatis) yaitu sirosis dengan penumpukan feritin dan hemosiderin yang berlebihan didalam hepatosit disertai adanya mikronoduler, dan sirosis kriptogenik yaitu sirosis yang tidak diketahui penyebabnya.27


(31)

2.4. Gejala Sirosis Hati

Gejala-gejala dan tanda-tanda sirosis hati adalah akibat dari pengerasan hati yang menyebabkan fungsi hati terganggu dan menyebabkan tanda-tanda kegagalan hati.16 Gejala dini bersifat samar dan tidak spesifik yang meliputi kelelahan, anoreksia, dispepsia, flatulen, perubahan kebiasaan defekasi (konstipasi atau diare) dan berat badan sedikit berkurang. Mual dan muntah lazim terjadi (terutama pagi hari). Pada sebagian besar kasus, hati keras dan mudah teraba tanpa memandang apakah hati membesar atau mengalami atrofi. Manifestasi utama dan lanjut dari sirosis terjadi akibat dua tipe ganggguan fisiologis: gagal sel hati dan hipertensi portal.18 Kegagalan hati menyebabkan penderita merasa letih dan berat badan menurun.16 Manifestasi gagal sel hati adalah ikterus, edema perifer, kecenderungan perdarahan, eritema palmaris (telapak tangan merah), angioma laba-laba, faktor hepatikum dan ensefalopati hepatik. Gambaran klinis yang terutama berkaitan dengan hipertensi portal adalah splenomegali, varises esofagus dan lambung, serta manifestasi sirkulasi kolateral lain.18

2.5. Komplikasi Sirosis Hati a. Hipertensi Portal

Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan vena porta yang menetap di atas nilai normal yaitu 6-12 cm H2O. Penyebabnya adalah resisitensi aliran darah yang keluar masuk melalui vena hepatika dan peningkatan aliran arteria splangnikus sehingga terjadi peningkatan tekanan pada sistem portal.19 Pembebanan berlebihan


(32)

hepatik (varises). Tekanan balik pada sistem portal menyebabkan splenomegali dan asites.18 Splenomegali terjadi karena kongesti darah di limpa. Asites terjadi karena meningkatnya tekanan hidrostatik di dalam sistem vena porta yang mengakibatkan transudasi plasma darah ke dalam rongga peritoneum. Pada hipertensi portal timbul sirkulasi kolateral yang pada normalnya tidak berfungsi. Aliran darah mencari jalan untuk sampai ke jantung melalui sirkulasi kolateral di berbagai tempat salah satunya yaitu pleksus vena esophagus.27 Sirkulasi kolateral ini mengenai esofagus bagian bawah dan menyebabkan dilatasi vena-vena tersebut sehingga menimbulkan varises esofagus.19

b. Perdarahan Saluran Cerna

Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan paling berbahaya pada sirosis adalah perdarahan dari varises esophagus yang merupakan penyebab dari sepertiga kematian. Perdarahan saluran cerna merupakan salah satu faktor penting yang mempercepat terjadinya ensefalopati hepatik.19 Varises ini terjadi pada sekitar 70% penderita sirosis lanjut.18 Varises terjadi akibat pembendungan vena porta pada sirosis yang menimbulkan vena kolateral pada dinding perut atau di esophagus dan cardia. Varises akan pecah dan menimbulkan pendarahan saluran makanan bagian atas dan terjadilah muntah darah dan feses berwarna hitam. Faktor yang penting dalam terjadinya varises ini adalah tingginya tekanan vena porta.

c. Asites

16

Asites adalah akumulasi cairan di rongga peritoneum. Suatu tanda asites adalah meningkatnya lingkar abdomen. Penimbunan cairan yang sangat nyata dapat


(33)

menyebabkan napas pendek karena diafragma meningkat. Mekanisme yang menyebabkan terjadinya asites pada penderita sirosis adalah:

1. Hipertensi portal mengakibatkan peningkatan tekanan hidrostatik dalam jaringan pembuluh darah intestinal dan peningkatan pembentukan limfa hepatic dari hati hingga ke rongga peritoneum yang menyebabkan tingginya kandungan protein dalam cairan asites.

2. Hipoalbuminemia atau penurunan produksi albumin terjadi karena menurunnya sintesis yang dihasilkan oleh sel-sel hati yang terganggu. Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan osmotik koloid.

3. Penurunan volume sirkulasi menyebabkan hiperaldosterinism yang mengakibatkan retensi natrium dan gangguan ekskresi air.

d. Ensefalopati Hepatikum (Koma Hepatikum)

Penyebabnya adalah ketidakmampuan hepar untuk memetabolisme ammonia menjadi ureum. Ammonia bersifat toksik pada SSP (susunan syaraf pusat) yang ditandai dengan peningkatan ammonia didalam darah dan CSF (Cerebro Spinal Fluid). Setiap proses yang meningkatkan protein didalam usus seperti peningkatan intake protein atau perdarahan saluran cerna akan meningkatkan ammonia dalam darah.19 Ensefalopati hepatikum biasanya dipercepat oleh keadaan seperti: perdarahan saluran cerna, asupan protein berlebihan, obat diuretik, hipokalemia (kekurangan kalium) dan pemberian morfin atau obat yang mengandung NH3. Ensefalopati hepatikum merupakan sindrom neuropsikiatri pada penderita penyakit hati berat. Sindrom ini ditandai dengan kekacauan mental dan tremor otot. Ensefalopatik hepatik


(34)

yang berakhir dengan koma adalah mekanisme kematian yang terjadi pada sepertiga kasus sirosis yang fatal.

e. Infeksi

18

Penderita sirosis hepatis bisa mendapat infeksi akut misalnya infeksi paru-paru seperti TBC atau pneumonia atau infeksi saluran makanan seperti tifus. Semua infeksi menyebabkan kegagalan hati yang menyebabkan koma hepatikum. Bila terjadi infeksi perlu diberi antibiotika yang tepat.16 Menurut pendapat dari peneliti hati, komplikasi infeksi yang sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati, meliputi Peritoinitis Bacterial Spontan (PBS). Menurut laporan, bakteri pada peritoinitis ini yang sering juga ditemukan adalah Mycobacterium atypic dari beberapa spesies. f. Karsinoma Hepatoseluler (Hepatoma)

