Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA

keunggulan serta potensinya yang cukup tinggi dari kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja serta hasil yang dicapainya, maupun dari segi kontribusi Industri Kecil Di kawasan ini terhadap PDRB Jawa Timur. Jurnal Majalah Ekonomi,Agustus 2003 Jadi perbedaan penelitian yang digunakan oleh penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada ukuran waktu, dimana penelitian yang dilakukan peneliti berdasarkan tahun 2006 dan data yang digunakan dalam kurun waktu 1990-2006. sedangkan obyek penelitian berbeda,obyek penelitian terdahulu menggunakan obyek penelitian di surabaya,sedangkan penelitian sekarang menggunakan obyek di jawa timur. Dan model yang digunakan adalah model regresi linier berganda dalam menganalisis data yang telah dikumpulkan dari beberapa sumber. Sementara variabel yang digunakan X 1 jumlah industri kecil, X 2 Pertumbuhan PDRB, X 3 produktivitas Tenaga kerja , X 4 Tingkat Inflasi, Y penyerapan tenaga kerja.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sudah bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pengertian pencari pekerja, bersekolah dan dan mengurus rumah tangga dianggap secara fisik mampu dan sewaktu – waktu dapat nencari pekerjaan. Menurut Suroto 1992 : 16 tenaga kerja dalam pasar kerja adalah daya manusia untuk melakukan pekerjaan, sedangkan pekerjaan adalah kegiatan manusia untuk memperoleh pendapatan. Menurut Dumairy 1997 : 74 tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja, batasan usia kerja berbeda – beda antara negara yang satu dengan negara yang lain. Batas usia kerja yang di anut indonesia minimum 10 tahun atau lebih. Tenaga kerja atau penduduk usia kerja 10 tahun keatas mempunyai perilaku bermacam – macam. Dalam hubungannya pasar kerja perlaku mereka di bagi menjadi 2 dua golongan, yaitu golonngan yang aktif secara ekonomi dan bukan. Angkatan kerja termasuk golongan yang aktif secara ekonomis. Golongan ini terdiri dari penduduk yang menawarkan tenaga kerjanya dan berhasil memperolehnya employed dan penduduk yang menawarkan tenaga kerjanya di pasar tenaga kerja tetapi belum berhasil memperoleh unemployed. Atas dasar deskripsi ini angkatan kerja labor force dianggap mewakili penawaran tenaga kerja yang di kenal dengan suplay of labor. Ada 4 empat arus dalam pasar kerja, yaitu : 1. Tenaga kerja yang dapat bekerja dapat menjadi penganggur sukarela karena dipecat putus hubungan kerja atau karena di berhentikan baik untuk sementara waktu maupun permanen. 2. Para penanggur dapat memperoleh pekerjaan karena adanya pengangkatan pegawai baru atau dipanggil bekerja kembali setelah sekian lama diminta untuk berhenti. 3. Semua yang termasuk dalam angkatan kerja, baik bekerja atau mencari pekerjaan, dapat keluar dari angkatan kerja karena pensiun, cacat atau karena alasan lain tidak bekerja lagi. 4. Mereka yang bekerja atau tidak pernah mencari pekerjaan sebagai pencari kerja akibat putus sekolah, atau masuk kembali ke dalam angkatan kerja setelah lama tudak bekerja contohya ibu rumah tangga. Afrida, 2003:203- 204 Ada 4 empat hal yang berkaitan dengan tenaga kerja : 1. Bekerja emploed. Secara agregat jumlah orang yang bekerja di muat dalam publukasi Biro Pusat statistik hasil kegiatan sensus. SUPAS atau SAKERNAS. Jumlah ini sering dipakai sebagai petunjuk tentang luasnya kesempatan kerja sering dipicu sebagai permintaan tenaga kerja. 2. Pencari kerja unemployed. Penduduk yang menawarkan tenaga kerja tetapi belum berhasil memperoleh pekerjaan dianggap terus mencari pekerjaan. Maka dari iti mereka tidak bekerja semata – mata dikelompokkan sebagai penganggur tetapi lebih tepat dikatakan pencari kerja. 3. Tingkat partisipasi Angkatan Kerja Labor force Participation Rate. Pencantuman istilah asing ternyata pada saat ini masih diperlukan untuk menghindari keracuan dalam dalam menggunakan istililah yang hakekatnya menunjukkan pada hal yang sama. Istilah lain yang juga dipakai adalah angka partisipasi angkatan kerja. Akan tetapi yang umum dipakai dan paling tepat adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK. Seringkali untuk analisis penawaran tenaga kerja digunakan TPAK dan bukan angkatan kerja secara absolut. 4. Profil angkatan kerja. Untuk memudahkan pembahasan penawaran tenaga kerja atau TPAK biasanya perlu disiarkan dengan tolak ukur tertentu. Sumarsono,2003 :7

