Perencanaan Penyelenggaraan Pendampingan Konseling dalam

52 lebih di istimewakan karena memiliki kekuasan yang lebih daripada perempuan. Hal tersebut diungkapkan oleh “FH” selaku pengelola dan konselor tindak KDRT sebagai berikut. “Latar belakang adanya program Pendampingan konseling ini dikarenakan banyaknya korban tindakan KDRT di masyarakat yang sebagaian besar masih memegang teguh budaya patriarki mas yang pada satu sisi memperkuat laki-laki dan sisi lai memperlemah posisi perempuan, yang pada akibatnya peremouan rentan mengalami kekerasan fisik, psikis, seksual, ekonomi maupun sosial. Adanya persoalan gender di masyarakat mendorong untuk melakukan penghapusan kekerasan terhadap perempuan.” Kekerasan yang dialami oleh klien KDRT menjadikan program pendampingan konseling sangat tepat untuk menyelesaikan permasalahannya, seperti yang diungkapkan oleh WS sebagai berikut : “Saya sering sekali mas mengalami tindak kekerasan di dalam kehidupan rumah tangga mulai dari di bentak kemudian di pukul dan saya tidak pernah di nafkahi semenjak saya tau suami saya punya WIL Wanita Idaman Lain, saya tidak mau bercerai dengan suami karena saya masih memikirkan masa depan anak saya, tapi hati saya tidak kuat mas untuk menjalani hidup dengan suami saya, sehingga saya memutuskan untuk mengikuti pendampingan konseling di Rifka Annisa ini.” Berdasarkan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang melatar belakangi berdirinya Rifka Annisa adalah, banyaknya tindakan KDRT yang terjadi di masyarakat karena adanya budaya patriarki yang masih banyak terjadi di masyarakat, dimana laki-laki memiliki kekuasaan lebih di bandingkan perempuan Istri.

b. Perencanaan Penyelenggaraan Pendampingan Konseling dalam

Pemberdayaan Perempuan Bagi Korban KDRT Program pendampingan konseling di Rifka Annisa dalam pemberdayaan perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga merupakan sebuah usaha 53 untuk memberikan perlindungan terhadap korban KDRT melalui pendampingan konseling yang dilakukan oleh konselor. Perencanaan pendampingan konseling di Rifka Annisa bagi korban KDRT klien akan bertemu dengan konselor untuk menceritakan masalah yang dialami oleh klien. Setelah itu konselor meminta klien untuk menggambar dasar rumah, pohon, manusia pada selembar kertas, jika klien sudah selesai menggambar dasar maka hasil dari gambar tersebut akan diberikan kepada seorang psikolog untuk di analisis agar dapat mengetahui keadaan dan kondisi psikologis klien. Klien yang terkendala jarak, maka pengelola telah mengadakan program penjangkauan. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh mbak “SR” selaku pengelola : “Kalo perencanaan biasannya klien datang untuk menemui konselor untuk menceritakan dan bertukar informasi dengan klient mas., selanjutnya klien akan diberikan sebuah kertas untuk menggambar dasar yang nantinya hasil dari gambar itu akan diberikan kepada psikolog untuk diketahui keadaan psikologinya.” Hal tersebut juga disampaikan oleh “BW” selaku konselor yang menyatakan bahwa : “Perencanaan kegiatan awalnya para korban kekerasan yang biasa kita sebut klien nantinya akan datang untuk melapor masalahnya ke pihak Rifka Annisa atau yang misalkan terkendala jarak bisa kita lakukan penjangkauan setelah itu klient akan bertemu dengan konselor untuk bertukar informasi melalui wawancara dan akan melakukan tes grafis.” Pernyataan lain juga di sampaikan oleh klient Rifka Annisa “RT” yaitu: “Pertama saya datang kesini saya di tanya identitas diri saya mas, kemudian saya disuruh untuk menggambar di sebuah kertas setelah itu saya melakukan pendampingan secara bertahap mulai dari saya disadarkan kemudian saya dikuatkan untuk menerima keadaan ini saya juga dilatih untuk bisa mengambil keputusan yang saya akan ambil, yang paling sulit yaitu saat saya sudah bisa mengambil keputusan dan saya harus berpisah 54 dengan konselor saya mas, karena konselor saya sudah tak anggap ibu kedua saya.” Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahap perencanaan meliputi : pertukaran informasi melalui wawancara dan menggambar dasar yang dilakukan oleh klien dan kemudian konselor menyerahkan hasil gambar ke psikolog guna mengetahui keadaan klien.

c. Pelaksanaan Pendampingan Konseling dalam Pemberdayaan Perempuan