17

Hepatoma merupakan tumor ganas yang berasal dari hepatosit. Di Amerika Serikat frekuensi hepatoma lebih bnayak pada sirosis postnekrotik dan sirosis pigmen, sedang pada sirosis alkoholik frekuensinya rendah.27 Di Eropa, hepatoma terutama ditemukan pada orang yang mengidap sirosis hati, tepatnya sirosis makronoduler.22 60-80% hepatoma timbul pada sirosis hati dengan risiko tertinggi pada makronodular yang berhubungan dengan infeksi HBV kronis, kemudian sedikit lebih rendah pada sirosis pigmen, dan paling rendah pada sirosis alkoholik. Kemungkinan sirosis menjadikan hati lebih peka terhadap efek karsinogenik.28


(35)

2.6. Epidemiologi Sirosis Hati

2.6.1. Distribusi Frekuensi Sirosis Hati a. Berdasarkan Orang

Berdasarkan national Vital Statistics Reports,CDC, di Amerika Serikat pada tahun 2004 angka kematian berdasarkan kelompok umur per 100.000 penduduk yang tertinggi terdapat pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu 27,7, kemudian pada umur 55-64 yaitu 22,6, pada umur 45-54 tahun yaitu 18,0, pada umur 35-44 tahun yaitu 6,3 dan terendah pada umur 25-34 tahun yaitu 0,8. Di Inggris dan Wales pada tahun 2002, angka kematian akibat sirosis hati berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur per 100.000 penduduk tertinggi pada laki-laki umur 45-64 tahun yaitu 28,9 dan terendah pada perempuan umur 15-44 tahun yaitu 3,5.

Menurut hasil penelitian Suyono dkk (2004) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, diketahui dari 62 orang penderita sirosis hati tahun 2001-2003 proporsi berdasarkan jenis kelamin pada laki-laki sebesar 71%, dan pada perempuan sebesar 29%, dan berdasarkan kelompok umur proporsi tertinggi berada pada kelompok umur 51-60 tahun yaitu sebesar 43%.

7

Menurut hasil penelitian Suhaemi (2002) di RS Haji Adam Malik Medan, diketahui dari 30 pasien sirosis hati proporsi berdasarkan jenis kelamin pada laki-laki sebesar 90 %, dan perempuan sebesar 10%.

20

17

Menurut hasil penelitian Nur Aisyah dari tahun 2002-2006 di RSU Dr. Pirngadi Medan, proporsi penderita sirosis hati berdasarkan jenis kelamin tertinggi pada laki-laki 68,1%, berdasarkan umur tertinggi pada kelompok umur 48-56 yaitu 64 orang (proporsi 25,5%).10


(36)

b. Berdasarkan Tempat

Pada tahun 1997-2001, Austria merupakan negara bagian Eropa dengan angka kematian tertinggi akibat sirosis hati per 100.000 penduduk yaitu 43,5 pada laki-laki dan 16,7 pada perempuan.7 Berdasarkan National Vital Statistics Reports, CDC pada tahun 2004 di beberapa Negara bagian di Amerika Serikat, CSDR per 100.000 penduduk tertinggi terdapat di Mexico yaitu 15,2, Kolombia yaitu 12,8, Nevada, West Virginia 14,2, Florida dan Nevada masing-masing12,2, Arizona 11,4 dan yang terendah Utah yaitu 4,9.

Menurut hasil penelitian Karina di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2002-2006 terdapat 637 orang penderita sirosis hati.

8

33

Menurut hasil penelitian Dermawati di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2002-2004 terdapat 150 penderita sirosis hati.

c. Berdasarkan Waktu 11

Menurut data National Digestive Disease Information Clearinghouse (2004), prevalens rate sirosis hati di Amerika Serikat pada tahun 1976-1980 mencapai 0,15% atau 400.000 penduduk di Amerika Serikat.6 Angka kematian akibat sirosis hati per 100.000 penduduk di Prancis dari tahun 1957-1961 pada laki-laki 48,4 dan perempuan 19,9, tahun 1987-1991 pada laki-laki 31,9 dan perempuan 14,1, tahun 1997-2001 pada laki-laki 28,1 dan perempuan 10,8.7 Berdasarkan National Vital Statistics Reports,CDC (2004) angka kematian akibat penyakit hati kronis dan sirosis per 100.000 penduduk di Amerika Serikat pada tahun 1999 dan tahun 2000 yaitu masing-masing 9,4, tahun 2001-2003 yaitu masing-masing 9,5 dan menurun di tahun


(37)

2004 yaitu 9,2.8 Di Australia, CSDR meningkat dari 6,7 pada tahun 2000 menjadi 7,7 pada tahun 2002, kemudian menurun menjadi 7,2 pada tahun 2005.

Menurut hasil penelitian Yeni Samila dari tahun 1999-2003 di RSU Dr. Pirngadi Medan, terdapat penderita sirosis hati sebanyak 106 dengan proporsi penderita tahun 1999 (32,45%), 2000 (26,9%), 2001 (19,2%), 2002 (23,4%) dan 2003 (25%) terhadap seluruh penyakit hati.

21

Menurut hasil penelitian Nur Aisyah dari tahun 2002-2006 di RSU Dr. Pirngadi Medan, proporsi penderita sirosis hati pada tahun 2002 yaitu 17,3%, tahun 2003 meningkat menjadi 23,8%, tahun 2004 menurun menjadi 18,1% dan meningkat lagi pada tahun 2005 menjadi 20,2% dan tahun 2006 sebanyak 20,6% dengan CFR tertinggi pada tahun 2006 yaitu 21%.10

2.6.2. Determinan Sirosis Hati

Beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya sirosis hati adalah sebagai berikut:

a. Riwayat Hepatitis

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan hati yang disebabkan oleh virus, bakteri dan obat-obatan.4 Sekitar 25-75% kasus sirosis memiliki riwayat hepatitis virus sebelumnya. Kasus HCV merupakan sekitar 25% dari kasus sirosis.18 Hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan mengakibatkan gejala sisa serta menunjukkan perjalanan yang kronis dibandingkan HVA. Sekitar 10% penderita Hepatitis Virus B akut