2.2.1.1. Pengertian Angkatan Kerja

Istilah angkatan kerja di sini sama dengan penduduk yang aktif secara ekonomis. Angkatan kerja adalah terdiri dari mereka yang bekerja dan pengangguran yang sedang mencari pekerjaan. Dalam memberikan pengertian mengenai bekerja dan menganggur ini tiap negara juga memberikan pengertian berbeda. Dari sensus penduduk 1980, orang yang bekerja terdiri dari : a. Orang yang bekerja dengan maksud memperoleh penghasilan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu sebelum pencacahan tapi mereka adalah : 1. Pekerja tetap pada instansi pemerintah atau swasta yang sedang tidak masuk kerja karena cuti, sakit, mogok atau mangkir. 2. Para petani yang mengusahakan tanah pertanian tapi mereka sedang tidak bekerja karena menunggu panen atau menunggu hujan untuk mengharap sawahnya. 3. Orang yang bekerja di bidang keahlian seperti dokter, konsultan dan lain-lain. b. Orang yang bekerja selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam. Menurut Suroto 1992 : 28, angkatan kerja adalah sebagai bagian dari jumlah penduduk dalam usia kerja yang mempunyai pekerjaan dan tidak mempunyai pekerjaan, angkatan kerja dibedakan menjadi : 1. Pekerjaan : Orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang bekerja serta orang yang mempunyai pekerjaan umum sementara waktu sedang tidak bekerja, misalnya sedang cuti. 2. Penganggur : Orang yang tidak mempunyai pekerjaan dan masih atau sedang mencari pekerjaan. Berdasarkan sebab-sebabnya pengangguran dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu : 1. Pengangguran Friksional : Pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang tersedia. 2. Pengangguran Struktural : Pengangguran yang terjadi karena adanya perubahan dalam struktur perekonomian sehingga tenaga kerja yang diperlukan secara komulatif juga mengalami perubahan. 3. Pengangguran Musiman : Pengangguran yang terjadi karena pergantian musim 4. Penanggulangan Siklus : Pengangguran yang terjadi karena naik turunnya kehidupan ekonomi masyarakat. Berdasarkan prakteknya, pengangguran terdiri atas tiga jenis, yaitu : a. Pengangguran Penuh Adalah pengangguran yang benar-benar tidak dalam belum memiliki pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan b. Setengah Pengangguran atau penganggur tak kentara Adalah orang yang bekerja tetapi tenaganya tidak proporsional dengan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan. c. Pengangguran yang tidak menganggur Adalah orang yang bekerja tidak sesuai dengan pendidikan atau keahliannya Simanjutak, 1998 : 10 Definisi yang lain menyatakan bahwa angka kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. Dumairy, 1997 : 74. Sedangkan mereka yang tergolong bukan angkatan kerja adalah mereka yang tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan. Jadi kelompok ini merupakan bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat, tidak berusaha terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu memproduksi barang dan jasa terdiri dari golongan yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan golongan penerima pendapatan. Tiga golongan terakhir yang merupakan kelompok bukan angkatan walaupun dalam keadaan tidak bekerja namun mereka dianggap secara fisik dan sewaktu-waktu masuk ke pasar kerja. Dengan demikian yang dinamakan angkatan kerja adalah mereka yang aktif dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa serta mereka yang siap bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan pencari