commit to user 6
BAB II
KAJIAN TEORETIS A.Kajian Teoretis
1. Sampah dan Pengelolaan Sampah
Menurut UU No.18 th 2008 Pasal 1 ayat 1 definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia danatau proses alam yang berbentuk padat.
Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting
antara lain adalah : a.
Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah ini pun
berpacu dengan laju pertambahan penduduk. b.
Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah per kapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya
pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta
kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan kesejahteraan ini pun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan-
bangunan, transportasi pun bertambah, dan produk pertanian, industri dan lain- lain akan bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis
sampah. c.
Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara
commit to user 7
pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula Sudrajat, 2006 : 110.
Sampah yang dikelola berdasarkan UU No. 18 tahun 2008 terdiri atas sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah spesifik.
Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal
dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, danatau fasilitas lainnya. Sedangkan sampah spesifik meliputi :
sampah yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun B3, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi
belum dapat diolah;danatau sampah yang timbul secara tidak periodik. Dalam penjelasan Slamet 2004 : 154-155 definisi sampah dapat
dibedakan atas dasar sifat – sifat biologis dan kimianya, sehingga mempermudah pengolahannya, sebagai berikut :
a. Sampah yang dapat membusuk , seperti sisa makanan. Daun, sampah kebun,
pertanian dan lainnya. Sampah ini dalam bahasa Inggris disebut
garbage
, yaitu yang mudah membusuk karena aktivitas mikroorganisme. Dengan
demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan maupun dalam pembuangannya.. Pembusukan sampah ini akan menghasilkan
antara lain, gas metan, gas H
2
S yang bersifat racun bagi tubuh. Selain racun, H
2
S juga berbau busuk sehingga secara estetis tidak dapat diterima. b.
Sampah yang membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam, dan lainnya. Sampah jenis ini dalam bahasa Inggris disebut
refuse
. Biasanya terdiri
commit to user 8
atas kertas-kertas, plastik, logam, gelas, karet, dan lainnya yang tidak dapat membusuksulit membusuk. Sampah ini apabila memungkinkan sebaiknya
didaur ulang sehingga dapat bermanfaat kembali baik melalui suatu proses ataupun secara langsung. Apabila tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan
proses untuk memusnahkannya, seperti pembakaran, tetapi hasil dari proses ini masih memerlukan penanganan lebih lanjut.
c. Sampah yang berupa debuabu,. Sampah jenis ini biasanya berupa debu atau
abu hasil pembakaran, baik pembakaran bahan bakar ataupun sampah. Sampah seperti ini tentunya tidak membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk
mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak mengandung zat yang beracun, maka abu ini pun tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan dan
masyarakat. d.
Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah berasal dari industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya.
Yang dimaksud dengan sampah B3 adalah sisa suatu usaha danatau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya danatau beracun yang karena sifat
danatau konsentrasinya danatau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan danatau merusak lingkungan hidup,
danatau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Selanjutnya, pengelolaan ditujukan pada pengumpulan sampah mulai dari produsen sampai pada tempat pembuangan akhir TPA dengan membuat Tempat
Penampungan Sampah sementara TPS, transportasi yang sesuai lingkungan dan
commit to user 9
pengelolaan pada TPA. Sebelumnya dimusnahkan, sampah padat dapat pula diolah dahulu, baik untuk memperkecil volume, untuk didaur ulang atau
dimanfaatkan kembali. Menurut UU No. 18 th 2008 Pasal 1 ayat 5 definisi pengelolaan sampah
adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Dalam penjelasan UU tersebut
dinyatakan bahwa pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan
sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir.
Untuk dapat mewujudkan lingkungan yang bersih dan bebas sampah, diperlukan perubahan pola pikir atau cara pandang terhadap sampah. Perubahan
ini dapat digambarkan dalam hierarki pengelolaan sampah berbentuk piramida terbalik, seperti terlihat pada Gambar 1. Sumber : SLHI, 2004 : 180
Avoid
menghindari
Reduce
mengurangi
Reuse-Recycle
mendaur ulang
Pure waste
sampah
Final disposa
l
Gambar 1. Hierarki pengelolaan sampah
Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut : a.