(38)

dengan hepatitis aktif kronis banyak yang menjadi sirosis karena banyak terjadi kerusakan sel hati yang kronis.4 Menurut hasil penelitian Karina di RSUP Dr. Kariadi Semarang diketahui dari 134 penderita sirosis hati terdapat 19 penderita (13,9%) dengan riwayat Hepatitis B dan 9 penderita (0,7%) dengan riwayat Hepatitis C.33 Menurut hasil penelitian Nur Aisyah di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2002-2006, proporsi penderita sirosis hati dengan riwayat hepatitis adalah sebanyak 142 orang (56,6%) dari 251 penderita.10

b. Konsumsi alkohol

Sejumlah 10 hingga 15% peminum alkohol mengalami sirosis. Para pakar umumnya setuju bahwa minuman beralkohol menimbulkan efek toksik langsung terhadap hati. Perubahan pertama pada hati yang ditimbulkan alkohol adalah akumulasi lemak secara bertahap didalam sel-sel hati. Bila kebiasaan minum alkohol diteruskan, terutama apabila semakin berat, dapat terjadi suatu hal yang akan memacu seluruh proses sehingga akan terbentuk jaringan parut yang luas.22 Penyalahgunaan alkohol yang kronik dapat menyebabkan tiga bentuk perubahan jaringan hati yaitu perlemakan hati, hepatitis alkoholik, dan sirosis hati. Hepatitis alkoholik mungkin reversibel, terutama bila penyebabnya ringan dan kontak dengan alkohol selanjutnya dapat dicegah. Banyak laporan menyatakan bahwa penderita dapat bertahan jika berhenti minum alkohol, yaitu sekitar 5 tahun dan hampir 90% pada penderita tanpa ikterus, asites, atau hematemesis, tetapi turun drastis sekitar 50-60% pada penderita yang melanjutlkan minum alkohol.28 Selama masa penjatahan anggur di Paris selama 4 tahun angka kematian akibat sirosis hati turun dari 36 menjadi 6 per 100.000 penduduk. Data lain yang mengungkapkan hubungan antara konsumsi alkohol


(39)

dengan penyakit hati adalah angka kematian yang lebih tinggi akibat sirosis hati yakni 15-34 per 100.000 penduduk di berbagai negara penghasil anggur daripada angka kematian di negara bukan penghasil anggur, yakni kira-kira 2-6 per 100.000 penduduk.

c. Zat Hepatotoksik 22

Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati secara akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan berupa sirosis hati. Pemberian bermacam-macam obat-obatan hepatotoksis secara berulangkali dan terus menerus, mula-mula terjadi kerusakan setempat, kemudian terjadi kerusakan hati yang merata, dan akhirnya dapat terjadi sirosis hati.4 Penggunaan parasetamol dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan luka pada hepatosit. Tetrasiklin dan khususnya klortetrasiklin dapat menimbulkan perlemakan dengan pigmen lipofuksin yang menonjol. Fungsi hati dapat terganggu bahkan dapat terjadi gagal hati. Pemberian metotreksat yang terus menerus pada pasien leukemia dan psoriasis sering ada kaitannya dengan radang portal, fibrosis dan perlemakan hati. Pada beberapa kasus timbul hepatitis kronik aktif yang dapat berkembang menjadi sirosis hati.

d. Hemokromatis

27

Hemokromatis merupakan kelainan metabolisme hepar, yaitu zat besi ditimbun dalam sel parenkim berbagai organ terutama di hepar dan pankreas. Pada keadaan lanjut, penimbunan zat besi akan menyebabkan sirosis mikronodular ( hepar


(40)

beberapa milimeter hingga satu sentimeter dan berisi lebih dari 50 gram besi. Pada 90% kasus hemokromatis, kulit menjadi tipis, kering dan berwarna abu-abu seperti tembaga.15 Ada dua kemungkinan timbulnya hemokromatis, yaitu penderita sejak lahir mengalami kenaikan absorbsi Fe dan yang didapat setelah lahir, misalnya dijumpai pada penderita penyakit hati alkoholik.26 Efek kumulatif dari alkohol dan gen hemokromatis pada absorbsi zat besi menyebabkan zat besi berlebihan dan Hemokomatis.

e. Malnutrisi 28

Kekurangan zat protein dalam makanan dan kekurangan kalori pada umumnya bisa menyebabkan kerusakan hati dengan terjadinya micronodular cirrhosis atau nutritional cirrhosis.16 Waterloo dalam Hadi berpendapat bahwa faktor kekurangan nutrisi terutama kekurangan protein hewani menjadi penyebab timbulnya sirosis hati. Protein yang memegang peranan penting ialah kholin dan methionin. Demikian pula kekurangan bahan makanan lainnya misalnya vitamin B kompleks, tokoferol, cystine, dapat menyebabkan terjadinya sirosis.4 Individu yang mengonsumsi alkohol dalam jumlah berlebihan juga mungkin tidak makan selayaknya sehingga kerusakan hati semakin buruk saat malnutrisi. Pnderita dapat mengalami defisiensi nutrisi termasuk tiamin, asam folat, piridoksin, niasin, asam askorbat dan vitamin A. Asupan vitamin K, besi, dan seng juga cenderung menurun pada penderita tersebut.18


(41)

2.7. Pencegahan Sirosis Hati 2.7.1. Pencegahan Primer

Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadi penyakit sirosis hati dengan cara mengendalikan faktor risiko dari sirosis hati dengan sasarannya orang-orang yang masih sehat. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Tindakan dalam masyarakat yang penting untuk mencegah hepatitis mencakup penyediaan makanan dan air bersih yang aman, serta sistem pembuangan sampah yang efektif. Melakukan penyuluhan mengenai hepatitis dan program imunisasi untuk Hepatitis B dimana bayi dan anak merupakan sasaran utama karena mereka memiliki risiko besar untuk menderita hepatitis jika terinfeksi, serta masyarakat dewasa yang berisiko tinggi. Menghindari penyalahgunaan alkohol dan memakai pelindung diri saat menggunakan bahan kimia beracun. Yang terpenting adalah menjaga agar organ hati jangan sampai berkembang menjadi sirosis hati.

18,25

2.7.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit atau cedera menuju suatu perkembangan kearah kerusakan, mencegah komplikasi dan membatasi ketidakmampuan dengan cara deteksi dini, mempertahankan perilaku sehat dan mengubah gaya hidup.