pekerjaan atau pengangguran. Anonim, 2003 :7. Secara sistematis, uraian kerangka komponen penduduk dan tenaga kerja ditunjukkan melalui bagan dalam gambar 1 dibawah ini : Gambar 1 : Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja Sumber : Simanjutntak J. Payaman., 1998, Pengantar Sumber Daya Manusia. LPFEUI, Jakarta hal 15 Keterangan : 1. Penduduk adalah mereka baik manusia atau binatang yang hidup dalam kelompok atau koloni yang menempati suatu wilayah tertentu serta bersosialisasi. Penduduk Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja Angkatan Kerja Bukan angkatan Kerja Menganggur Bekerja Sekolah Mengurus Rumah tangga Penerima Pendapatan Bekerja penuh Setengah Menganggur Kentara Tidak Kentara Produktivitas Rendah Penghasilan Rendah 2. Tenaga kerja adalah mereka yang berumur antara 10 sampai 55 tahun, mereka siap menciptakan barang dan jasa untuk keperluan konsumen atau masyarakat. 3. Bukan tenaga kerja adalah mereka yang berumur 0,1 tahun sampai 0,9 tahun dan 55 tahun ke tas. 4. Angkatan kerja adalah mereka yang berumur antara 10 sampai 55 tahun. Mereka sanggup menciptakan barang-barang dan jasa guna keperluan masyarakat atau konsumen. 5. Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 sampai 55 tahun. Mereka sanggup menciptakan barang-barang dan jasa guna keperluan masyarakat atau konsumen tetapi mereka karena suatu hal maka tidak mau melaksanakannya. 6. Sekolah adalah mereka yang berumur 10 sampai 55 tahun . mereka sanggup menciptakan barang dan jasa tetapi karena sesuatu hal kuliah maka mereka tidak mau melaksanakannya. 7. Mengurus rumah tangga adalah mereka yang berumur 10 sampai 55 tahun. Mereka sanggup menciptakan barang dan jasa karena sesuatu hal mengurus rumah tangga sebagai istri. 8. Penerima pendapatan adalah mereka yang sanggup menciptakan barang dan jasa guna keperluan masyarakat atau konsumen karena sesuatu cacat fisik dan mental. 9. Menganggur adalah mereka yang berumur 10 sampai 55 tahun dan mereka sanggup menciptakan barang dan jasa guna kepentingan konsumen, mereka sudah berusaha melamar pekerjaan tetapi sampai detik ini belum ada yang menerima untuk bekerja. 10. Bekerja adalah mereka yang berumur 10 sampai 55 tahun. Mereka sanggup menciptakan barang dan jasa guna kepentingan masyarakat atau konsumen, mereka sudah mendapatkan pekerjaan yang layak. 11. Setengah pengangguran adalah mereka yang berumur 10 sampai 55 tahun. Mereka sanggup menciptakan barang dan jasa guna kepentingan masyarakat atau konsumen mereka bekerja tidak sesuai dengan peraturan pemerintah satu minggu sama dengan 40 jam. 12. Bekerja penuh adalah mereka yang berumur 10 sampai 55 tahun. Mereka sanggup menciptakan barang dan jasa guna kepentingan masyarakat atau konsumen, mereka bekerja sesuai dengan peraturan pemerintah satu minggu sama dengan 40 jam 13. Pengangguran kentara jam kerja sedikit adalah mereka yang bekerja tidak sesuai dengan ketentuan pemerintah tetapi jam kerjanya sedikit. 14. Pengangguran tidak kentara adalah mereka yang bekerja tetapi tidak menghasilkan 15. Produktivitas rendah adalah mereka yang berumur 10 sampai 55 tahun. Mereka sanggup menciptakan barang dan jas guna kepentingan masyarakat atau konsumen, mereka mempunyai kemampuan yang terendah untuk menciptakan barang dan jasa. 16. Penghasilan rendah adalah mereka yang berumur 10 sampai 55 tahun. Mereka sanggup menciptakan barang dan jasa guna kepentingan masyarakat atau konsumen, mereka produktivitas rendah maka penghasilan juga rendah.

