Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Penelitian yang Relevan Kerangka Berpikir

commit to user 4

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah. Partisipasi ini akan dilihat dari tiga aspek, yaitu : persepsi masyarakat Sukunan terhadap pengelolaan sampah, motivasi masyarakat Sukunan untuk ikut serta dalam pengelolaan sampah dan kegiatan partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah yang dilihat dari persepsi masyarakat Sukunan terhadap pengelolaan sampah, motivasi masyarakat untuk ikut serta dan kegiatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Dapat digunakan sebagai salah satu model partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat. 2. Mampu memberikan pengetahuan atau wawasan tentang pengelolaan lingkungan hidup khususnya cara pengolahan sampah swakelola. commit to user 5 3. Untuk bidang pendidikan dapat digunakan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan hidup. commit to user 6 BAB II KAJIAN TEORETIS A.Kajian Teoretis

1. Sampah dan Pengelolaan Sampah

Menurut UU No.18 th 2008 Pasal 1 ayat 1 definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia danatau proses alam yang berbentuk padat. Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain adalah : a. Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah ini pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk. b. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah per kapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan kesejahteraan ini pun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan- bangunan, transportasi pun bertambah, dan produk pertanian, industri dan lain- lain akan bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah. c. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara commit to user 7 pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula Sudrajat, 2006 : 110. Sampah yang dikelola berdasarkan UU No. 18 tahun 2008 terdiri atas sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, danatau fasilitas lainnya. Sedangkan sampah spesifik meliputi : sampah yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun B3, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah;danatau sampah yang timbul secara tidak periodik. Dalam penjelasan Slamet 2004 : 154-155 definisi sampah dapat dibedakan atas dasar sifat – sifat biologis dan kimianya, sehingga mempermudah pengolahannya, sebagai berikut : a. Sampah yang dapat membusuk , seperti sisa makanan. Daun, sampah kebun, pertanian dan lainnya. Sampah ini dalam bahasa Inggris disebut garbage , yaitu yang mudah membusuk karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan maupun dalam pembuangannya.. Pembusukan sampah ini akan menghasilkan antara lain, gas metan, gas H 2 S yang bersifat racun bagi tubuh. Selain racun, H 2 S juga berbau busuk sehingga secara estetis tidak dapat diterima. b. Sampah yang membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam, dan lainnya. Sampah jenis ini dalam bahasa Inggris disebut refuse . Biasanya terdiri commit to user 8 atas kertas-kertas, plastik, logam, gelas, karet, dan lainnya yang tidak dapat membusuksulit membusuk. Sampah ini apabila memungkinkan sebaiknya didaur ulang sehingga dapat bermanfaat kembali baik melalui suatu proses ataupun secara langsung. Apabila tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan proses untuk memusnahkannya, seperti pembakaran, tetapi hasil dari proses ini masih memerlukan penanganan lebih lanjut. c. Sampah yang berupa debuabu,. Sampah jenis ini biasanya berupa debu atau abu hasil pembakaran, baik pembakaran bahan bakar ataupun sampah. Sampah seperti ini tentunya tidak membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak mengandung zat yang beracun, maka abu ini pun tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan dan masyarakat. d. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah berasal dari industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya. Yang dimaksud dengan sampah B3 adalah sisa suatu usaha danatau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya danatau beracun yang karena sifat danatau konsentrasinya danatau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan danatau merusak lingkungan hidup, danatau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Selanjutnya, pengelolaan ditujukan pada pengumpulan sampah mulai dari produsen sampai pada tempat pembuangan akhir TPA dengan membuat Tempat Penampungan Sampah sementara TPS, transportasi yang sesuai lingkungan dan commit to user 9 pengelolaan pada TPA. Sebelumnya dimusnahkan, sampah padat dapat pula diolah dahulu, baik untuk memperkecil volume, untuk didaur ulang atau dimanfaatkan kembali. Menurut UU No. 18 th 2008 Pasal 1 ayat 5 definisi pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Dalam penjelasan UU tersebut dinyatakan bahwa pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir. Untuk dapat mewujudkan lingkungan yang bersih dan bebas sampah, diperlukan perubahan pola pikir atau cara pandang terhadap sampah. Perubahan ini dapat digambarkan dalam