I. Diagnosis

25

Pemeriksaan diagnostik yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis sirosis hepatis antara lain:


(42)

a. CT Scan/Biopsi hati

CT scan/biopsi hati bertujuan untuk mendeteksi adanya infiltrasi lemak, jaringan fibrosis dan kerusakan jaringan hati19 Biopsi hati penting untuk menetapkan morfologi sirosis, menetapkan stadium aktivitas penyakit, mendapatkan informasi tentang perjalanan penyakit dan komplikasinya, mengetahui respons penyakit terahadap pengobatan dan menetapkan dugaan faktor-faktor penyebabnya.

b. Pemeriksaan Laboratorium

12

Pemeriksaan laboratorium pada sirosis hati meliputi hal-hal berikut: 4

1. Tes biokimia: kadar serum bilirubin menentukan berat ringannya ikterus.

2. Pengamatan radiologi: foto toraks untuk melihat apakah terdapat peninggian dan gambaran yang irregular dari diafragma kanan, pada penderita dengan hepatomegali perlu dibuat foto esophagus untuk melihat apakah ada varises esophagus.

3. Ultrasonografi: menggunakan ultrasound yang merupakan gelombang suara dengan frekuensi tinggi. Gambaran pada sirosis hati akan terlihat gema kasar merata didalam sel hati, selain penebalan kapsul, permukaan irregular.

4. Peritoneoskopi: Pada pemeriksaan dapat dilihat setiap kelainan permukaan hati. Warna hati yang kehijau-hijauan disertai vesika felea membesar menunjukkan adanya obstruksi ekstrahepatik. Begitu juga dapat dilihat permulaan sirosis, mikro atau makronoduler.

Kolesistografi/kolangiografi bertujuan untuk mengidentifikasi adanya penyakit duktus empedu sebagai faktor predisposisi sirosis hati. Portografi


(43)

transhepatik perkutaneus bertujuan untuk memperlihatkan sirkulasi sistem vena portal dan bilirubin serum bertujuan untuk mengetahui adanya gangguan seluler, bilirubin serum yang meningkat menunjukkan ketidakmampuan hati untuk mengkonjugasi bilirubin atau adanya obstruksi biliaris.19 Mencegah dan mengontrol komplikasi pada penderita sirosis hati adalah dengan cara menjaga fungsi hati dengan diet yang bergizi, istirahat yang cukup, tidak mengonsumsi alkohol berlebihan, mencegah infeksi, membatasi konsumsi protein, garam dan lemak, dan tidak menggunakan obat-obatan hepatotoksik.19 Pemberian diet yang tinggi protein dan rendah kalori pada sirosis yang disebabkan oleh fatty liver akibat malnutrisi dan obesitas penting untuk mencegah terjadinya kompliksi yang lebih berat.

II. Pengobatan

4

Pengobatan sirosis biasanya tidak memuaskan. Tidak ada agen farmakologik yang dapat menghentikan atau memperbaiki proses fibrosis. Terapi terutama ditujukan pada penyebabnya (seperti penyalahgunaan alkohol atau obstruksi saluran empedu) lalu mengatasi berbagai komplikasi (perdarahan saluran cerna, asites dan ensefalopati hepatik.

Pengobatan tergantung dari derajat kegagalan hati dan hipertensi portal. Bila hati masih dapat mengkompensasi kerusakan yang terjadi maka penderita dianjurkan untuk mengontrol penyakitnya secara teratur, istirahat yang cukup, dan melakukan diet sehari-hari yang tinggi kalori dan protein disertai lemak secukupnya.

18

Dalam hal ini bila timbul komplikasi maka hal-hal berikut harus diperhatikan:

4


(44)

a. Ensefalopati hepatik

Langkah pengobatan ensefalopati hepatik dipusatkan pada mekanisme penyebabnya. Pengobatan awal adalah menyingkirkan semua protein dari diet dan menghambat kerja bakteri terhadap protein usus. Neomisin (suatu antibiotic yang tidak diabsorbsi) biasanya merupakan obat terpilih untuk penghambatan bakteri usus. Lakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian kalium pada hipokalemia, pemberian antibiotic pada infeksi, dan lain-lain.

b. Asites

Apabila timbul asites lanjut maka penderita perlu istirahat di tempat tidur. Konsumsi garam perlu dikurangi hingga kira-kira 0,5 g per hari dengan total cairan yang masuk 1,5 liter per hari. Penderita diberi obat diuretik dital yaitu Spironolakton 4x25 g per hari. Yang dapat dinaikkan sampai dosis total 800 mg per hari. Bila perlu, penderita diberikan obat diuretic loop yaitu Furosemid dan dilakukan koreksi kadar albumin didalam darah. Peritoneovenous shunt merupakan operasi kecil untuk mengurangi cairan asites secara teratur dan memasukkan melalui suatu pipa yang diberi katub sehingga hanya memberikan tekanan satu arah ke dalam vena jugularis pada penderita dengan asites yang tidak berhasil diobati dengan diuretika.

c. Varises esofagus

Pada perdarahan varises esophagus penderita memerlukan perawatan di rumah sakit. Vasopresin (Pitressin) telah digunakan untuk menghentikan perdarahan.. Bila penderita pulih dari perdarahan, operasi pirau porta-kacal dapat mengurangi tekanan portal dengan melakukan anastomosis vena porta (tekanan tinggi) dengan vena kava inferior (tekanan rendah).


(45)

d. Hipertensi portal

Pemberian vasokontriktor (pitresin/vasopressin atau somastotasin) dapat menurunkan tekanan porta dengan mengurangi aliran darah splangnik, walaupun efeknya hanya bersifat sementara. Bloker beta adrenergic (propanolol, metoprolol atau atenolol) dapat mengurangi denyut jantung dan tekanan darah.

e. Sindroma hepatorenal

Apabila timbul sindroma hepatorenal yaitu terjadinya gagal ginjal akut yang berjalan progresif pada penderita penyakit hati kronis dan umumnya disertai sirosis hati dengan asites maka perlu perawatan segera di rumah sakit.

2.7.3. Pencegahan Tersier

Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif. Sirosis tidak dapat disembuhkan karena sel hati yang rusak tidak dapat diregenerasi. Banyak pasien dengan penyakit hati secara bertahap akan memburuk meskipun dengan pengobatan dan komplikasi sirosis akan meningkat dan menjadi sulit diobati.