2.2.1.2. Pengertian Lapangan Pekerjaan Usaha

Yang dimaksud dengan lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan dari usaha atau perusahaan atau instansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja. Lapangan pekerjaan atau usaha ini dibagi dalam 10 golongan, yaitu : 1. Pertanian, perburuhan, kehutanan dan perikanan. 2. Pertambangan dan penggalian 3. Industri pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air 5. Bangunan 6. Perdagangan, eceran, rumah tangga. 7. Angkutan, penyimpanan dan komunikasi 8. Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan. 9. Jasa-jasa kemasyarakatan, sosial dan pribadi 10. Kegiatan yang tidak belum jelas Kusumosuwidho, 1994 : 201

2.2.3. Produk Domestik Regional Bruto PDRB

2.2.3.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto PDRB

Produk Domestik Regional Bruto PDRB adalah seluruh nilai produksi yang ditimbulkanoleh berbagai sektor atau lapangan usaha,yang melakukan kegiatan usahanya yangdisuatu daerah region tertentu tanpa memperhatikan pemilikan atas faktor produksi. Anonim, 1995:2 Produk Domestik Regional Bruto PDRB mengalami peningkatan cenderung akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang akan diserap apabila upah tenaga kerja tinggi maka hal ini tidak langsung akan menaikkan pendaptan perkapita masyarakat, sehingga masyarakat akan mampu membayar pajak daerah, dan hal itu akan menambah Penadapata Asli Daerah PAD. Mankiw, 2000:19 Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto PDRB merupakan jumlah nilai tambah atau jumlah nilai barang atau jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah pada satu tahun.

2.2.3.2. Pembagian Produk Domestik Regional Bruto PDRB

a. Menurut Dumairy 1996:38 Produk Domestik Regional Bruto ditinjau dari segi pendekatan Approach sebagai berikut: 1. Dari segi produksi Produksi Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi didalam suatu daerahregion dalam jang waktu tertentu biasanya satu tahun. 2. Dari segi pendapatan Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu daerah dalam jangka waktu satu tahun. 3. Dari segi pengeluaran Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor nettodidalam suatu daerah bdalam jangka waktu setahun. b. Produksi Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku adalah jumlah nilai produk atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. c. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan suatu tahun tertentu adalah jumlah nilai produk atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap suatu tahun tertentu tersebut. d. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar merupakan nilai tambah bruto dari lapangan usaha, termasuk didalamnya balas jasa faktor produksi upah dan gaji, surplus usaha dan pajak tak langsung netto.