hierarki pengelolaan sampah berbentuk piramida terbalik, seperti terlihat pada Gambar 1. Sumber : SLHI, 2004 : 180 Avoid menghindari Reduce mengurangi Reuse-Recycle mendaur ulang Pure waste sampah Final disposa l Gambar 1. Hierarki pengelolaan sampah Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut : a. Tahap pertama dari pengelolaan sampah adalah menghindarkan diri untuk menghasilkan sampah dengan membawa tas sendiri jika hendak berbelanja commit to user 10 atau membeli barang yang paling sedikit menghasilkan sampah dalam kemasannya. b. Tahap yang kedua adalah berusaha untuk mengurangi sampah yang dihasilkan dengan membeli barang yang dikemas dalam bahan yang ramah lingkungan. c. Tahap berikutnya yaitu melakukan daur ulang dan pengomposan dari sampah yang dihasilkan. d. Tahap selanjutnya jika tahap-tahap sebelumnya sulit dilakukan, adalah membuang barang-barang yang memang sudah tidak dapat digunakan kembali pure waste . e. Tahap terakhir adalah tahap yang benar-benar dibutuhkan, jika tahap-tahap sebelumnya gagal dilakukan, yaitu membuang semua sampah yang dihasilkan ke TPA.SLHI, 2004 : 181 Teknik pembuangan sampah dapat dilihat mulai dari sumber sampah sampai pada tempat pembuangan akhir sampah. Usaha pertama adalah mengurangi sumber sampah, baik dari segi kualitas maupun kuantitas dengan : meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat menjadi sampah, meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, dan meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah, misalnya pembungkus plastik diganti dengan pembungkus kertas. Semua usaha ini memerlukan kesadaran masyarakat serta peran sertanya. commit to user 11 Secara sistematis pengelolaan sampah di kota besar dapat dilakukan dengan dua sistem, yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Kedua sistem ini masing- masing terdapat kelebihan dan kekurangan sebagai berikut : Pengelolaan Sistem Sentralisasi Kebanyakan pemukiman masih menerapkan pola pengelolaan sampah secara sentralistik. Sistem sentralisasi pengolahan sampah adalah pengolahan sampah yang terpusat dari daerah yang cakupannya luas. Pengolahan sampah yang dilakukan di tingkat TPA. Di setiap sub-area tidak diadakan pengolahan sampah, hanya aktivitas pengumpulan sampah. Kelebihan sistem ini terlihat dari bisa dikelolanya sampah dengan beberapa sistem anaerob dan aerob . Kelemahan pada pengolahan sampah sistem sentralisasi yaitu biaya pengangkutan sampah cukup besar dan lahan yang dibutuhkan untuk pengumpulan dan pengolahan cukup luas. Pengelolaan Sistem Desentralisasi Berbeda dengan sistem sentralisasi, sistem desentralisasi mensyaratkan pengolahan sampah pada daerah hulu atau penghasil sampah pertama. Pada sistem ini, di setiap di setiap sub-area tidak hanya aktivitas pengumpulan sampah, tetapi juga pengolahannya sampai menjadi produk yang bisa dimanfaatkan lagi. Kelebihan sistem desentralisasi memungkinkan luas lahan yang dibutuhkan untuk pengumpulan dan pengolahan tidak terlalu luas. Selain itu, biaya pengangkutan sampah yang besarnya rata-rata 75 dari total biaya untuk mengolah sampah bisa dikurangi. Sentra pengumpulan dan penampungan sampah dilakukan pada tingkat commit to user 12 cakupan daerah yang lebih kecil, misalnya tingkat kelurahan, atau tingkat kecamatan Purwendro, 2006 :11-12. Sebagaimana dijelaskan Sudrajat 2006:52 Sistem yang cocok diterapkan di Indonesia adalah sistem desentralisasi, karena sistem ini bertujuan mengurangi arus sampah ke TPA dengan membagi-bagi pengolahan sampah tersebut di beberapa titik, yaitu : pengolahan langsung dari sumber sampah, pengolahan di TPS dan pengolahan di TPA. Gambar 2. Alur Manajemen Persampahan. Alur Manajemen Persampahan Sumber Rumah, Pasar, Kantor, Terminal, dll. TPS TPS Wilayah Kota TPA Tempat Pemrosesan Akhir •Pengolahan berbasis masyarakat sumber rumah, kantor, dll à pemilahan, kompos, daur ulang •Insentif dari Pemda, mis. • Jaminan pembelian kompos • Bantuan alat Prinsip no service no money No waste no charge Pengolahan Sampah oleh Pemda dapat dikerjasamakan dengan Swasta •Kompos •Daur ulang •Insinerator à energy •Sanitary Landfill à Methane capture dan energy CDM Garis Target Volume Sampah 90 70 35 20 commit to user 13 Alur manajemen persampahan ini tujuannya untuk mengurangi timbulan sampah di TPA. Berbagai macam usaha yang dilakukan agar sampah bisa ditanggulangi bersama mulai dari masyarakat, dunia usaha swasta hingga pemerintah. Sampah yang berasal dari sumber antara lain : rumah, pasar, kantor, sekolah dan tempat lainnya dipilah berdasarkan jenis organik dan an organik. Tentunya dalam proses pemilahan tersebut harus ditunjang oleh pra sarana yang memadai. Sampah organik diolah menjadi kompos, sedangkan an organik disortir kembali untuk barang yang bisa digunakan kembali atau pun dijual ke pengumpul. Peran pemerintah salah satunya adalah memberikan insentif bisa berupa jaminan pembelian kompos, dan bantuan pengadaan alat alat pencacah sampah organik maupun pencacah plastik sehingga dengan bantuan tersebut kegiatan pengolahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat dapat berjalan optimal. Pengolahan dapat dilakukan secara langsung oleh masyarakat itu sendiri, namun bisa juga dilakukan di TPS kawasan atau TPS wilayah kota. Jika berjalan dengan baik maka bisa diprediksi sampah yang ditampung dalam TPS kawasan atau pun TPS wilayah kota jumlahnya lebih berkurang. Akan lebih baik lagi jika di TPS wilayah juga dilakukan pengolahan sampah oleh pihak pemda yang bekerja sama dengan pihak swasta. Dengan langkah-langkah pengolahan sampah dekat dengan sumber dan TPS wilayah maka diharapkan sampah kota yang masuk ke TPA jumlahnya berkurang hingga 20 . Salah satu metode yang bisa dikembangkan untuk proses pengelolaan sampah tersebut adalah implementasi prinsip reduce , reuse dan recycle yang sering diistilahkan dengan 3 R, Reduce pengurangan sampah, Reuse commit to user 14 penggunaan kembali dan Recycle daur ulang. Khusus dalam pengelolaan sampah di tingkat permukiman diperlukan sistem pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat dengan mekanisme sebagai berikut : Langkah pertama Penyampaian gagasan tentang sistem pengelolaan sampah swakelola kepada tokoh masyarakat, antara lain Pengurus RW, Pengurus RT, PKK, Dasawisma, Takmir Masjid, Pemuda, dan sebagainya. Pada tahap ini harus ada orang diutamakan orang dalam kampung itu sendiri yang mampu melakukan sosialisasi dan motivasi secara mantap dan jelas. Momentum ini sangat menentukan tanggapan tokoh masyarakat untuk menerima atau menolak terhadap sistem pengelolaan sampah yang ditawarkan. Langkah Kedua Pembentukan Tim Pengelola Sampah Kampung. Tim ini sangat penting peranannya dalam mengawal keberlangsungan sistem pengelolaan sampah yang akan dijalankan oleh masyarakat. Mereka yang duduk dalam tim sebaiknya dipilih mereka yang mempunyai sikap peduli terhadap lingkungan, berdedikasi tinggi, bertanggung jawab dan mampu bekerjasama dengan masyarakat. Tugas tim ini adalah melakukan sosialisasi, edukasi, evaluasi dan motivasi secara terus menerus kepada masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan pengelolaan sampah swakelola. Langkah Ketiga Menyusun visi, misi dan slogan kampung untuk meningkatkan motivasi masyarakat sebaiknya dalam membuat slogan melibatkan aspirasi masyarakat. commit to user 15 Langkah Keempat Sosialisasi, edukasi dan motivasi diarahkan kepada seluruh lapisan masyarakat anak-anak hingga orang tua dengan metode demonstrasi, Tanya jawab dan perlombaan-perlombaan. Selain itu dapat melalui media lain, misalnya lagu yang berisikan ajakan kepada masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah dengan benar. Langkah Kelima Untuk meningkatkan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan sampah dilakukan beberapa latihan, misalnya latihan memisahkan sampah sesuai jenisnya, latihan membuat kompos, latihan membuat kerajinan daur ulang dari sampah dan lain-lain. Langkah keenam Menyiapkan sarana pendukung dalam pelaksanaan pengelolaan sampah. Sarana pendukung yang diperlukan dalam pengelolaan sampah misalnya tempat sampah yang sudah terpilah, tongdrum sampah, gentong untuk tempat kompos, gerobak sampah, bak kompos, alat daur ulang dan TPS kampung. Pengadaan dan pengerjaan semua sarana sebaiknya dilakukan oleh msyarakat sendiri secara gotong royong. Tujuannya agar masyarakat mempunyai rasa memiliki sarana tersebut sehingga nantinya juga akan memeliharanya. Langkah Ketujuh Menyiapkan petugas dan atau menjalin kerjasama dengan pihak lain yang mau menjadi pengambil dan pembeli sampah. Sebelum ditawarkan ke pihak lain, sebaiknya ditawarkan kepada masyarakat dalam kampung sendiri dulu, misalnya commit to user 16 pemuda atau penduduk. Dalam tahap ini perlu disepakati mekanisme dan tanggung jawab antara pihak kampung dengan pihak lain tersebut. Pengepul sampah yang berada di sekitar daerahnya dapat dijadikan sebagai pihak rekanan swasta yang menerima dana membeli sampah-sampah yang telah dipilah oleh masyarakat. Langkah kedelapan Masyarakat diminta untuk segera menerapkan sistem pengelolaan sampah swakelola sesuai dengan mekanisme yang disepakati, dimulai dari kegiatan pemilahan sampah sesuai jenisnya di rumah tangga masing-masing sampai memasukkan ke dalam tong sampah terdekat. Langkah Kesembilan Kegiatan pengelolaan sampah perlu dipantau dan dievaluasi oleh suatu tim pengelola sampah kampung secara terus menerus. Hasilnya dibahas dalam rapat tim untuk menentukan upaya tindak lanjut dan menyusun strategi yang dapat dilakukan. Langkah Kesepuluh Pelaporan hasil kegiatan pengelolaan sampah, termasuk hasil penjualan harus dilaporkan secara tertulis kepada masyarakat melalui forum rapat-rapat pertemuan rutin warga setiap bulan sekali PPLH Reg. Jawa, 2008 : 358-364. commit to user 17 Gambar 3. Bagan Pengolahan sampah produktif Gambar 4. Alur Penanganan sampah organik menjadi kompos pada tingkat rumah tangga. commit to user 18 Dari langkah-langkah tersebut terlihat setiap orang ikut berperan dalam melakukan pengolahan sampah. Dalam Sudrajat 2006 : 203 disebutkan seiring meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan perekonomian