4,24,25

Adapun rehabilitasi fisik yang dilakukan adalah membatasi aktivitas fisik dengan istirahat di tempat tidur minimal 12 jam setiap hari. Transplantasi hati adalah satu-satunya pilihan untuk pengobatan. Kemajuan terbaru dalam bedah transplantasi dan pengobatan untuk mencegah infeksi dari transplantsi hati sangat meningkatkan kelangsungan hidup setelah operasi. Rata-rata, lebih dari 80% pasien yang menerima transplantasi hati bertahan hidup sampai lima tahun.


(46)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: Karakteristik Penderita Sirosis hati 1. Sosiodemografi:

a. jenis kelamin b. umur

c. suku d. agama e. pendidikan f. pekerjaan g. sumber biaya h. asal daerah 2. Keluhan utama 3. Jenis komplikasi 4. Lama rawatan rata-rata 5. Keadaan sewaktu pulang

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Penderita sirosis hati adalah seseorang yang dinyatakan sakit/menderita sirosis hati berdasarkan diagnosa dokter sesuai yang tertulis di kartu sewaktu berobat di RSUD Sidikalang.

3.2.2. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang melekat pada diri penderita sirosis hati sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang dibedakan atas: 1. Laki-laki


(47)

3.2.3. Umur adalah lamanya hidup penderita penyakit sirosis hati yang dihitung bedasarkan tahun sejak dilahirkan hingga saat penderita menjadi pasien di RSUD Sidikalang sesuai yang tercatat pada kartu status, yang dikelompokkan berdasarkan rumus Sturgess yaitu:

1. 20-26 tahun 2. 27-33 tahun 3. 34-40 tahun 4. 41-47 tahun 5. 48-54 tahun 6. 55-61 tahun 7. 62-68 tahun 8. 69-75 tahun

Untuk tabulasi silang, dikelompokkan menjadi: 1. <40 tahun

2. ≥40 tahun

3.2.4. Suku bangsa adalah rasa atau etnik yang melekat pada diri penderita sirosis hati sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang dibedakan atas:

1. Toba 2. Pakpak 3. Karo

4. Simalungun 5. Mandailing 6. Jawa

3.2.5. Agama adalah kepercayaan yang dianut penderita sirosis hati sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang dibedakan atas:

1. Islam 2. Kristen 3. Hindu 4. Buddha


(48)

3.2.6. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah dijalani dan berhasil diselesaikan oleh penderita sirosis hati sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang dibedakan atas:

1. Tidak Tamat SD 2. SD/Sederajat 3. SMP/Sederajat 4. SMU/sederajat

5. Akademi/perguruan tinggi

3.2.7. Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan penderita sirosis hati sehari-harinya untuk mendapatkan imbalan atau uang sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang dibedakan atas:

1. PNS/Pensiunan PNS 2. Pegawai Swasta 3. Wiraswasta 4. Petani

5. Ibu Rumah Tangga

3.2.8. Sumber biaya adalah asal biaya yang digunakan penderita selama masa perawatan sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang dibedakan atas: 1. Askes

2. Jamkesmas 3. Biaya Sendiri

3.2.9. Tempat tinggal adalah tempat dimana penderita penyakit sirosis hati tinggal menetap, yang dibedakan atas:

1. Sidikalang 2. Luar Sidikalang

3.2.11. Keluhan utama adalah jenis keluhan yang diderita oleh penderita sebagai alasan untuk datang berobat dan memeriksakan diri sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, yang dibedakan atas:


(49)

1. Mata/seluruh badan kuning 2. Nyeri perut kanan atas 3. Mual/muntah

4. BAB hitam 5. >1 keluhan

3.2.12. Jenis komplikasi adalah penyakit lain yang timbul akibat dari penyakit sirosis yang diderita oleh penderita sirosis hati berdasarkan anamnese dokter, yang diklasifikasikan menjadi:

1. Varises esofagus 2. Asites

3. Karsinoma hepatoseluler 4. >1 komplikasi

5. Tidak tercatat

3.2.14. Lama rawatan rata-rata adalah lamanya penderita sirosis hati di rawat inap di RSUD Sidikalang dimulai dari hari pertama masuk sampai terakhir perawatan sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.

3.2.15. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita sewaktu keluar dari RSUD Sidikalang sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status yang dibedakan atas: 1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

2. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 3. Dirujuk


(50)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan desain Case series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Sidikalang dengan alasan adanya kebiasaan mengonsumsi alkohol oleh penduduk yang mayoritas suku Batak, tersedianya data penderita sirosis hati yang dirawat inap di RSUD Sidikalang, dan belum pernah diadakan penelitian mengenai sirosis hati di RSUD Sidikalang.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Oktober 2011 - Mei 2012.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh data penderita sirosis hati yang dirawat inap di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011 yaitu sebanyak 115 orang.


(51)

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah penderita sirosis hati yang dirawat inap diRSUD Sidikalang tahun 2007-2011 dengan besar sampel sama dengan populasi (total sampling).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari kartu status rekam medik penderita sirosis hati yang dirawat inap di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011.

4.5. Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan bantuan komputer. Data dianalisis dengan uji statistik menggunakan Chi-Square, Anova dan Kruskal Wallis. Hasilnya disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi, diagram pie dan diagram bar.

Chi-Square digunakan untuk menguji proporsi perbedaan parameter 2 populasi atau lebih pada data diskrit atau data kontinu yang dikelompokkan menjadi kategori. Syarat untuk uji Chi-Square adalah nilai ekspektasi yang <5 minimal 25% dan untuk tabel 2x2 tidak boleh ada nilai ekspektasi yang <5. Untuk melihat ada atau tidak perbedaan dilihat dari nila p, jika p>α(0,05) kesimpulannya tidak ada perbedaan proporsi. Penggunaan uji Chi Square pada penelitian ini yaitu pada umur berdasarkan jenis kelamin.


(52)

berdistribusi normal dengan skala interval atau rasio. Uji Anova dapat digunakan jika tidak terdapat varians yang berbeda.