Tahap pertama dari pengelolaan sampah adalah menghindarkan diri untuk menghasilkan sampah dengan membawa tas sendiri jika hendak berbelanja
commit to user 10
atau membeli barang yang paling sedikit menghasilkan sampah dalam kemasannya.
b. Tahap yang kedua adalah berusaha untuk mengurangi sampah yang
dihasilkan dengan membeli barang yang dikemas dalam bahan yang ramah lingkungan.
c. Tahap berikutnya yaitu melakukan daur ulang dan pengomposan dari
sampah yang dihasilkan. d.
Tahap selanjutnya jika tahap-tahap sebelumnya sulit dilakukan, adalah membuang barang-barang yang memang sudah tidak dapat digunakan
kembali
pure waste
. e.
Tahap terakhir adalah tahap yang benar-benar dibutuhkan, jika tahap-tahap sebelumnya gagal dilakukan, yaitu membuang semua sampah yang
dihasilkan ke TPA.SLHI, 2004 : 181 Teknik pembuangan sampah dapat dilihat mulai dari sumber sampah
sampai pada tempat pembuangan akhir sampah. Usaha pertama adalah mengurangi sumber sampah, baik dari segi kualitas maupun kuantitas dengan :
meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat menjadi sampah, meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, dan meningkatkan
penggunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah, misalnya pembungkus plastik diganti dengan pembungkus kertas. Semua usaha ini memerlukan
kesadaran masyarakat serta peran sertanya.
commit to user 11
Secara sistematis pengelolaan sampah di kota besar dapat dilakukan dengan dua sistem, yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Kedua sistem ini masing-
masing terdapat kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
Pengelolaan Sistem Sentralisasi
Kebanyakan pemukiman masih menerapkan pola pengelolaan sampah secara sentralistik. Sistem sentralisasi pengolahan sampah adalah pengolahan
sampah yang terpusat dari daerah yang cakupannya luas. Pengolahan sampah yang dilakukan di tingkat TPA. Di setiap sub-area tidak diadakan pengolahan
sampah, hanya aktivitas pengumpulan sampah. Kelebihan sistem ini terlihat dari bisa dikelolanya sampah dengan beberapa sistem
anaerob
dan
aerob
. Kelemahan pada pengolahan sampah sistem sentralisasi yaitu biaya pengangkutan sampah
cukup besar dan lahan yang dibutuhkan untuk pengumpulan dan pengolahan cukup luas.
Pengelolaan Sistem Desentralisasi
Berbeda dengan sistem sentralisasi, sistem desentralisasi mensyaratkan pengolahan sampah pada daerah hulu atau penghasil sampah pertama. Pada
sistem ini, di setiap di setiap sub-area tidak hanya aktivitas pengumpulan sampah, tetapi juga pengolahannya sampai menjadi produk yang bisa dimanfaatkan lagi.
Kelebihan sistem desentralisasi memungkinkan luas lahan yang dibutuhkan untuk pengumpulan dan pengolahan tidak terlalu luas. Selain itu, biaya pengangkutan
sampah yang besarnya rata-rata 75 dari total biaya untuk mengolah sampah bisa dikurangi. Sentra pengumpulan dan penampungan sampah dilakukan pada tingkat
commit to user 12
cakupan daerah yang lebih kecil, misalnya tingkat kelurahan, atau tingkat kecamatan Purwendro, 2006 :11-12.
Sebagaimana dijelaskan Sudrajat 2006:52 Sistem yang cocok diterapkan di Indonesia adalah sistem desentralisasi, karena sistem ini bertujuan mengurangi
arus sampah ke TPA dengan membagi-bagi pengolahan sampah tersebut di beberapa titik, yaitu : pengolahan langsung dari sumber sampah, pengolahan di
TPS dan pengolahan di TPA.
Gambar 2. Alur Manajemen Persampahan.
Alur Manajemen Persampahan
Sumber
Rumah, Pasar, Kantor,
Terminal, dll.
