21 awal melakukan pendampingan sampai klien bisa memutuskan sendiri apa yang
akan dia pilih.
C. Kekerasan dalam Keluarga
1. Pengertian Kekerasan Dalam Keluarga
Kekerasan dapat terjadi di dalam sebuah keluarga, apabila salah satu atau beberapa anggota keluarga menggunakan kekuasannya secara berlebih untuk
melakukan tindak kekerasan. Tindakan kekerasan dalam rumah tangga bisa di lakukan oleh siapa saja, seperti halnya suami dengan istri, orang tua dengan anak,
bahkan orang tua terhadap anak dan anggota keluarga lainnya. Kasus kekerasan dalam rumah tangga sulit sekali terungkap karena dianggap
sebagai maslah pribadi yang hanya di ketahui oleh anggota keluarga. Sulitnya mengungkap tindakan kekerasan dalam rumah tangga di karenakan masih
minimnya sosialisasi tentang kekerasan dalam rumah tangga dan belum berani untuk melapor ke Rifka Annisa selaku lembaga yang menangani korban
kekerasan KDRT. Menurut Sulistyowati Irianto 2006: 320 Dalam budaya hukum itu dapat dijumpai adanya nilai-nilai malu, aib, kehormatan keluarga,
kehendak Tuhan yang berdampak pada tidak terungkapnya kekerasan perempuan.
Tindakan kekerasan suami terhadap istri, merupakan bagian dari kekerasan dalam rumah tangga sekaligus bentuk kekerasan terhadap perempuan. Perempuan
yang sering sebagai obyek kekerasan dalam rumah tangga menjadi korban yang sangat di rugikan. Menurut UU No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yang dimaksud dengan kekerasan adalah :
22 “Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, danatau penelantaran rumah
tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga. Pasal 1, UU No. 23 Tahun 2004”.
Dalam Undang-undang tersebut, di tegaskan bahwa perempuan yang paling sering menjadi sasaran utama tindak kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini juga
menunjukkan perempuanlah yang paling sering dirugikan dalam setiap kasus kekerasan antara suami dengan istri. Status pernikahan yang menjadikan
perempuan sebagai istri dalam keluarga tidak menjadi jaminan terlepasnya tindakan kekerasan dalam rumah tangga, hal ini terbukti dengan banyaknya kasus
KDRT yang terjadi karena kurangnya pemenuhan kebutuhan. Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat yang terbentuk
karena adanya ikatan perkawinan. Keluarga seharusnya sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota di dalamnya. Keharmonisan keluarga dapat di
tandai dengan adanya rasa kebahagian dalam sebuah keluarga. Dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang menyatakan bahwa:
“Dasar Perkawinan adalah adanya ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pasal 1, UU No. 1 Tahun 1974”.
Hal ini menunjukkan bahwa keluarga seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anggota yang ada di dalamnya, karena keluarga dibangun dengan dasar
ikatan kebersamaan yang kuat di antara keduanya. Keluarga yang selama ini di yakini mampu memberikan perlindungan bagi penghuninya, ternyata tidak lepas
dari ancaman tindak kekerasan ketika karakter pasangannya berubah dari sifat
23 aslinya. Setiap anggota keluarga dapat pula mengalami tindak kekerasan oleh
anggota keluarga lainnya yang menyalah gunakan kekuasaan untuk melampiaskan rasa emosionalnya. Tindakan kekerasan yang terjadi di dalam lingkungan
keluarga sangat sering terjadi, namun ironisnya perempuan yang menjadi korban biasanya hanya pasrah menerima keadaannya.
2. Bentuk dan Jenis Kekerasan Terhadap Istri.