Untuk melihat perbedaan rata-rata dilihat dari nilai p, jika nilai p>α(0,05), kesimpulannya tidak ada perbedaan rata-rata. Pada penelitian Uji Anova digunakan untuk menganalisis lama rawatan berdasarkan jenis komplikasi, dan lama rawatan berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

Kruskal Wallis merupakan uji alternatif dari uji Anova, yaitu jika ditemukan varians yang berbeda maka uji Anova tidak dapat dilanjutkan sehingga uji dilanjutkan dengan Kruskal Wallis. Jika diperoleh hasil p>α(0,05) kesimpulannya tidak ada perbedaan rata-rata. Analisis dengan Kruskal Wallis digunakan pada lama rawatan berdasarkan keluhan utama.


(53)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Sejarah Berdirinya RSUD Sidikalang

Rumah Sakit Umum Sidikalang merupakan satu-satunya rumah sakit pemerintah yang berada di Kabupaten Dairi yang berdiri pada zaman penjajahan Belanda. Pada awal pendiriannya rumah sakit ini berlokasi di Jl. Rumah Sakit Lama diperuntukkan khusus pasien tahanan tentara Belanda, namun selanjutnya juga melayani masyarakat umum. Sesudah kemerdekaan, rumah sakit ini diambil alih oleh pemerintah yang dalam perjalanannya menjadi Rumah Sakit Umum kelas D sampai pada tahun 1993.

Pada tahun 1982 direncanakan relokasi RSUD Sidikalang ke Jl. Rumah Sakit No. 19 diatas areal 2,1 Ha yang dimulai dengan pembangunan poliklinik. Hingga tahun 1983 pembangunan rumah sakit yang baru tersebut selesai dan diresmikan penggunaannya pada tanggal 5 September 1983 oleh Gubernur Sumatera Utara. Pada tanggal 21 Pebruari 1994 Rumah Sakit Umum Sidikalang ditetapkan menjadi Rumah Sakit Tipe C berdasarkan SK Menkes No: 94/Menkes/SK/II/1994.

Pada saat itu belum ada dokter spesialis bedah dan dan dokter spesialis obstetric dan gynecology (kebidanan dan kandungan). Pada tahun 2006 dokter spesialis untuk 4 jenis pelayanan untuk persyaratan Rumah Sakit Umum pemerintah kelas C sudah terpenuhi yakni: dokter spesialis bedah, spesialis obstetric dan gynecology, spesialis anak, dan spesialis penyakit dalam. Pada tahun 2008, selain 4 jenis pelayanan spesialis tersebut, ada penambahan jenis pelayanan spesialis lainnya


(54)

Sesuai dengan berjalannya waktu rumah sakit ini tumbuh dan berkembang. Berbagai fasilitas sarana dan standardisasi pelayanan diupayakan untuk memenuhi tingkat mutu pelayanan yang baik. Pada tanggal 19 Januari 2009 RSUD Sidikalang menjadi rumah sakit yang terakreditasi penuh untuk 5 jenis kegiatan pelayanan dasar atas penilaian Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) yakni: Pelayanan Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Gawat Darurat dan Rekam Medik yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

5.2. Distribusi Proporsi Penderita dan CFR Sirosis Hati Berdasarkan Tahun Proporsi distribusi sirosis hati dan CFR berdasarkan tahun di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Sirosis Hati dan CFR Berdasarkan Tahun di RSUD Sidikalang

No Tahun Sirosis Hati Jumlah

Kematian CFR (%)

f %

1 2007 25 21,7 4 16

2 2008 22 19,1 2 9,1

3 2009 23 20 7 30,4

4 2010 24 20,9 1 4,2

5 2011 21 18,3 5 23,8

Total 115 100,0 19

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 115 penderita sirosis hati pada tahun 2007 terdapat 25 penderita (21,7%) dengan CFR 16%, tahun 2008 terdapat 22 penderita (19,1%) dengan CFR 9,1%, tahun 2009 terdapat 23 penderita (20%) dengan CFR 30,4%, tahun 2010 terdapat 24 penderita (20,9%) dengan CFR 4,2%, tahun 2011 terdapat 21 penderita (18,3%) dengan CFR 23,8%.


(55)

5.3. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Sosiodemografi 5.3.1. Jenis Kelamin Berdasarkan Umur

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita sirosis hati berdasarkan umur yang dirawat inap di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Umur yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat proporsi jenis kelamin penderita berdasarkan umur tertinggi terdapat pada kelompok umur 48-54 tahun sebanyak 28 orang (24,3%), dengan proporsi pada laki-laki 15,7% dan perempuan 8,7%, dan yang terendah pada kelompok umur 27-33 tahun sebanyak 2 orang dengan proporsi pada laki-laki 100%.

Karakteristik penderita sirosis hati termuda adalah penderita yang berumur 20 tahun dengan jumlah 1 orang, berjenis kelamin laki-laki, suku Toba, beragama Kristen, pendidikan SMU/sederajat, pekerjaan petani, sumber biaya Jamkesmas,

No Umur (tahun)

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

f % f % f %

1 20-26 3 2,6 1 0,9 4 3,5

2 27-33 2 1,7 0 0 2 1,7

3 34-40 12 10,4 6 5,2 18 15,7

4 41-47 10 8,7 6 5,2 16 13,9

5 48-54 18 15,7 10 8,7 28 24,3

6 55-61 21 18,3 6 5,2 27 23,5

7 62-68 10 8,7 2 2,6 13 11,3

8 69-76 4 3,5 3 2,6 7 6,1


(56)

berasal dari luar Sidikalang, keluhan utama nyeri perut kanan atas, lama rawatan 4 hari dan keadaan sewaktu pulang dengan pulang berobat jalan.

5.3.2. Suku

Distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan suku yang dirawat inap di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Suku yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011

No Suku f %

1 Toba 86 74,8

2 Pakpak 14 12,2

3 Karo 5 4,3

4 Simalungun 4 3,5

5 Mandailing 3 2,6

6 Jawa 3 2,6

Total 115 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat proporsi penderita tertinggi berdasarkan suku adalah suku Toba sebanyak 86 orang (74,8%), kemudian pada suku Pakpak sebanyak 14 orang (12,2%), suku Simalungun sebanyak 4 orang (3,5%) dan terendah pada suku Mandailing dan Jawa masing-masing sebanyak 3 orang (2,6%).