masyarakat serta perkembangan teknologi khususnya bagi industri, maka volume sampah juga meningkat dan bervariasi jenis limbahnya. Untuk itu dikembangkan beberapa metode agar lebih berkualitas dalam melakukan pengelolaan lingkungan, salah satunya adalah dengan mengembangkan sistem 3R menjadi 5R, yaitu : Re-think; suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi. Reuse; atau penggunaan kembali adalah suatu teknologi yang memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa mengalami perlakuan fisikakimiabiologi. Reduction; atau pengurangan limbah pada sumbernya adalah teknologi yang dapat mengurangi atau mencegah timbulnya pencemaran diawal produksi. Recovery; adalah teknologi untuk memisahkan suatu bahanenergi dari suatu limbah untuk kemudian dikembalikan kedalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisikakimiabiologi. Recycling; atau daur ulang adalah teknologi yang berfungsi untuk memanfaatkan limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula yang dapat dicapai melalui perlakuan fisikakimiabiologi. Namun sayangnya, penerapan sistem ini masih pada tahap sosialisasi, belum pada implementasi yang optimal. Justru saat ini, pengelolaan persampahan yang dilakukan oleh pemerintah masih menggunakan pendekatan yang commit to user 19 menitikberatkan pada pengelolaan sampah ketika sampah tersebut telah dihasilkan end of pipe solution , yaitu berupa kegiatan pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir TPA sampah. Pendekatan ini akan memberatkan beban TPA dengan lahan yang terbatas. Sedangkan menurut Slamet 2004 : 156-157 pengelolaan sampah berupa : a. Komposting, baik bagi jenis sampah organik, hanya diperlukan konsentrasi dan perbandingan Nitrogen, Phospor, dan Kalium N.P.K, minat konsumen akan kompos, tempat atau lahan untuk komposting, serta kelayakan sosial- ekonomis; b. Insenerasi untuk refuse, perlu diperhatian kualitas sampah yang ada, korosivitas jenis refuse, dan kelayakan sosial-ekonomis; c. Proses lain seperti pembuatan bahan bangunan dari buangan industri yang mempunyai sifat seperti semen, dan seterusnya. Meskipun banyak teknik pengolahan sampah yang telah dijelaskan dalam teori, namun pada kenyataannya saat ini sampah sulit dikelola oleh karena berbagai hal : a. Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan persampahan. b. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan. c. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan, dan konstruksi di segala bidang termasuk bidang persampahan. commit to user 20 d. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan permasalahan pencemaran udara, tanah, air, menimbulkan turunnya harga tanah karena daerah yang turun kadar estetikanya, bau, dan memperbanyak populasi lalat dan tikus. e. Kegagalan dalam daur ulang ataupun pemanfaatan kembali barang bekas. Juga ketidak-mampuan orang memelihara barangnya, sehingga cepat rusak. Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya sehingga cepat menjadi sampah. f. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah; juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan tanah. g. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya dipakai tempat pembuangan sampah. h. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan. i. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang panas. j. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan memelihara kebersihan. k. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan sampah dikelola oleh jawatan pemerintah. l. Pengelolaan sampah di masa lalu dan saat ini kurang memperhatikan faktor non-teknis seperti partsipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih. commit to user 21 Untuk itu beban pemerintah dalam hal pengelolaan sampah harus dibantu melalui peran aktif masyarakat untuk mengolah sampah yang dihasilkan dengan cara swakelola. Pengelolaan sampah diusahakan semakin dekat dengan sumber penghasil sampah masyarakat, maka semakin efisien biaya yang dikeluarkan. Dalam pengelolaan sampah di tingkat permukiman diperlukan suatu sistem pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat, artinya semua cara atau langkah yang terdapat dalam sistem tersebut dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Tujuan pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah mendidik dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat melakukan pengelolaan sampah secara mandiri, produktif, komprehensif dan ramah lingkungan, sehingga dapat meningkatkan kebersihan, kenyamanan dan kesehatan lingkungan PPLH Reg. Jawa :356. Seperti yang dijelaskan oleh Chandra 2007 : 121 bahwa pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh positif terhadap masyarakat dan lingkungannya, antara lain : a. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk. b. Sampah dapat digunakan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak. c. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang pengerat. commit to user 22 d. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah. e. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat.