2.2.4 Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja, dan teknik operasional. Secara filosofi, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Untuk definisi kerja, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai keluaran dengan keseluruhan sumber daya masukan dalam suatu proses produksi. Perbandingan tersebut dapat dinyatakan dalam satuan fisik maupun dalam nilai suatu mata uang, yang dipergunakan per satuan waktu. Beberapa pengertian tentang produktivitas yang pernah dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah: 1. Webster, mengartikan produktivitas sebagai suatu tingkat keefektifan dari manajemen industri di dalam penggunaan fasilitas-fasilitas untuk produksi dan keefektifan dari penggunaan tenaga kerja dan peralatan. 2. I.L.O, produktivitas sebagai tolok ukur untuk pengukuran tentang seberapa baik sumber daya dipergunakan bersama dalam organisasi untuk menyelesaikan suatu kumpulan keluaran. 3. Dewan Produktivitas Nasional Indonesia, produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan sumber daya yang dipergunakan secara keseluruhan. Dengan kata lain produktivitas tenaga kerja adalah kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan barang produksi dan diukur oleh output dibagi dengan jumlah tenaga kerja yang dibayar, atau nilai tambah dibagi dengan jumlah tenaga kerja yang dibayar, atau nilai tambah dibagi dengan jumlah tenaga kerja yang dibayar. Subri, 2003: 39. Produktivitas tenaga kerja dapat dirumuskan seperti berikut ini : Produktivitas tenaga kerja = digunakan yang masukan Jumlah keluaran hasil Jumlah Sedangkan produktivitas dalam pengertian teknis operasional mengandung makna peningkatan produktivitas yang dapat terwujud dalam empat bentuk yaitu: 1. Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit. 2. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang relatif lebih kecil. 3. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang lebih kecil. 4. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil. Simanjuntak, 2001: 30. Produktivitas menurut Rosyidi 1994: 59 adalah besarnya hasil produksi yang dapat dihasilkan oleh setiap satuan input. Dan produktivitas sendiri dapat digunakan untuk melihat kapasitas produktif sesuatu sumber produktif tertentu. Sedangkan menurut Terry 1996, produktivitas secara umum dapat diartikan sebagai perbandingan antara apa yang dihasilkan dengan apa yang dimasukkan. Pada hakekatnya produktivitas itu adalah pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan artinya bahwa keadaan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dengan mutu di kehidupan mendatang harus lebih baik lagi dari hari ini. Produktivitas tidak sama dengan produksi, walaupun kedua hal tersebut masih ada kaitannya. Produksi merupakan bagian dari usaha produktivitas. Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas suatu organisasi perusahaan. Faktor- faktor tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, lepas dari yang lain. Pentingnya produktivitas masing-masing sumber tenaga kerja, modal, peralatan dan lainnya bergantung pada jenis perusahaan dan bahkan mungkin juga negara yang bersangkutan. Beberapa keuntungan dari produktivitas yang tinggi, yang telah dirumuskan oleh para ahli. Diantaranya, bahwa produktivitas yang tinggi akan membuka kesempatan untuk menaikkan tingkat hidup melalui: a. Menyediakan barang-barang kebutuhan primer dan barang-barang modal yang bermutu dengan biaya dan harga yang lebih rendah. b. Pendapatan nyata yang lebih tinggi. c. Perbaikan kondisi kerja dan kondisi hidup, termasuk jam kerja yang diperpendek, tanpa mengurangi hasil produksi. d. Menambah kuatnya landasan ekonomi bagi kesejahteraan manusia. Menurut Simanjuntak 1997 dengan pendekatan sistem, faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dapat digolongkan pada tiga kelompok yaitu: 1. Yang menyangkut kualitas dan kemampuan fisik karyawan. 2. Sarana pendukung. 3. Supra sarana Gambar 2.6: Peningkatan Produktivitas Karyawan Perusahaan SUPRA SARANA - Kebijakan pemerintah - Hubungan Industrial - Manajemen Apabila kita berbicara mengenai masalah tenaga kerja produktivitas merupakan ukuran prestasi tenaga kerja atau produktivitas tenaga kerja manusia. Produktivitas menyangkut beberapa aspek yang luas yaitu: Secara umum, produktivitas juga merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masuk dan efektivitas pencapaian sasaran. Maka dari itu disini akan dijelaskan tentang kegunaan produktivitas yaitu: 1. Produktivitas sebagai hasil bagi ratio keluaran out put dengan masuk input. Disebutkan bahwa produktivitas adalah suatu ukuran sejauhmana sumber- sumber daya yang digabungkan dan dipergunakan dengan baik dapat mewujudkan hasil-hasil tertentu yang diinginkan. Jadi dengan kata lain produktivitas adalah suatu ukuran mengenai apa yang diperoleh dari apa yang diberikan yang dimaksud dengan “output” meliputi volume dan kualitas, sedangkan “input” meliputi bahan dan energi, tenaga kerja, dan peralatan modal. 2. Produktivitas sebagai hasil dari penjualan summing-up efektifitas dan efisiensi. Bettignies, menjelaskan produktivitas dalam persamaan yang lainnya tapi masih tetap sederhana yaitu: Produktivitas = efektifitas + efisiensi Yang dimaksud dengan efektifitas itu sendiri adalah sejauh mana kita mencapai suatu sasaran how far we achieve the goal, sedangkan efisiensi adalah bagaimana kita mencampur berbagai sumber daya dan dikombinasikan atau bagaimana kerja tersebut dilakukan secara benar atau tepat How do we mix various resources properly, jadi dapat disimpulkan bahwa produktivitas adalah seberapa baik berbagai sumber daya masukan-masukan itu kita olah bersama-sama dan kita gunakan untuk mencapai suatu tingkat hasil ataupun sasaran yang diinginkan. 3. Produktivitas sebagai fungsi dari efektivitas dan efisiensi efektivitas dan efisiensi yang tinggi dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi lebih produktif. Efisiensi dan efektivitas yang rendah mungkin telah terjadi kesalahan dalam pengurusan manajemen suatu perusahaan mis: management. Apabila efektivitas tinggi tetapi efisiensi rendah, maka akan terjadi pemborosan high cost. Dan sebaliknya apabila efisiensi tinggi tetapi efektivitas rendah, maka tidak akan pernah tercapai sasaran yang diinginkan perusahaan, yaitu sasaran yang pernah dicapai lebih rendah dari target.

2.2.4.1. Hubungan antara produktivitas terhadap penyerapan tenaga kerja

Dalam dunia bisnis, perbaikan produktivitas dapat menjadikan pelayanan terhadap para pelanggan bisa lebih responsif, meningkatkan cash flow. Memperluas pengembangan asset dan memperbesar keuntungan. Dan yang paling terakhir memungkinkan pengivestasian modal untuk perluasan kapasitas dan penciptaan lapangan kerja. Perbaikan produktivitas memungkinkan suatu badan usaha menjadi lebih kompetitif baik di dalam maupun di luar negeri. Produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai keluarga dengan keseluruhan sumber daya masukan yang dipergunakan per satuan waktu. Apabila produktivitas kerja meningkat maka akan menambah nilai produksi dan tingkat efisiensi dalam penggunaan input sehingga produksi juga akan meningkat, ini menyebabkan bertambahnya keuntungan yang diperoleh pengusaha, dengan bertambahnya keuntungan yang diperoleh pengusaha, dengan bertambahnya keuntungan tersebut memungkinkan pengusaha untuk menambah tenaga kerja.

2.2.5 Pengertian Umum Industri

Menurut Sumodisastro 1985: 1 adapun industri adalah tiap usaha yang merupakan unit produksi yang membuat barang dan atau yang mengerjakan sesuatu barang atau bahan untuk masyarakat di suatu tempat. Selanjutnya menurut definisi di atas apabila seseorang sekalipun seorang diri dalam ruangan rumahnya melinting rokok dengan tujuan untuk tidak dipakai sendiri melainkan untuk dijual, demikian dengan seorang pembatik lain yang bertujuan menjual hasil jadinya dengan harapan memperoleh jasa keuntungan dari hasil karyanya, adalah termasuk dalam kualifikasi menjalankan industri.

2.2.5.1. Hubungan Industri Makanan dan Minuman Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Andil industri makanan dan minuman dalam memberikan lapangan pekerjaan dapat dikatakan sangatlah besar. Mulai dari industri kecil dan rumah tangga, industri menengah, besar nasional sampai multi nasional company memberikan kontribusi yang cukup dalam menyerap tenaga kerja maupun pendapatan pajak pemerintah. Dalam rantai produksi, industri pangan melibatkan banyak tenaga kerja. Sejak pre-industri budidayaperternakanindustri bahan baku, proses produksi sampai distribusi atau perdagangan diperkirakan menyerap 3 juta orang. Menurut data badan pusat statistik BPS 2002, teradapat sekitar 2,6 juta tenaga kerja di sektor industri makanan dan minuman. Industri makanan dan minuman hampir semua bahan bakunya adalah produk pertanian yang juga melibatkan petani dalam negeri. Dari penjelasan di atas dapat diketahui, begitu penting industri makanan dan minuman di Indonesia karena memberi kontribusi positif terhadap penyedia lapangan pekerjaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. 2.2.6 Tingkat Inflasi 2.2.6.1 Pengertian inflasi Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan dijumpai di hampir semua negara di dunia adalah inflasi. Adapun pengertian dari itu sendiri adalah suatu keadaan yang mengindentifikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil intrinsik mata uang suatu negara. Khalwaty, 2000: 5. Menurut Boediono 1996: 161inflasi adalah kecenderungan dari harga- harga untuk menarik secara umum dan terus-menerus. Pengertian inflasi menurut Gunawan 91991: 3 mencakup tiga aspek yaitu: 1. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkatkan, yang berarti mungkin saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik bidang dengan sebelumnya, tapi tetap menunjukkan kecenderungan yang meningkat. 2. Peningkatan tersebut berlangsung terus-menerus, yang berarti bukan terjadi pada suatu wilayah saja, yakni akibatnya adalah kenaikkan harga bahan bakar minyak pada awal tahun. 3. Mencakup pengertian tingkat harga umum, yang berarti tingkat harga yang meningkat itu bukan hanya pada suatu komoditi atau beberapa komoditi saja. Jadi inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam yang berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut, nilai uang turun secara tujuan pula sebanding dengan kenaikan harga tersebut.

2.2.6.2 Macam – macam inflasi

Inflasi dibedakan menjadi berbagai jenis berdasarkan keadaan yang terjadi saat inflasi tersebut berlangsung, yaitu: 1. Berdasarkan bobot inflasi: a. Inflasi ringan disebut juga creeping inflation. Inflasi ringan adalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung secara perlahan dan berada posisi satu digit atau dibawah 10 pertahun. b. Inflasi sedang Inflasi sedang adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada di antara 10 – 30 per tahun atau melebihi dua digit dan sangat mengecam struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. c. Inflasi berat Inflasi berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada diantara 30 – 100 per tahun. Pada kondisi demikian, sektor-sektor produksi hampir lumpuh total kecuali yang dikuasai oleh negara. d. Inflasi sangat berat Inflasi sangat berat yang juga disebut hyper inflation adalah inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100 per tahun. Khalwaty, 2000:34-35. 2. Berdasarkan sebabnya: a. Demand Pull Inflation Demand pull inflation terjadi karena adanya kenaikan permintaan agresif selain dapat menaikkan harga-harga juga dapat meningkatkan produksi. Jika kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh, maka kenaikan permintaan tidak lagi mendorong output produksi tetapi hanya mendorong kenaikan harga saja. b. Cosh Push Inflation Pada kondisi cosh push inflation tingkat penawaran lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat permintaan. Ini terjadi karena adanya perbandingan dengan tingkat permintaan. Ini terjadi karena adanya kenaikan harga faktor produksi, sehingga produsen terpaksa mengurangi produksinya sampai pada jumlah tertentu. Penawaran total terus menurun karena semakin mahalnya biaya produksi. Apabila keadaan tersebut berlangsung lama, maka terjadilah inflasi. 3. Berdasarkan Asalnya: a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri domestic Inflation Defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan semakin mahal. b. Inflasi yang berasal dari luar negeri Imported Inflation Inflasi yang timbul karena adanya kenaikan harga-harga diluar negeri atau di negara-negara langganan berdagang kita. Boediono, 1996: 164.

2.2.6.3. Dampak Inflasi

Dampak dari inflasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Equity Efect Equity Effect adalah inflasi terhadap pendapatn. Dampak inflasi terhadap pendapatan bersifat tidak merata, ada yang mengalami kerugian terutama mereka yang berpenghasilan tetap dan ada pula kelompok yang mengalami keuntungan dengan adanya inflasi. 2. Efficiency Effect Inflasi selain berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat dan rumah tangga perusahaan karena lemahnya daya beli masyarakat, juga berpengaruh terhadap biaya produksi. Harga-harga faktor produksi akan terus meningkat, sehingga dapat mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi, perubahan tersebut dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagi macam barang yang selanjutnya mendorong perubahan pola alokasi faktor-faktor produksi barang-barang tersebut menjadi lebih efisien. Khalwaty, 2000: 53 – 54.

2.2.6.4. Cara Mencegah Inflasi

Cara mencegah inflasi dapat dilakukan melalui beberapa kebijaksanaan, antara lain: 1. Kebijaksanaan Moneter Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. Uang giral sebagai salah satu komponen jumlah uang diatur oleh Bank Sentral melalui cadangan minimum yang dinaikkan agar jumlah uang yang menjadi lebih kecil, sehingga dapat menekan laju inflasi. 2. Kebijaksanaan Fiskal Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi harga. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan. 3. Kebijaksanaan yang berkaitan dengan output Kenaikan jumlah output dapat dicapai dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk, sehingga impor barang cenderung meningkat, dengan demikian kenaikan output ini dapat memperkecil laju inflasi. 4. Kebijaksanaan penentuan harga dan indexing Kebijaksanaan ini dilakukan dengan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji atau upah dengan demikian, gaji atau upah secara riil tetap. Kalau indeks harga naik, maka gaji atau upah juga naik. Nipirin, 2003: 34 – 35.