5.3.3. Agama

Distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan agama yang dirawat inap di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Agama yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011

No Agama f %

1 Islam 22 19,1

2 Kristen 93 80,9


(57)

Dari tabel 5.4 dapat dilihat proporsi penderita tertinggi adalah agama Kristen sebanyak 93 orang (80,9%) dan terendah pada agama Islam sebanyak 22 orang (19,1%).

5.3.4. Pendidikan

Distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan pendidikan yang dirawat inap di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Pendidikan yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011

No Pendidikan f %

1 Tidak Tamat SD 4 3,5

2 SD/Sederajat 33 28,7

3 SMP/Sederajat 23 20,0

4 SMU/sederajat 41 35,6

5 Akademi/perguruan tinggi 14 12,2

Total 115 100,0

Berdasarkan tabel 5.5.dapat dilihat proporsi penderita tertinggi berdasarkan pendidikan adalah SMA/sederajat sebanyak 41 orang (35,6%), kemudian SD.sederajat sebanyak 33 orang (28,7%), SMP/sederajat sebanyak 23 orang (20%), Akedemi/Perguruan Tinggi sebanyak 14 orang (12,2%) dan terendah pada yang Tidak Tamat SD sebanyak 4 orang (3,5%).

5.3.5. Pekerjaan

Distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan pekerjaan yang dirawat inap di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(58)

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Pekerjaan yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat proporsi penderita tertinggi adalah petani sebanyak 59 orang (51,3%), kemudian wiraswasta sebanyak 26 orang (22,6%), PNS/Pensiunan PNS sebanyak 22 orang (19,2%) dan terendah Ibu Rumah Tangga sebanyak 2 orang (1,7%).

5.3.6. Sumber Biaya

Distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan sumber biaya yang dirawat inap di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Sumber

Biaya yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat proporsi penderita tertinggi adalah Jamkesmas sebanyak 60 orang (52,2%), kemudian biaya sendiri sebanyak 29 orang (25,2%), dan terendah pada pengguna Askes sebanyak 26 orang (22,6%).

5.3.8. Asal Daerah

Distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan asal daerah yang dirawat inap di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No Pekerjaan f %

1 PNS/Pensiunan PNS 22 19,2

2 Pegawai Swasta 6 5,2

3 Wiraswasta 26 22,6

4 Petani 59 51,3

5 Ibu Rumah Tangga 2 1,7

Total 115 100,0

No Sumber Biaya f %

1 Askes 26 22,6

2 Jamkesmas 60 52,2

4 Biaya Sendiri 29 25,2


(59)

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Asal Daerah yang Dirawat Inap di RSUD Sidikalang Tahun 2007-2011

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat proporsi penderita tertinggi berasal dari Luar Sidikalang sebanyak 86 orang (74,8%) dan terendah yang berada pada daerah Sidikalang sebanyak 29 orang (25,2%).

5.4. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keluhan Utama Distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan keluhan utama yang dirawat inap di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keluhan Utama yang dirawat inap di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa proporsi penderita tertinggi berdasarkan keluhan utama adalah penderita dengan >1 keluhan yaitu 73 orang (63,5%), kemudian dengan keluhan nyeri perut kanan atas sebanyak 18 orang (15,7%), dengan keluhan mata/seluruh badan kuning sebanyak 17 orang (14,8%),

No Asal Daerah f %

1 Sidikalang 29 25,2

2 Luar Sidikalang 86 74,8

Total 115 100,0

No Keluhan Utama f %

1 Mata/seluruh badan kuning 17 14,8

2 Nyeri perut kanan atas 18 15,7

3 Mual/muntah 5 4,3

4 BAB hitam 2 1,7

5 >1 keluhan 73 63,5


(1)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

7.1.1. Distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan sosiodemografi yaitu proporsi tertinggi pada umur 48-54 tahun sebesar 24,3%, jenis kelamin laki-laki sebesar 69,6%, suku Toba sebesar 74,8%, agama Kristen sebesar 80,9%, pekerjaan petani sebesar 51,3%, sumber biaya Jamkesmas sebesar 52,2% dan asal daerah luar Sidikalang sebesar 74,8%.

7.1.2. Proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan keluhan utama adalah penderita dengan >1 keluhan sebesar 63,5 %

7.1.3. Proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan jenis komplikasi adalah varises esofagus sebesar 35,7%.

7.1.4. Lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati adalah 3,72 hari atau 4 hari dengan proporsi terbesar penderita berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah penderita yang pulang berobat jalan sebesar 39,1%.

7.1.5. Tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan umur (p=0,622>0,05)

7.16. Analisa statistik proporsi umur berdasarkan jenis komplikasi tidak dapat diuji dengan Chi Square karena terdapat 2 cell yang expected countnya < 5.

7.17. Analisa statistik untuk proporsi jenis komplikasi berdasarkan keluhan utama tidak dapat diuji dengan Chi Square karena terdapat 15 cell yang expected countnya < 5.


(2)

7.1.8. Tidak terdapat perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keluhan utama (p=0,167>0,05)

7.1.9. Tidak terdapat perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis komplikasi (p=0,725>0,05)

7.1.10 Analisa statistik proporsi jenis komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang tidak dapat diuji dengan Chi Square karena terdapat 10 cell yang

expected count nya kurang dari 5.

7.1.11 Tidak terdapat perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,163>0,05)

7.2. Saran

7.2.1. Bagi penderita sirosis hati yang pulang berobat jalan ataupun yang pulang atas permintaan sendiri agar tetap melakukan pemeriksaan berkala untuk mengetahui perkembangan penyakit dan mematuhi peraturan pengobatan dan diet serta menghindari risiko terjadinya komplikasi.

7.2.2. Bagi pihak rumah sakit agar lebih melengkapi pencatatan data penderita sirosis hati pada kartu status terutama jenis komplikasi dan riwayat penyakit terdahulu penderita agar memudahkan memberi pencegahan sirosis hati agar tidak semakin parah.

7.2.3. Bagi pihak rumah sakit agar meningkatkan penyuluhan mengenai faktor risiko sirosis hati kepada masyarakat serta program imunisasi Hepatitis B untuk bayi dan anak.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bustan, N. M., 2002. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

2. Sherlock, S., 1990. Penyakit Hati dan Sistem Saluran Empedu, Cetakan I, Penerbit Widya Medika, Jakarta.

3. Hadi, S., 2000. Hepatologi, Penerbit Mandar Maju, Bandung. 4. Hadi, S., 2002. Gastroenterologi, Penerbit Alumni, Bandung

5. Wolf, D.C., 2011. Definition, Epidemiologi, and Etiology of Cirrhosis.

Oktober 2011.