2. Partisipasi Masyarakat

Pengertian partisipasi menurut Robert Chambers dalam Daniel 2005 : 59 adalah partisipasi dalam arti bahwa masyarakat terlibat langsung dalam setiap tahapan proses Partisipasi adalah proses pemberdayaan masyarakat sehingga mampu menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapinya. Pengertian partisipasi participation dalam kamus Inggris adalah pengambilan bagian, pengikutsertaan. Dengan demikian pengertian partisipasi adalah pengambilan bagianpengikutsertaan atau masyarakat terlibat langsung dalam setiap tahapan proses pembangunan mulai dari perencaaan planning , pengorganisasian organizing , pelaksanaan actuating sampai kepada monitoring dan evaluasi controlling selanjutnya disingkat dengan POAC. Partisipasi bukanlah proses alami, tetapi melalui proses pembelajaran sosialisasi. Ada beberapa bentuk partisipasi, antara lain : 1 inisiatifspontan, yaitu masyarakat secara spontan melakukan aksi bersama. Ini adalah bentuk partisipasi paling alami. Bentuk partisipasi spontan ini sering terjadi karena termotivasi oleh suatu keadaan yang tiba-tiba, seperti bencana atau krisis, 2 fasilitasi, yaitu suatu partisipasi masyarakat disengaja, yang dirancang dan didorong sebagai proses belajar dan berbuat oleh masyarakat untuk menyelesaikan commit to user 23 suatu kegiatan bersama-sama, 3 induksi, yaitu masyarakat dibujuk berpartisipasi melalui propaganda atau mempengaruhi melalui emosi dan patriotisme, 4 koptasi, yaitu masyarakat dimotivasi untuk berpartisipasi untuk keuntungan- keuntungan materi dan pribadi yang telah disediakan untuk mereka, 5 dipaksa, yaitu masyarakat berpartisipasi di bawah tekanan atau sanksi-sanksi yang dapat diberikan penguasa. Bentuk partisipasi yang diharapkan adalah inisiatifspontanitas, namun sering tidak terjadi, sehingga diperlukan upaya dari luar. Memilih proses No.3,4, dan 5 hasilnya akan relatif bersifat sementara. Dan partisipasi tidak akan banyak bermanfaat bagi masyarakat. Yang paling baik adalah melalui fasilitasi. Dengan fasilitasi, masyarakat diposisikan sebagai dirinya, sehingga dia termotivasi untuk berpartisipasi dan berbuat sebaik-baiknya Daniel, 2005 : 60. Partisipasi masyarakat diartikan sebagai proses yang di dalamnya masyarakat yang kemungkinan akan terkena dampak negatif pembangunan turut serta mengambil bagian dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini mutlak diperlukan terutama dalam menyelesaikan secara tuntas berbagai persoalan lingkungan hidup. Caranya ialah dengan melibatkan semua kekuatan masyarakat secara dini dalam proses pengambilan keputusan dan pembangunan. Selain itu upaya perlindungan lingkungan akan lebih efektif bila partisipasi atau kerja sama dengan kelompok – kelompok masyarakat yang bersangkutan sungguh-sungguh dilakukan. Dalam hal ini masyarakat dilihat sebagai faktor yang dominan dalam aspek perlindungan kualitas lingkungan Rhiti, 2005 : 98. commit to user 24 Selanjutnya menurut Mitchell 2003 : 261 partisipasi mempunyai arti penting sekurang-kurangnya dalam lima hal berikut ini, yaitu sebagai 1 masukan kebijaksanaan, 2 strategi, 3 komunikasi, 4 media pemecahan publik, 5 terapi sosial dalam arti cara untuk menghilangkan keterasingan dari warga masyarakat dalam suatu kegiatan pembangunan. Sebagai masukan kebijaksanaan, partisipasi dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat yang mungkin akan terkena dampak negatif suatu kegiatan pembangunan mempunyai hak untuk dimintai pendapatnya. Dalam definisi partisipasi tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur terjadinya partisipasi adalah harus ada tujuan kelompok lebih dahulu; harus ada dorongan untuk menyumbang atau melibatkan diri bagi tercapainya tujuan kelompok; keterlibatan tersebut meliputi baik fisik, mental maupun emosi; harus ada rasa tanggung jawab bersama demi tercapainya tujuan kelompok. Selanjutnya agar tindakan bersama tersebut lebih berstandar pada prakarsa dan partisipasi masyarakat sendiri dibutuhkan adanya kompetensi masyarakat terhadap proses pembangunan di lingkungan kehidupannya. Zuandi, 2008 : 19 Pada hakekatnya partisipasi merupakan pemberdayaan masyarakat dengan peningkatan kemampuan dan penguatan kelembagaan komunitas lokal melalui proses belajar berbasis pengalaman Halvorsen, 2003;535. Menurut Adisasmita 2006 : 38, partisipasi anggota masyarakat adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan implementasi programproyek pembangunan yang dikerjakan di masyarakat lokal. commit to user 25 Persoalan lingkungan hidup sebenarnya juga muncul karena partisipasi masyarakat, terutama yang terkena dampak penting, tidak ada. Partisipasi itu tidak hanya berarti bahwa masyarakat turut mengelola lingkungan secara fisik, namun juga melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan penting, dan membuat mereka merasa memiliki kegiatan itu. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan pedesaan merupakan aktualisasi dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi programproyek yang dilaksanakan. Alasan atau pertimbangan untuk mengajak masyarakat turut berpartisipasi adalah anggota masyarakat dianggap bahwa : a. Mereka mengetahui sepenuhnya tentang permasalahan dan kepentingannyakebutuhan mereka. b. Mereka memahami sesungguhnya tentang keadaan lingkungan sosial dan ekonomi masyarakatnya. c. Mereka mampu menganalisis sebab dan akibat dari berbagai kejadian di masyarakat. d. Mereka mampu merumuskan solusi untuk mengatasi permasalahan dan kendala yang dihadapi. e. Mereka mampu memanfaatkan sumberdaya pembangunan SDA,SDM, dana, sarana dan teknologi yang dimiliki untuk meningkatkan produksi dan produktivitas dalam rangka mencapai sasaran pembangunan masyarakatnya yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat. commit to user 26 f. Anggota masyarakat dengan upaya meningkatkan kemauan dan kemampuan SDM-nya sehingga dengan berlandaskan pada kepercayaan diri dan keswadayaan yang kuat mampu mengurangi dan bahkan menghilangkan sebagian besar ketergantungan terhadap pihak luar Adisasmita, 2006: 40-41. Apapun usaha pengelolaan sampah, baik skala besar maupun kecil, bila harus mencapai tujuannya, yakni lingkungan dan masyarakat yang sehat, maka faktor yang paling utama, yang harus diperhatikan adalah peran serta masyarakat. Masyarakat harus mengerti dan mau berpartisipasi bila perlu juga berubah sikap sehingga bersedia membantu mulai dari pengurangan volume sampah, perbaikan kualitas sampah, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan tempat sampah, sampai pada penyediaan lahan, dan pemusnahan sampah. Tanpa partisipasi masyarakat, program persampahan tidak akan tuntas pengelolaannya. Slamet, 2004 : 158. Selain hal tersebut menurut Budiharjo 2003 :179 tingkat partisipasi masyarakat juga dipengaruhi oleh sistem nilai budaya dan sikap masyarakat yang dominan dalam suatu wilayah. Hal ini menyebabkan partisipasi masyarakat relatif sangat berhasil di suatu lingkungan masyarakat tetapi mungkin saja tidak berhasil di wilayah lainnya. Faktor-faktor yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi adalah sebagai berikut : a. Masyarakat akan berpartisipasi jika menganggap ada manfaat dan penting; b. Partisipasi yang dilakukan akan membawa ke arah perubahan yang lebih baik; c. Partisipasi diberikan akan diperhatikan dan dihargai, bukan hanya sebagai upaya untuk memenuhi persyaratan formal; commit to user 27 d. Masyarakat merasa mampu untuk berpartisipasi dan akan didukung pihak lain dalam kegiatan tersebut; e. Struktur dan proses dalam partisipasi tidak asing bagi masyarakat setempat atau sesuai dengan tata cara dan nilai setempat. Menurut Sutrisno 1995 : 98, partisipasi masyarakat dalam suatu kegiatan pembangunan tidak dapat muncul begitu saja, harus ada insentif agar masyarakat bersedia memahami permasalahan yang sedang dihadapi dan secara sukarela bersedia berkorban bagi kelancaran pembangunan. Partisipasi masyarakat banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, adanya instruksi pemerintah, insentif dan supervise, kepemimpinan yang kuat, kesepakatan warga tentang pemenuhan kebutuhan yang sangat mendadak, kekhawatiran dikucilkan, manfaat yang langsung diperoleh, tokoh formal dan informal, sistim nilai masyarakat, tingkat pendidikan, faktor ekonomi, politik dan sebagainya. Partisipasi masyarakat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor selain tersebut di atas, dimana menurut Suparjan 2003 : 250 adalah kepemimpinan yang kuat, insentif dan supervisi, instruksi pemerintah, contoh dari proyek swadaya lain, kesepakatan warga tentang kebutuhan yang mendesak, manfaat yang diperoleh secara langsung dan pengorbanan yang diberikan, kekuatiran untuk dikucilkan, serta adanya tokoh informal dan formal. Banyak alasan dapat diberikan untuk menyertakan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dan sumberdaya. Melalui konsultasi dengan masyarakat yang tinggal di wilayah yang akan terkena kebijakan, program atau proyek dimungkinkan untuk : commit to user 28 a. Merumuskan persoalan dengan lebih efektif. b. Mendapatkan informasi dan pemahaman di luar jangkauan dunia ilmiah. c. Merumuskan alternatif penyelesaian masalah yang secara sosial akan dapat diterima d. Membentuk perasaan memiliki terhadap rencana dan penyelesaian, sehingga memudahkan penerapan. Meskipun pendekatan partisipatif mungkin memerlukan waktu lebih lama pada tahap - tahap awal perencanaan dan analisis, di dalam proses selanjutnya, pendekatan ini akan mengurangi atau menghindari adanya pertentangan. Sementara beberapa pengelola lingkungan mungkin merasa terancam dan tertentang dengan pendekatan partisipasi, karena menyadari bahwa merupakan tugas merekalah untuk merumuskan persoalan dan mengembangkan penyelesaiannya, saat ini di negara-negara demokratik dengan masalah yang semakin kompleks, lebih banyak pengelola memandang positif pendekatan ini Mitchell, 2003 : 253-254. Pengertian partisipatif menurut Robert Chambers dalam Daniel 2005 : 59 adalah partisipasi dalam arti bahwa masyarakat terlibat langsung dalam setiap tahapan proses. Dengan demikian pengertian partisipasif adalah pengambilan bagiankeikutsertaan atau masyarakat terlibat langsung dalam setiap tahapan proses pembangunan mulai dari perencanaan planning , pengorganisasian organizing , pelaksanaan actuating sampai kepada monitoring dan evaluasi controlling selanjutnya disingkat dengan POAC. commit to user 29

3. Persepsi Masyarakat

Pengelolaan lingkungan hidup yang diintegrasikan dalam suatu kegiatan masyarakat, tidak terlepas dari keterlibatan maupun keikutsertaan masyarakat. Dalam hal ini, kuantitas dan kualitas bentuk peran serta masyarakat dalam meningkatkan kemampuan dan mengembangkan potensi dirinya tergantung bagaimana ia dapat menerima, mengolah dan menyimpulkan serta mempersepsikan di dalam alam pikirannya, segala informasi dan rangsangan tindakan yang ia terima. Sebagaimana disampingkan oleh Moskowitz dan Orgel Walgito, 1999 :46, bahwa persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasikan terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri individu. Melalui persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar individu, tetapi juga berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan. Bila yang dipersepsi dirinya sendiri sebagai objek persepsi, inilah yang disebut persepsi diri self-perception . Karena dalam persepsi itu merupakan aktivitas yang intergrated, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan dan aspek-aspek yang lain yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut. commit to user 30 Persepsi dari setiap individu merupakan langkah awal yang menentukan dalam menyumbangkan keberhasilan upaya partisipasi potensi optimalnya. Dengan demikian, dalam partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kemampuannya yang terpenting adalah memberikan rangsangan dan tindakan sebagai informasi yang dapat diterima individu secara nalar sesuai kemampuan daya pikirnya. Selanjutnya diikuti dengan menumbuhkan motivasi untuk mengubah perilaku menjadi lebih baik serta mau berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup.

