Motivasi Masyarakat dalam Kegiatan Pengelolaan Sampah

commit to user 60 terhadap pengembangan program-program pengelolaan sampah yang dilaksanakan di Sukunan. Hal ini terbukti dengan berkembangnya Sukunan menjadi Desa Wisata Lingkungan pada awal 2009. Antusias masyarakat Sukunan terhadap perkembangan kampung mereka menjadi desa wisata lingkungan membawa rasa bangga. Apalagi yang datang di kampung ini dari seluruh Indonesia bahkan dari luar negeri.

C. Motivasi Masyarakat dalam Kegiatan Pengelolaan Sampah

Motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Faktor tersebut yang menjadi alasan utama bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi masyarakat Sukunan dalam hal ini alasan utama yang mendorong mereka untuk turut berpartisipasi dalam program pengelolaan sampah dijelaskan oleh beberapa narasumber. Keikutsertaan beberapa orang dalam kegiatan pengolahan sampah karena dilatar belakangi motif psikologis, yaitu mendapatkan ilmu dan wawasan baru. Adisasmita 2004 : 150 menjelaskan bahwa motif psikologis, yaitu motivasi adanya kepuasan pribadi, pencapaian prestasi, atau rasa mencapai sesuatu, meskipun tidak menghasilkan uang atau barang. Untuk meningkatkan partisipasi berarti memberikan kesempatan kepada setiap warga masyarakat untuk mengekspresikan diri dan mengatakan aspirasinya serta keleluasaan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia. Dari hasil wawancara didapatkan penjelasan mengenai motivasi mereka untuk ikut serta dalam pengelolaan sampah di Sukunan. commit to user 61 Alasan pertama adalah karena faktor pengetahuan atau tertarik karena mendapatkan pengetahuan baru tentang cara olah sampah. Dengan bertambahnya pengetahuan, maka mereka diberi kesempatan untuk bisa menerapkan pengetahuan tersebut, dalam hal ini sampah yang berada di sekitar rumah terdekat. Alasan lain yang menjadi dorongan mereka untuk melakukan pengolahan sampah adalah motif ekonomi, yaitu adanya keuntungan yang seringkali mendorong orang untuk mengambil keputusan untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Pengambilan keputusan berpartisipasi dalam masyarakat bila menghasilkan manfaat keuntungan bagi dirikelompoknya dan kerugian yang diperoleh lebih kecil akibat ikut berpartisipasi dari pada tidak ikut berpartisipasi. Mendaur ulang sampah bisa menambah income pemasukan bagi mereka, karena dengan membuat kerajinan daur ulang dari plastik dan kerajinan dari kain perca sehingga bisa menghasilkan barang yang bisa dipakai lagi, misalnya tas, dompet, tempat pensil, tempat koranmajalah dan lain-lain. Barang-barang tersebut dijual dan hasilnya diberikan kepada orang yang membuatnya sekaligus bisa menyumbang untuk menambah kas. Sama halnya yang dijelaskan oleh Koordinator Pengrajin Sampah, dalam hal pembagian hasil penjualan kerajinan daur ulang itu dibagikan untuk pengrajin, modal dan kas. Sebagai rinciannya adalah berikut ini : Pembagian hasil dari kerajinan adalah 70 untuk pengrajin, 25 untuk bahan dan 5 untuk kas PKK. Itulah sebabnya di setiap barang kerajinan tersebut ada tercantum nama yang membuatnya, sehingga memudahkan koordinator untuk memberikan kepada commit to user 62 masing-masing pengrajin. Pembuatan kerajinan plastik tetap rutin dilakukan untuk penyediaan stock di sekretariat . Selain faktor ekonomi, alasan lain motivasi anggota masyarakat untuk berpartisipasi adalah faktor kebersihan lingkungan. Ternyata salah satu implikasi dari pengolahan sampah adalah nilai ekologis yakni lingkungan menjadi bersih dan asri. Dari penjelasan salah satu anggota tim sampah, alasan simple yang mendasar adalah karena melihat dampak dari kegiatan pengolahan sampah yaitu kampung jadi bersih, sangat berbeda dengan kondisi dulu sebelum adanya program pengolahan sampah. Keinginan mereka agar tetap menjaga kampung tetap terlihat asri dengan melakukan salah satu kegiatan bersama