TPS TPS
Wilayah Kota TPA
Tempat Pemrosesan Akhir
•Pengolahan berbasis masyarakat sumber rumah,
kantor, dll à
pemilahan, kompos, daur ulang
•Insentif dari Pemda, mis. • Jaminan pembelian kompos
• Bantuan alat Prinsip no service no money
No waste no charge Pengolahan Sampah oleh Pemda dapat
dikerjasamakan dengan Swasta •Kompos
•Daur ulang •Insinerator
à energy
•Sanitary Landfill à
Methane capture dan energy CDM
Garis Target Volume Sampah
90 70
35 20
commit to user 13
Alur manajemen persampahan ini tujuannya untuk mengurangi timbulan sampah di TPA. Berbagai macam usaha yang dilakukan agar sampah bisa
ditanggulangi bersama mulai dari masyarakat, dunia usaha swasta hingga pemerintah. Sampah yang berasal dari sumber antara lain : rumah, pasar, kantor,
sekolah dan tempat lainnya dipilah berdasarkan jenis organik dan an organik. Tentunya dalam proses pemilahan tersebut harus ditunjang oleh pra sarana yang
memadai. Sampah organik diolah menjadi kompos, sedangkan an organik disortir kembali untuk barang yang bisa digunakan kembali atau pun dijual ke
pengumpul. Peran pemerintah salah satunya adalah memberikan insentif bisa berupa jaminan pembelian kompos, dan bantuan pengadaan alat alat pencacah
sampah organik maupun pencacah plastik sehingga dengan bantuan tersebut kegiatan pengolahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat dapat berjalan
optimal. Pengolahan dapat dilakukan secara langsung oleh masyarakat itu sendiri, namun bisa juga dilakukan di TPS kawasan atau TPS wilayah kota. Jika berjalan
dengan baik maka bisa diprediksi sampah yang ditampung dalam TPS kawasan atau pun TPS wilayah kota jumlahnya lebih berkurang. Akan lebih baik lagi jika
di TPS wilayah juga dilakukan pengolahan sampah oleh pihak pemda yang bekerja sama dengan pihak swasta. Dengan langkah-langkah pengolahan sampah
dekat dengan sumber dan TPS wilayah maka diharapkan sampah kota yang masuk ke TPA jumlahnya berkurang hingga 20 .
Salah satu metode yang bisa dikembangkan untuk proses pengelolaan sampah tersebut adalah implementasi prinsip
reduce
,
reuse
dan
recycle
yang sering diistilahkan dengan 3 R,
Reduce
pengurangan sampah,
Reuse
commit to user 14
penggunaan kembali dan
Recycle
daur ulang. Khusus dalam pengelolaan sampah di tingkat permukiman diperlukan sistem pengelolaan sampah yang
berbasis masyarakat dengan mekanisme sebagai berikut :
Langkah pertama
Penyampaian gagasan tentang sistem pengelolaan sampah swakelola kepada tokoh masyarakat, antara lain Pengurus RW, Pengurus RT, PKK, Dasawisma,
Takmir Masjid, Pemuda, dan sebagainya. Pada tahap ini harus ada orang diutamakan orang dalam kampung itu sendiri yang mampu melakukan
sosialisasi dan motivasi secara mantap dan jelas. Momentum ini sangat menentukan tanggapan tokoh masyarakat untuk menerima atau menolak terhadap
sistem pengelolaan sampah yang ditawarkan.
Langkah Kedua
Pembentukan Tim Pengelola Sampah Kampung. Tim ini sangat penting peranannya dalam mengawal keberlangsungan sistem pengelolaan sampah yang
akan dijalankan oleh masyarakat. Mereka yang duduk dalam tim sebaiknya dipilih mereka yang mempunyai sikap peduli terhadap lingkungan, berdedikasi tinggi,
bertanggung jawab dan mampu bekerjasama dengan masyarakat. Tugas tim ini adalah melakukan sosialisasi, edukasi, evaluasi dan motivasi secara terus menerus
kepada masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan pengelolaan sampah swakelola.
Langkah Ketiga
Menyusun visi, misi dan slogan kampung untuk meningkatkan motivasi masyarakat sebaiknya dalam membuat slogan melibatkan aspirasi masyarakat.
commit to user 15
Langkah Keempat
Sosialisasi, edukasi dan motivasi diarahkan kepada seluruh lapisan masyarakat anak-anak hingga orang tua dengan metode demonstrasi, Tanya jawab dan
perlombaan-perlombaan. Selain itu dapat melalui media lain, misalnya lagu yang berisikan ajakan kepada masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah
dengan benar.
Langkah Kelima
Untuk meningkatkan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan sampah dilakukan beberapa latihan, misalnya latihan memisahkan sampah sesuai jenisnya,
latihan membuat kompos, latihan membuat kerajinan daur ulang dari sampah dan lain-lain.
Langkah keenam
Menyiapkan sarana pendukung dalam pelaksanaan pengelolaan sampah. Sarana pendukung yang diperlukan dalam pengelolaan sampah misalnya tempat sampah
yang sudah terpilah, tongdrum sampah, gentong untuk tempat kompos, gerobak sampah, bak kompos, alat daur ulang dan TPS kampung. Pengadaan dan
pengerjaan semua sarana sebaiknya dilakukan oleh msyarakat sendiri secara gotong royong. Tujuannya agar masyarakat mempunyai rasa memiliki sarana
tersebut sehingga nantinya juga akan memeliharanya.
Langkah Ketujuh
Menyiapkan petugas dan atau menjalin kerjasama dengan pihak lain yang mau menjadi pengambil dan pembeli sampah. Sebelum ditawarkan ke pihak lain,
sebaiknya ditawarkan kepada masyarakat dalam kampung sendiri dulu, misalnya
commit to user 16
pemuda atau penduduk. Dalam tahap ini perlu disepakati mekanisme dan tanggung jawab antara pihak kampung dengan pihak lain tersebut. Pengepul
sampah yang berada di sekitar daerahnya dapat dijadikan sebagai pihak rekanan swasta yang menerima dana membeli sampah-sampah yang telah dipilah oleh
masyarakat.
Langkah kedelapan
Masyarakat diminta untuk segera menerapkan sistem pengelolaan sampah swakelola sesuai dengan mekanisme yang disepakati, dimulai dari kegiatan
pemilahan sampah sesuai jenisnya di rumah tangga masing-masing sampai memasukkan ke dalam tong sampah terdekat.
Langkah Kesembilan
Kegiatan pengelolaan sampah perlu dipantau dan dievaluasi oleh suatu tim pengelola sampah kampung secara terus menerus. Hasilnya dibahas dalam rapat
tim untuk menentukan upaya tindak lanjut dan menyusun strategi yang dapat dilakukan.
Langkah Kesepuluh
Pelaporan hasil kegiatan pengelolaan sampah, termasuk hasil penjualan harus dilaporkan secara tertulis kepada masyarakat melalui forum rapat-rapat pertemuan
rutin warga setiap bulan sekali PPLH Reg. Jawa, 2008 : 358-364.
commit to user 17
Gambar 3. Bagan Pengolahan sampah produktif
Gambar 4. Alur Penanganan sampah organik menjadi kompos pada tingkat rumah tangga.
commit to user 18
Dari langkah-langkah tersebut terlihat setiap orang ikut berperan dalam melakukan pengolahan sampah. Dalam Sudrajat 2006 : 203 disebutkan seiring
meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan perekonomian masyarakat serta perkembangan teknologi khususnya bagi industri, maka volume sampah juga
meningkat dan bervariasi jenis limbahnya. Untuk itu dikembangkan beberapa metode agar lebih berkualitas dalam melakukan pengelolaan lingkungan, salah
satunya adalah dengan mengembangkan sistem 3R menjadi 5R, yaitu :
Re-think;
suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi.
Reuse;
atau penggunaan kembali adalah suatu teknologi yang memungkinkan suatu
limbah dapat
digunakan kembali
tanpa mengalami
perlakuan fisikakimiabiologi.
Reduction;
atau pengurangan limbah pada sumbernya adalah teknologi yang dapat mengurangi atau mencegah timbulnya pencemaran diawal produksi.