2.2.6.5. Hubungan Inflasi dengan Tenaga Kerja

Analisis ortodoks tentang inflasi ini nampaknya cukup memberikan gambaran menyeluruh tentang sebab-sebab terjadinya inflasi dan pengaruhnya pada tingkat harga dan tingkat output, yang merupakan variabel ekonomi makro utama disamping tingkat pengangguran unemployment tetapi secara tidak langsung memperlihatkan hubungan antara inflasi dengan tingkat unemployment dalam perekonomian. A.W. Philips mencoba menerangkan adanya trade off antara inflasi dengan tingkat unemployment di dalam perekonomian lewat kurva yang sering disebut sebagai kurva Philips. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui kurva di bawah ini. Gambar 2.7: Kurva Phlips Laju inflasi Kurva Philips menggambarkan tingkat unemployment pada sumbu horizontal dan laju inflasi pada sumbu vertikal, serta mempunyai bentuk downward sloping. Nampak adanya trade off antara laju inflasi dengan tingkat unemployment. Penekanan tingkat pengangguran dengan meningkatkan aggregate demand akan dapat menyebabkan naiknya laju inflasi dan sebaliknya. U 2 U 1 P 1 P 2 KP Tingkat unemployment Kerangka Pikir Dalam penelitian ini berbagai faktor yang diteliti di duga berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Jawa Timur yaitu Jumlah Industri, Pertumbuhan PDRB, Produktivitas tenaga Kerja, dan Tingkat Inflasi. Penyerapan tenaga kerja ini memiliki peranan besar dalam perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari kelangsungan industri kecil atau yang tidak terganggu akibat krisis ekonomi, namun pengusaha atau industri kecil mengalami persoalan kritis dari permodalannya yang sangat terbatas. Jika penyerapan tenaga kerja hendak ditingkatkan secara lebih baik maka pemberian sistem diperlukan sehingga kegiatan dari industri kecil dapat bersaing dengan industri besar. Apabila jumlah industri X 1 mengalami kenaikan maka lapangan kerja akan mengalami peningkatan juga, karena yang semula pemilik usaha sulit mengembangkan usahanya karena rendahnya modal usaha dan dengan adanya peningkatan jumlah industri maka akan meningkatkan hasil penyerapan tenaga kerja. PDRB X 2 merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Karena apabila PDRB merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit industri. Jadi, apabila PDRB meningkat maka daya beli akan meningkat dan penyerapan tenaga kerja mengalami penignkatan. Produktivitas tenaga kerja X 3 merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai keluaran dengan keseluruhan sumber daya masukan yang digunakan persatuan waktu. Apabila produktivitas kerja meningkat maka akan menambah nilai produksi dan tingkat efisiensi dalam penggunaan input sehingga hasil produksi juga akan meningkat, ini menyebabkan bertambahnya keuntungan perusahaan tanpa mengurangi nilai hasil produksi dari sisi kualitas dan kuantitas maka hasil produksi semakin baik dan menguntungkan, dengan bertambahnya keuntungan tersebut memungkinkan pengusaha akan menambah tenaga kerja. Inflasi sebagai variabel X 4 merupakan kenaikan harga barang-barang secara umum dalam satu periode dan cenderung berlangsung secara terus menerus. Jika inflasi mengalami penurunan, maka permintaan barang dipasar akan meningkat, sehingga secara tidak langsung perusahaan atau industri akan meningkatkan produksinya.

2.4. Paradigma

2.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih belum teruji kebenarannya berdasarkan fakta-fakta yang ada. Hipotesis akan ditolak jika memang salah satu akan diterima jika fakta-faktanya benar. Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian maka,hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Simultan : bahwa ada pengaruh antara variabel Jumlah Industri, Pertumbuhan PDRB, Produktivitas Tenga Kerja, dan Tingkat Inflasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri makanan dan minuman di Surabaya, secara simultan. Produktivitas Tenaga Kerja X 3 Inflasi X 4 Keuntungan Perusahaan Makanan dan Minuman Produksi Tenaga Kerja Yang Terserap Y Jumlah Industri Makanan dan minuman X 1 Permintaan Tenaga Kerja Daya Beli Masyarakat Tingkat Pertumbuhan PDRB X 2 2. Secara Parsial : ada pengaruh antara variabel Jumlah Industri, Pertumbuhan PDRB, Produktivitas Tenga Kerja, dan Tingkat Inflasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri makanan dan minuman di Surabaya, secara parsial.