6. National Digestive Disease information Clearinghouse, 2005. Statistics by Country for Cirrhosis of the Liver 01 November 2011

7. Leon, D.A & Jim McCambridge, 2006. Liver cirrhosis mortality rates in Britain from 1950 to 2002:an analysis of routine data,

Diakses 29 Oktober 2011

8. Minino. A.M, dkk, 2007. National Vital Statistic Reports: Final Data for 2004, Volume 55.CDC.USA

9. Ditjen Yanmedik, 2005. Distribusi Penyakit Saluran Cerna Pasien Rawat Inap Menurut Golongan Sebab Sakit Indonesia Tahun 2004,

10. Siregar, N.A., 2008. Karakteristik Penderita Sirosis Hati yang Dirawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2002-2006. Skripsi FKM, USU, Medan.

11. P., Dermawati., 2006. Karakteristik Penderita Sirosis Hati yang Dirawat Inap di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2002-2004, Skripsi FKM USU, Medan.

12. Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomik FKUI, 1973. Patologi, Bagian Patologi Anatomik FKUI. Jakarta


(4)

14. Bateson, M., 1996. Batu Empedu dan Penyakit Hati, Penerbit Arcan. Jakarta. 15. Sudiono. J, dkk, 2003. Patologi, Cetakan I. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta

16. Marpaung, B., 1981. Masalah Penyakit Hati di Indonesia, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru besar Tetap fakultas Kedokteran USU.

17. Suhaemi. 2002. Disfungsi Autonomik dan Neuropati Perifer pada Penderita Sirosis Hati, Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK USU,Medan.

18. Wilson, L.M & Sylvia A. Price, 2005. Patofisologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

19. Lusianah & Suratur, 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal, Penerbit Trans Info Media. Jakarta

20. Suyono, dkk. 2004. Hasill Penelitian Sonografi Sirosis Hepatis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, November 2011.

21. Liang, W.,dkk, 2010. Mortality Rate of Alcoholic Liver Disease and Risk of Hospitalization for Alcoholic Liver Cirrhosis, Alcoholic Hepatitis and Alcoholic Liver Failure in Australia between 1993 and 2005, National Drug Research Institute, Australia.

November 2011

22. Gips, C.H & J.H.P. Wilson, 1989. Diagnosis dan Terapi Penyakit Hati dan Empedu. Penerbit Hiprokates, Jakarta

23. Carvalho, L.,dkk, 2006. Evalution of Nutritional Status of Nonhospitalized Patients with Liver Cirrhosis, November 2011.

Cirrhosis of the Liver,

25. Timmreck, T.C., 2004. Epidemiologi: Suatu Pengantar. Edisi 2. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.


(5)

26. Durrotul Djanah, 2003. Hubungan Antara Derajat Sirosis Hati dengan Derajat Abnormalitas Elektroensefalografi, Bagian Ilmu penyakit Syaraf FK UNDIP/RSUP Dr. Kariadi. Semarang.

27. Tambunan, G.W., 1994. Patologi Gastroenterologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

28. Robbins. S.L & Vinay Kumar, 1995. Patologi II, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

29. Minino. A. M, dkk, 2010. National Vital Statistic Reports: Deaths: Final Data for 2007, Volume 58.CDC.USA

Diakses 30 November 2011

30. Minino, A. M, dkk, 2011. National Vital Statistic Reports: Deaths: Preliminary Data for 2009, Volume 59.CDC.USA

Diakses 30 November 2011

31. Ditjen Yanmedik, 2005. Pola penyakit 50 Peringkat Utama Menurut DTD Pasien Rawat Inap di Rumah sakit Indonesia Tahun 2004,

Diakses 01 Februari 2012.

32. Ditjen Yanmedik, 2005. 50 Peringkat Utama Kematian Menurut DTD di Rumah Sakit Indonesia Tahun 2004,

Diakses 01 Februari 2012.

33. Karina, 2007. Faktor Resiko Kematian Penderita Sirosis Hati di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2002-2006, Karya Tulis Ilmiah FK UNDIP, Semarang.

34. Mariadi, K & I Dewa Nyoman Wibawa, 2006. Hubungan antara Interleukin

-6 dan C-Reactive Protein pada Sirosis Hati dengan PSMBA, Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNUD, Bali.

35. Kusumobroto, H.O., 1983. Pengelolaan Perdarahan Masif Varises Esofagus Pada Sirosis Hati. Airlangga University Press. Surabaya.

36. Soeliadi H, 1992. Penelitian Seroepidemiologi Virus Hepatitis B dan Virus Hepatitis C di Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat, Triwulan


(6)

37. Departemen Kesehatan, 2009. Profil Kesehatan Diakses 16 Mei 2012

38. Institute of Alcohol Studies, 2009. The Impact of Alcohol on the NHS. 39. Coon, J., 2008. Surveillance of Cirrhosis for Hepatocellular Carcinoma: A Cost

Utility Analysis. British Journal of Cancer.

40. Depkes RI, 2006. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta.

41. Sudjana, P., 1990. Prevalensi Kolelitiasis pada Sirosis Hati serta Hubungannya dengan Berat Penyakit, Usia, Jenis Kelamin dan Hemolisis (Suatu Survei Secara Ultrasonik di RS Dr. Hasan Sadikin Bandung).

42. Farrell, G. C., 2008. Cirrhosis in Asian: Less Common than in Europeans. Journal of Gastroenterology and Hepatology, Volume 23, Issue 4.

43. Yoon, Y.H & Hsiao-ye Yi, 2010. Surveillance Report#88: Liver Cirrhosis Mortality in The United States, 1970-2007. National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism, Division of Epidemiology and Prevention Research Alcohol Epidemiologic Data System.

Diakses 21 Mei 2012

44. Bentzen, J & Valdemar Smith, 2010. Alcohol Consumption and Liver Cirrhosis Mortality: New Evidence From a Panel Data Analysis for Sixteen European Countries. Department of Economics Aarhus School of Business, University of Aarhus, Denmark.