commit to user 47
Gambar 7. Lokasi 5 RT di Dusun Sukunan
2. Penduduk Dusun Sukunan
Dusun Sukunan berpenduduk ± 1200 jiwa dengan 300 Kepala Keluarga KK yang terbagi menjadi 5 Rukun Tetangga. Yaitu RT 5, RT 6, RT 7, RT 8, dan RT
9. Sebagian besar KK-nya berpendidikan rendah dan berpendapatan menengah ke bawah. Hampir keseluruhan mereka bekerja sebagai buruh tani, tani, buruh
bangunan, pedagang, usaha recil rumahan tempe, tahu, sujen, emping mlinjo, peyek belut, bakpia, dsb. Hanya sebagian kecil yang menjadi karyawan swasta.
Dengan latar belakang pendidikan yang rata-rata hanya tamatan SD dan SMP Dusun Sukunan bisa menjadi tempat percontohan pengelolaan sampah yang
mandiri.
commit to user 48
3. Sejarah pengelolaan sampah di Sukunan
Sistem pengelolaan sampah di Sukunan dilatar belakangi oleh permasalahan sampah yang dialami oleh masyarakat, khususnya petani. Pada
tahun 2000 beberapa petani mulai mengeluh karena semakin banyaknya sampah yang masuk ke lahan persawahan mereka, mulai dari jenis plastik, kaca, kaleng,
bungkus makanan snack,dan lain-lain. Sampah tersebut sangat mengganggu dan merugikan para petani karena tanaman padi menjadi rusak. Plastik yang terbenam
ke tanah menghalangi perakaran padi, sehingga kesuburan dan hasil panen juga tidak maksimal dan menurun. Pecahan kaca dan beling sering mengakibatkan luka
bagi petani saat mengerjakan sawahnya. Selain itu, petani harus mengeluarkan waktu dan tenaga ekstra untuk membersihkan sampah dari sawahnya.
Seiring dengan perkembangan kota, Sukunan yang termasuk kampung di wilayah perbatasan kota juga mengalami perubahan. Semakin bertambahnya
penduduk dan masuknya pendatang ke Sukunan, semakin banyak pula rumah yang dibangun. Akhirnya perumahan penduduk semakin padat dan pekarangan
menjadi sempit bahkan ada yang tidak memiliki halaman rumah lagi. Sampah yang dihasilkan juga semakin banyak, sementara lahan yang biasa dapat dipakai
untuk membuang sampah di lahan pekarangan tidak ada lagi. Mereka bingung harus menempatkan sampahnya dimana, akhirnya mereka membuangnya pada
lahan-lahan kosong milik orang lain atau di tepi jalan, bahkan juga di saluran irigasi dan sungai.
Melihat berbagai persoalan tersebut, Bapak Iswanto, seorang penduduk yang sebagai pendatang di dusun Sukunan berusaha menggugah semangat dan
commit to user 49
mendorong warga Sukunan untuk mencari solusi atau cara yang tepat dalam mengelola sampah tersebut. Dimulai dengan mengajak beberapa anggota ronda,
tetangga, tokoh masyarakat untuk ikut dalam pengelola sampah. Saat itu yang mau ikut hanya 4 orang saja dan warga Sukunan yang lain belum tertarik untuk
bergabung. Maka tahun 2002 mulai dilakukan percobaan-percobaan pembuatan kompos secara sederhana pada tingkat rumah tangga guna mengatasi sampah
organik. Akhirnya dapat ditemukan model pembuatan kompos dengan memakai gentong tanah.
Setelah menyelesaikan masalah sampah organik alami, pada tahun 2003 kegiatan dilanjutkan untuk mencari cara menyelesaikan masalah sampah lainnya
anorganik. Studi lapangan ke beberapa tempatpihak dilakukan, antara lain ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara TPS Kwarasan, TPS Tambakboyo dan
Alun-Alun Utara, bahkan hingga ke TPA Piyungan. Wawancara dengan pemulung dan beberapa pengepul sampah pun dilakukan demi mendapatkan
informasi untuk penanganan jenis ini. Hasilnya dapat diketahui bahwa ternyata hampir semua sampah dapat dimanfaatkan atau bernilai ekonomis setelah
dilakukan pemilahan. Pada awal tahun 2004 proses sosialisasi dan implementasi sistem
dilakukan dengan langkah –langkah sebagai berikut : a.
Penyampaian gagasan kepada tokoh dan masyarakat kemudian dilanjutkan dengan pembentukan Tim Pengelola Sampah kampung Sukunan.
b. Pendidikan dan sosialisasi sistem kepada seluruh lapisan masyarakat mulai
anak-anak hingga orang tua.
commit to user 50
c. Kegiatan sosialisasi kepada anak-anak melalui model permainan dan
perlombaan yang diorganisir oleh pemudapemudi. d.
Kegiatan sosialisasi kepada kaum muda mudi Sukunan menggunakan metode demonstrasi tanya jawab.
e. Kegiatan sosialisasi kepada orang tua oleh tokoh masyarakat dan Tim
Pengelola Sampah dengan metode demonstrasi dan tanya jawab. f.
Kegiatan sosialisasi dan motivasi kepada masyarakat umum melalui lagu mars Sukunan Bersemi.
g. Sarana penampungantong sampah dari drum bekas disiapkan oleh
masyarakat. h.
Pemudapemudi Sukunan
membuat tong
sampah dari
mengelas, membersihkan, mengecat, dan melukisi secara gotong royong.
i. Tiga buah drum sampah untuk plastik, kertas, kaca-logam ditempatkan pada
masing-masing titik tersebar di 23 lokasi kampung. j.
Drum sampah yang sudah terpasang digunakan untuk menempatkan sampah sesuai jenisnya oleh masyarakat.
4. Fasilitas Pengolahan sampah Sukunan