64
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Berdasarkan wawancara terhadap responden di desa Lolowua telah di ketahui karakteristik berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan
penghasilan responden. Umur responden di kategorikan menjadi 3 kategori, yaitu remaja dengan usia 15-25 tahun sebanyak 26,4 , dewasa dengan usia 26-45
tahun sebanyak 52,7 , dan lanjut usia dengan usia 45 tahun sebanyak 20,9 . Hal ini menunjukkan mayoritas responden yang di wawancarai adalah dewasa.
Secara logika, umur biasanya berhubungan dengan pengetahuan, semakin tinggi usia seseorang maka di mungkinkan pengetahuannya tentang STBM semakin baik
sehingga sikap dan kebiasaannya tentang STBM lebih baik. Tetapi dengan informasi dari pendidikan sekolah, lingkungan sosial dan media membuat anak-
anak usia sekolah bisa memiliki kebiasaan lebih baik dalam hal STBM di bandingkan usia dewasa. Sehingga dapat di simpulkan bahwa umur tidak
berpengaruh terhadap praktek STBM, sejalan dengan penelitian Butar-butar 2007 dalam Utami 2010 bahwa umur tidak ada hubungannya dengan perilaku.
Jenis kelamin responden yang diwawancarai mayoritas perempuan yaitu sebanyak 50,5 sesuai dengan data demografis jumlah penduduk desa Lolowua
yaitu penduduk yang jenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Dari pengamatan, kebiasaan responden dalam pelaksanaan STBM tidak
berhubungan dengan jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan dalam melaksanakan STBM lebih di pengaruhi oleh faktor kebiasaan, pengetahuan dan
ketersediaan fasilitas. Sehingga tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku pelaksanaan STBM.
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan responden di desa Lolowua di tinjau dari pendidikan formal, di ketahui mayoritas responden berpendidikan rendah yaitu SD dan SMP sebanyak
73,6. Berdasarkan pengamatan dilapangan dapat di ketahui bahwa responden yang berpendididkan tinggi mempunyai pengetahuan dan perilaku STBM lebih
baik dari pada yang berpendidikan rendah. Hal ini dapat terlihat dari jawaban yang di berikan responden terhadap pertanyaaan tentang STBM dan penerapannya
dalam keluarga responden. Sejalan dengan Penelitian Amalia 2009 dalam Utami 2010 yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan
dengan PHBS, dan juga sejalan dengan penelitian Nawangwulan 2007 dalam Utami 2010 yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang sangat
berpengaruh terhadap program peningkatan pengetahuan secara langsung dan secara tidak langsung pada terhadap perilaku.
Berdasarkan wawancara di desa Lolowua, di ketahui terdapat 4 kategori pekerjaan responden yaitu sebagai petani, PNS, pegawai swasta dan wiraswasta.
Mayoritas responden bekerja sebagai petani sebanyak 90,1 . Berdasarkan pengamatan di desa Lolowua, tidak ada perbedaan perilaku yang bermakna di
tinjau dari pekerjaan, karna baik yang bekerja sebagai petani, PNS, pegawai swasta dan wiraswasta mempunyai kecenderungan berperilaku yang baik atau
buruk terhadap pelaksanaan STBM. Penghasilan responden dalam penelitian ini seharusnya berdasarkan Upah
Minimum Kabupaten UMK Nias, namun karna UMK Nias belum di tetapkan maka peneliti menggunakan UMK yang terendah di Sumatera Utara yaitu UMK
Pematangsiantar sehingga dapat di ketahui bahwa mayoritas responden berpenghasilan rendah sebanyak 96,7 . Berdasarkan pengamatan di desa
Universitas Sumatera Utara
Lolowua, di ketahui penghasilan berhubungan dengan ketersediaan fasilitas STBM. Responden yang berpenghasilan rendah banyak yang tidak memiliki
fasilitas STBM terutama jamban keluarga. Hal ini sejalan dengan penelitian Daud 2000 yang menyatakan bahwa penghasilan merupakan faktor yang berhubungan
dengan kualitas PHBS. Demikian juga sejalan dengan penelitian Amalia 2009 dalam Utami 2010 yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara
tingkat penghasilan dengan PHBS
5.2 Deskripsi Pengetahuan Responden Tentang STBM