Recovery;
adalah teknologi untuk memisahkan suatu bahanenergi dari suatu limbah untuk kemudian dikembalikan kedalam proses produksi dengan atau tanpa
perlakuan fisikakimiabiologi.
Recycling;
atau daur ulang adalah teknologi yang berfungsi untuk memanfaatkan limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula yang dapat dicapai
melalui perlakuan fisikakimiabiologi. Namun sayangnya, penerapan sistem ini masih pada tahap sosialisasi,
belum pada implementasi yang optimal. Justru saat ini, pengelolaan persampahan yang dilakukan oleh pemerintah masih menggunakan pendekatan yang
commit to user 19
menitikberatkan pada pengelolaan sampah ketika sampah tersebut telah dihasilkan
end of pipe solution
, yaitu berupa kegiatan pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir TPA sampah. Pendekatan
ini akan memberatkan beban TPA dengan lahan yang terbatas. Sedangkan menurut Slamet 2004 : 156-157 pengelolaan sampah
berupa : a.
Komposting, baik bagi jenis sampah organik, hanya diperlukan konsentrasi dan perbandingan Nitrogen, Phospor, dan Kalium N.P.K, minat konsumen
akan kompos, tempat atau lahan untuk komposting, serta kelayakan sosial- ekonomis;
b. Insenerasi untuk refuse, perlu diperhatian kualitas sampah yang ada,
korosivitas jenis refuse, dan kelayakan sosial-ekonomis; c.
Proses lain seperti pembuatan bahan bangunan dari buangan industri yang mempunyai sifat seperti semen, dan seterusnya.
Meskipun banyak teknik pengolahan sampah yang telah dijelaskan dalam teori, namun pada kenyataannya saat ini sampah sulit dikelola oleh karena
berbagai hal : a.
Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan persampahan.
b. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan
keselarasan pengetahuan tentang persampahan. c.
Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan, dan konstruksi di segala bidang termasuk bidang persampahan.
commit to user 20
d. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan
permasalahan pencemaran udara, tanah, air, menimbulkan turunnya harga tanah karena daerah yang turun kadar estetikanya, bau, dan memperbanyak
populasi lalat dan tikus. e.
Kegagalan dalam daur ulang ataupun pemanfaatan kembali barang bekas. Juga ketidak-mampuan orang memelihara barangnya, sehingga cepat rusak.
Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya sehingga cepat menjadi sampah.
f. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir
sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah; juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan tanah.
g. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya dipakai
tempat pembuangan sampah. h.
Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan. i.
Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang panas.
j. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya dan memelihara kebersihan. k.
Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan sampah dikelola oleh jawatan pemerintah.
l. Pengelolaan sampah di masa lalu dan saat ini kurang memperhatikan faktor
non-teknis seperti partsipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih.
commit to user 21
Untuk itu beban pemerintah dalam hal pengelolaan sampah harus dibantu melalui peran aktif masyarakat untuk mengolah sampah yang dihasilkan dengan
cara swakelola. Pengelolaan sampah diusahakan semakin dekat dengan sumber penghasil sampah masyarakat, maka semakin efisien biaya yang dikeluarkan.
Dalam pengelolaan sampah di tingkat permukiman diperlukan suatu sistem pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat, artinya semua cara atau langkah
yang terdapat dalam sistem tersebut dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan
kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Tujuan
pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah mendidik dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat melakukan pengelolaan sampah secara mandiri,
produktif, komprehensif dan ramah lingkungan, sehingga dapat meningkatkan kebersihan, kenyamanan dan kesehatan lingkungan PPLH Reg. Jawa :356.
Seperti yang dijelaskan oleh Chandra 2007 : 121 bahwa pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh positif terhadap masyarakat dan
lingkungannya, antara lain : a.
Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk. b.
Sampah dapat digunakan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dulu untuk mencegah pengaruh
buruk sampah tersebut terhadap ternak. c.
Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang pengerat.
commit to user 22
d. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan
sampah. e.
Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat.
2. Partisipasi Masyarakat