yaitu membuat taman di masing-masing RT dengan tujuan menambah penghijauan. Hal itu tercetus dengan sendirinya bukan instruksiperintah dari siapa pun. Mereka menambah tanaman atau bunga dalam pot di sepanjang jalan masuk RT dengan tujuan agar lingkungan terlihat bersih, asri dan hijau. Sukunan yang dulunya adalah dusun yang terletak di pinggir kota juga mengalami perubahan seiring dengan perkembangan kota. Semakin bertambahnya penduduk dan masuknya pendatang ke kampung Sukunan berakibat perumahan penduduk semakin padat dan pekarangan menjadi sempit bahkan ada yang tidak memiliki halaman rumah. Akibatnya lahan yang dipakai untuk membuang sampah sudah tidak ada lagi. Kondisi tersebut ternyata menjadi salah satu motivasi commit to user 63 beberapa orang untuk mau melakukan pengolahan sampah. Motivasi awalnya adalah karena tidak punya lahan untuk membuang sampah. Pelopor dari tim sampah Sukunan juga mengakui hal ini, yaitu motivasi untuk melakukan pengolahan sampah karena tidak memiliki lahan untuk membuang sampah. Sejak pindah ke Sukunan, masalah pertama yang dihadapi adalah kesulitan untuk mencari tempat untuk membuang sampah, sehingga setiap hari harus membawa sampah ke kantor untuk membuang di TPS kantor. Karena telah berhasil melakukan pengolahan sampah organik, daur ulang plastik, daur ulang kertas, maka untuk pengembangannya masyarakat Sukunan ternyata termotivasi untuk lebih kreatif lagi dalam mengolah sampah. Tidak hanya terhenti untuk sampah – sampah rumah tangga, mereka mulai merambah jenis sampah lain untuk mencari solusi bagaimana mengurangi volume sampah yang timbul. Seiring dengan perkembangan pesat industri, jenis sampah saat ini berbeda dengan sampah zaman dulu. Jenis sampah saat ini cenderung didominasi oleh sampah pabrikan hasil modifikasi sintesis kimia seperti plastik, karet, styrofoam, logam, kaca dan sebagainya. Apabila sampah-sampah tersebut dibakar maka akan mengeluarkan gas-gas beracun yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat bagi yang menghirupnya dan akan memperburuk kualitas lingkungan udara. Misalnya hasil pembakaran plastik menghasilkan gas Dioxin yang mempunyai daya racun 350 kali dibandingkan asap rokok. Dioxin sendiri termasuk kategori racun supertoxin di atasnya toxin dan bersifat karsinogenik mengumpul di dalam tubuh dan tidak dapat dikeluarkan yang di dalamnya mengandung 72 commit to user 64 ikatan kimia berbahaya dan dapat masuk ke dalam jaringan tubuh manusia terutama bagian saraf dan paru-paru, sehingga dapat mengganggu sistem dan pernapasan termasuk salah satunya penyebab kanker. Pembakaran styrofoam juga akan menghasilkan CFC Chloro flour Carbon yang dapat merusak lapisan ozon sehingga dapat mempercepat pemanasan global akibat sinar ultraviolet yang langsung menembus bumi serta sangat berbahaya bagi tubuh manusia secara langsung Chandra, 2007: 121. Berdasar hal tersebut masyarakat Sukunan berinisiatif utnuk melakukan daur ulang pemakaian ulang styrofoam dalam pembuatan bataco. Tujuannya untuk menunda penumpukan sampah styrofoam yang ternyata tidak laku terjual. Pembuatan bataco dengan menggunakan bahan campuran styrofoam merupakan hasil kreasi mereka sendiri. Motivasi dalam melakukan kegiatan tertentu dilandasi oleh suatu motivasi dalam dirinya sebab motivasi merupakan penggerak utama untuk mempengaruhi turut sertanya seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Demikian halnya dengan motivasi masyarakat Sukunan untuk mau berpartisipasi dalam pengelolaan sampah karena didorong oleh keinginan dari dalam diri sendiri untuk mendapat pengetahuan atau ilmu, serta keinginan untuk meningkatkan ekonomi. Selain itu pencapaian kepuasan karena berhasil mendapat solusi atas masalah lahan sampah dan keikutsertaan dalam pelestarian lingkungan hidup. commit to user 65

D. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah