Patofisiologi Leukemia Determinan Leukemia

terbanyak adalah rassuku Jawa 88,5 dan terendah adalah suku Manado dan Minang 1,9 Chandrayani, 2010. Berdasarkan penelitian pada pasien leukemia anak di bawah usia 18 tahun di RS. Haji Adam Malik Medan oleh Paulina K. Bangun, et al tahun 2012, menyebutkan bahwa leukemia banyak terjadi pada kelompok umur 2-5 tahun 37,2 dan terendah pada kelompok umur 11-15 tahun 12,8. Kejadian lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki daripada perempuan 52,9 : 47,1. Pasien mempunyai riwayat leukemia pada keluarga 4,3 Paulina, 2014.

2.1.4 Patofisiologi Leukemia

Leukemia disebabkan akibat dari adanya mutasi pada DNA somatik. Mutasi tersebut disebabkan oleh terjadinya aktivasi onkogen atau deaktivasi gen tumor supresor dan terganggunya pengaturan program kematian sel apoptosis. Mutasi tersebut bisa terjadi secara spontan atau karena pengaruh radiasi atau pemaparan substansi karsinogen dan erat hubungannya dengan faktor genetik. Beberapa penderita disebabkan oleh pengaruh radiasi ion, pemaparan bahan kimia misalnya benzen dan agen kemoterapi alkyl untuk pengobatan malignan sebelumnya, karakteristik kelahiran anak, kondisi reproduktif orang tua, pengaruh kondisi lingkungan, faktor immunologi tubuh seseorang dan kebiasaan perilaku yang tidak sehat seperti merokok. Beberapa faktor tersebut selanjutnya mempengaruhi tubuh untuk melakukan mutasi DNA somatik. Virus juga ada hubungannya dengan leukemia, paada hewan uji coba mencit dan hewan uji coba lainnya dengan infeksi retrovirus ada hubungannya dengan kejadian leukemia. Retrovirus yang teridentifikasi adalah Human T-lymphotropic virus atau HTLV-1 yang selanjutnya diketahui sebagai penyebab T-cell Leukemia. Penderita leukemia diduga mempunyai gen tunggal atau gen multipel penyebab leukemia, jenis leukemia bisa sama atau juga bisa jenis leukemia yang lain. Pada kelainan genetik tersebut individu mempunyai kromosom defek atau kelainan genetik tertentu yang mempunyai risiko lebih besar terhadap leukemia. Misalnya, seseorang dengan gejala down’s syndrome mempunyai risiko tinggi terhadap kejadian leukemia Darmono, 2012

2.1.5 Determinan Leukemia

Penyebab leukemia sampai saat ini belum diketahui secara pasti, akan tetapi menurut penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya ada beberapa faktor risiko tertentu yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya leukemia, yaitu : 1. Faktor Internal Faktor internal meliputi, usia anak saat terdiagnosis, jenis kelamin anak, urutan kelahiran anak, berat anak lahir, usia ibu saat mengandung anak, usia ayah ketika ibu mengandung anak, riwayat keguguran ibu, dan riwayat pemberian ASI kepada anak. a Jenis kelamin anak Kejadian leukemia banyak terjadi pada anak laki-laki dibanding anak perempuan dengan rasio 10:3 Chandrayai S., 2010. Menurut sulastriana 2012, kasus leukemia pada laki-laki sebanyak 52,9. Penelitian dari M. Tevlik Dorak, et al. 2006 juga menyatakan bahwa laki-laki lebih berisiko 3 kali terkena leukemia daripada perempuan OR= 3.05. b Urutan kelahiran anak Urutan lahir anak dengan kategori anak pertama dalam keluarga memiliki OR= 0.87 95CI: 0.81-0.93 terhadap kejadian kanker anak yaitu leukemia Julie, 2011. c Berat anak lahir Dalam hasil penelitian dari Pulina K. Bangun, et al 2013 menyatakan bahwa a nak dengan berat bayi lahir ≥3.500 gram memiliki risiko 8,99 kali lebih tinggi untuk terkena leukemia dibanding anak dengan berat lahir normal dan rendah OR=8,99. d Usia ibu saat mengandung anak Usia ibu saat mengandung anak berperan menjadi faktor risiko leukemia. Dalam hasil penelitian dari Pulina K. Bangun, et al 2013 dikemukakan bahwa ibu dengan usia ≥35 tahun memiliki risiko 1,5 kali lebih tinggi untuk anak terkena leukemia dibanding ibu dengan usia 20-34 tahun OR=2,2. e Usia ayah ketika ibu mengandung anak Usia ayah ketika ibu mengandung anak juga berperan menjadi factor risiko leukemia. Dalam hasil penelitian dari Pulina K. Bangun, et al 2013 dikemukakan bahwa ayah dengan usia ≥35 tahun memiliki risiko 1,55 kali lebih tinggi untuk anak terkena leukemia dibanding ayah dengan usia 35 tahun OR= 1.55. f Riwayat keguguran pada ibu Ibu yang pernah mengalami keguguran sebelum kelahiran anak memiliki risiko anak dengan leukemia 2,19 kali lebih tinggi untuk dibanding ibu yang tidak memiliki riwayat keguguran OR= 2.19 Xiaomei, 2005. g Riwayat pemberian ASI kepada anak Ibu yang tidak memberikan ASI pada anak sebagai makanan pokok utama pada usia bayi 0-1 tahun menjadikan anak berisiko 1,22 kali lebih tinggi untuk terkena leukemia dibanding anak yang mengkonsumsi ASI pada masa bayi OR= 1.22 Paulina, 2013. 2. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan meliputi, paparan radiasi, paparan insektisida rumah tangga, dan perilaku merokok orang tua. a Paparan radiasi sutet Rumah yang dekat dengan sumber radiasi seperti sutet, ataupun sering terpapar radiasi seperti radiasi ultraviolet menjadikan Anak memiliki risiko 4,73 kali lebih tinggi untuk terkena leukemia dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki paparan radiasi OR=4,73 Paulina, 2013. b Paparan insektisida rumah tangga Penggunaan insektisida rumah tangga seperti penggunaan obat nyamuk dapat menjadi faktor risiko terjadinya leukemia anak. Seperti hasil yang telah dikemukakan dalam penelitian bahwa anak dengan riwayat penggunaan insektisida rumah tangga memiliki risiko 5,25 kali lebih tinggi untuk terkena leukemia dibandingkan dengan anak yang tidak memiiki paparan insektisida OR=5,25 Paulina, 2013. c Perilaku merokok orang tua Orang tua yang memiliki perilaku merokok memberikan kontribusi dalam terjadinya leukemia anak. Polusi dari hasil pembakaran memiliki beberapa unsur bahan kimia berbahaya yang dapat menimbulkan kejadian kanker terutama leukemia pada anak. Hasil penelitian menyatakan bahwa orang tua yang memiliki perilaku merokok memiliki risiko 1,08 kali lebih tinggi untuk anak terkena leukemia dibandingkan anak dengan orang tua tidak merokok OR= 1.08 Paulina, 2013.

2.1.6 Tanda dan Gejala Leukemia