4. Motivasi

Dalam partisipasi masyarakat, perlu memberikan motivasi kepada mereka yang sebelumnya kurang mempertimbangkan kelestarian lingkungan hidup menjadi pengelola sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan sangat diharapkan. Motivasi merupakan sesuatu yang ada dalam diri seseorang dan tidak nampak dari luar. Motivasi akan terlihat melalui perilaku seseorang yang dapat dilihat. Motivasi merupakan faktor penting yang mendukung prestasi kerja, di samping faktor lain seperti kemampuan, keahlian dan kesediaan atau motivasi seorang karyawan untuk bekerja biasanya ditujukan oleh aktivitas yang terus menerus dan yang berorientasikan tujuan Uno, 2007: 50. Sedangkan menurut Iswanto 1994 : 9 motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan commit to user 31 dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang didasarinya. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Uno 2007 : 48, motivasi instrinsik timbul tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhan. Sedangkan motivasi ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu. Imbalan instrinsik misalnya suatu perasaan keberhasilan dalam hal melaksanakan tugas tertentu, yang sangat menarik dan menantang merupakan bagian integral dari tugas yang dihadapi, dan hal tersebut ditentukan oleh individu yang melaksanakan tugas tersebut. Dalam Sarwono 1999 : 25 disebutkan bahwa motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah dan mempertahankan perilaku. motivasi menjadi hasrat atau dorongan terhadap seseorang agar mau melakukan sesuatu. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan action atau activities dan memberikan kekuatan energy yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan. Oleh karena itu tidak akan ada motivasi, jika tidak dirasakan rangsangan-rangsangan terhadap hal semacam di atas yang akan menumbuhkan motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh memang dapat menjadikan motor dan dorongan untuk commit to user 32 mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau pencapaian keseimbangan. Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasidorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu lain. Adisasmita 2004 : 150-151 tingkat pertisipasi masyarakat sangat dipengaruhi oleh motivasi masyarakat, dimana dia membedakan dalam 5 lima motif yang melatarbelakangi masyarakat berpartisipasi : a. Motif psikologis, yaitu motivasi adanya kepuasan pribadi, pencapaian prestasi, atau rasa mencapai sesuatu, meskipun tidak menghasilkan uang atau barang. Untuk meningkatkan partisipasi berarti memberikan kesempatan kepada setiap warga masyarakat untuk mengekspresikan diri dan mengatakan aspirasinya serta keleluasaan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia. b. Motif sosial, yaitu untuk memperoleh status sosial dan untuk menghindari diri dari terkena pengendalian kontrol. Orang akan berpartisipasi dalam suatu kegiatan pembangunan jika berakibat meningkatkan status sosial dan barpartisipasi juga karena takut terkena sanksi sosial. c. Motif keagamaan, dimana motif ini didasarkan pada kepercayaan kepada kekuatan agama yang berada di luar dirinya. Agama sebagai ideologi sosial yang mempunyai berbagai fungsi bagi pemeluknya dapat meningkatkan partisipasi pemeluknya dalam pembangunan. commit to user 33 d. Motif ekonomi, yaitu adanya keuntungan yang seringkali mendorong orang untuk mengambil keputusan untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Pengambilan keputusan berpartisipasi dalam masyarakat bila menghasilkan manfaat keuntungan bagi dirkelompoknya dan kerugian yang diperoleh lebih kecil akibat ikut berpartisipasi dari pada tidak ikut berpartisipasi. e. Motif politik, motif yang didasarkan oleh kekuasaan, partisipasi seseorangkelompok tertentu akan ditentukan oleh besar kecilnya kekuasaan yang diperoleh dari partisipasi dan kegiatan yang diikuti. Makin besar yang diperoleh dari keterlibatan dalam kegiatan akan makin meningkat partisipasinya.

B. Penelitian yang Relevan

1. Manajemen swakelola sampah Dusun Sukunan dan Gondolayu Lor Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Surahmah Asti Mulasari, Tugas Akhir Universitas Gajah Mada tahun 2007. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui manfaat swakelola sampah dan tingkat keberhasilan swakelola sampah di Dusun Sukunan dan Gondolayu Lor. 2. Mekanisme partisipasi masyarakat dalam program rekonstruksi pasca bencana alam, studi kasus pembangunan perumahan korban gempa dan tsunami di kelurahan Suak Indrapuri dan Desa Peunaga Cut Ujong Kabupaten Aceh Barat., oleh Hasmi Zuandi., Pascasarjana UGM .Tesis. 2007. commit to user 34

C. Kerangka Berpikir

Dari uraian latar belakang serta permasalahan yang telah dirumuskan, sistem partisipasi masyarakat dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka pikir sebagai berikut : Gambar 5. Kerangka berpikir sistem partisipasi masyarakat Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah mandiri diperlukan upaya-upaya yang dapat merubah persepsi masyarakat yang dahulu beranggapan bahwa sampah itu merupakan barang yang tidak berguna dan harus dibuang menjadi pandangan baru bahwa sampah itu dapat digunakan kembali dan bisa menghasilkan. Dari perubahan persepsi tersebut akan menimbulkan pengaruh positif pada masyarakat terhadap kegiatan pengolahan sampah mandiri. Dengan persepsi yang benar, diharapkan akan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan sampah. Sikap positif yang mempertimbangkan etika lingkungan, serta bermanfaat baik ekonomi, sosial PERSEPSI MASYARAKAT MANFAAT : - EKONOMI - SOSIAL - LINGKUNGAN MOTIVASI PARTISIPASI MASYARAKAT PENGELOLAAN SAMPAH PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP commit to user 35 maupun lingkungan, akan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan hidup. Dengan demikian hasil partisipasi ini tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat Sukunan, tetapi juga meningkatkan kemampuan masyarakat dalam ilmu pengetahuan, pengelolaan lingkungan hidup, khususnya dalam mengelolah sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga dan juga dalam pengendalian pencemaran lingkungan hidup yang terjadi akibat dari kegiatan sehari-hari, serta pelestarian lingkungan yang berkelanjutan. commit to user 36

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Sukunan, Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2009.

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan di lapangan dan wawancara dengan masyarakat Sukunan. Data sekunder merupakan informasi yang telah tersedia di lapangan berupa : jumlah penduduk, denah wilayah Sukunan, sistem pengelolaan sampah Sukunan dan kliping perkembangan program pengelolaan sampah Sukunan. Materi atau obyek yang diteliti adalah partisipasi masyarakat, dalam hal ini antara lain : prasarana pengelolaan sampah di Sukunan, masyarakat Sukunan dan kegiatan pengelolaan sampah di Sukunan.

2. Sumber Data

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena atau hubungan antar fenomena