2.1.2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
2.1.2.1. Hipertensi Primer Lebih dari 90 kasus hipertensi memiliki penyebab yang tidak jelas, dan
disebut hipertensi primer atau hipertensi essensial. Hipertensi primer merupakan penyakit genetik multifaktorial, yang artinya penurunan gen abnormal pada
seorang individu akan memperbesar kemungkinan orang tersebut menderita hipertensi, ditambah lagi adanya faktor lingkungan dan gaya hidup seperti
konsumsi garam berlebihan dan stress psikososial. Gen yang terlibat dalam proses ini belum teridentifikasi, sehingga penentuan mekanisme terjadinya hipertensi
lebih difokuskan pada mengungkap gangguan fungsional yang terjadi akibat hipertensi. Aaronson, Ward, Wiener, Schulman, Gill, 2007.
2.1.2.2. Hipertensi Sekunder Kurang dari 10 kasus hipertensi dapat diidentifikasi penyebabnya dan
disebut hipertensi sekunder. Penyebab paling sering dari hipertensi sekunder antara lain: a penyakit renovaskular, mengganggu regulasi cairan danatau
mengaktifkan sistem rennin-angiotensin-aldosteron RAA, b gangguan endokrin, biasanya di korteks adrenal dan berhubungan dengan sekresi berlebihan
dari aldosteron, kortisol, danatau katekolamin, c kontrasepsi oral, yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah melalui aktivasi sistem RAA dan
hiperinsulinemia. Aaronson, Ward, Wiener, Schulman, Gill, 2007.
2.1.3. Faktor Resiko Hipertensi
Faktor resiko terjadinya hipertensi terbagi atas dua, yaitu yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
2.1.3.1 Faktor resiko yang dapat dimodifikasi a.
Merokok
Universitas Sumatera Utara
Lebih dari 400.000 orang, atau satu dari lima orang meninggal setiap tahun akibat merokok di Amerika Serikat. Rokok mengandung nikotin, zat
karsinogenik, dan 4000 jenis racun lainnya. Nikotin merupakan bahan utama dalam rokok yang menyebabkan sifat addiktif dari rokok. Zat-zat racun terutama
nikotin yang terkandung didalam rokok dapat menyebabkan penggumpalan di pembuluh darah sehingga menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh
darah. Bahan-bahan yang berasal dari endotel ini selanjutnya akan mengakibatkan hipertrofi struktural yang pada akhirnya akan mengakibatkan peningkatan curah
jantung danatau tahanan perifer. Burns, 2008. b.
Kurang aktifitas fisik Berbagai penelitian ilmiah telah membuktikan latihan fisik ringan hingga
sedang mampu menurunkan resiko terjadinya mortalitas akibat berbagai penyakit kardiovaskular pada pria dan wanita. Olahraga yang teratur dan efektif dapat
menurunkan resiko terjadinya hipertensi dan membantu menurunkan tekanan darah orang yang sudah menderita hipertensi. Olahraga yang dianjurkan yakni
jalan cepat 30 meter per jam setidaknya 30-45 menit setiap harinya secara teratur, bersepeda atau bekerja di sekitar rumah atau pekarangan. Froelicher,
Oka, Fletcher, 2003. c.
Obesitas Obesitas telah lama dikenal sebagai faktor penentu penting dari
peningkatan tekanan darah. Studi eksperimental menunjukkan bahwa peningkatan berat badan mengakibatkan peningkatan tekanan darah, begitu juga sebaliknya.
Namun, mekanisme yang mendasari hubungan ini masih kurang dipahami. Beberapa mekanisme yang dipercaya antara lain peningkatan aktivitas simpatetik,
retensi sodium dan cairan, abnormalitas ginjal, dan resistensi insulin. Sharma, 2003.
d. Asupan garam berlebihan
Universitas Sumatera Utara
Karena garam secara osmotis menahan air, dan karenanya meningkatkan volume darah dan berperan dalam kontrol jangka panjang tekanan darah, maka
asupan garam berlebihan secara teoris dapat menyebabkan hipertensi. Sherwood, 2009.
e. Diet yang kurang mengandung buah, sayuran dan produk susu
Studi DASH Dietary Approaches to Stop Hypertension menemukan bahwa diet rendah lemak kaya buah, sayur dan produk susu dapat menurunkan
tekanan darah pada orang dengan hipertensi ringan sama seperti pemberian terapi dengan satu jenis obat. Penelitian memperlihatkan bahwa asupan kalium tinggi
yang berkaitan dengan banyak makan buah dan sayur dapat menurunkan tekanan darah dengan melemaskan arteri. Selain itu, kurangnya asupan kalsium dari
produk susu diidentifikasi sebagai pola diet yang paling sering pada orang dengan hipertensi yang tidak diobati, meskipun peran kalsium dalam mengatur tekanan
darah masih belum jelas. Sherwood, 2009. f.
Stress psikososial Hubungan terjadinya hipertensi akibat stress psikososial diduga akibat
aktivitas berlebihan dari saraf simpatis sehingga mengakibatkan peningkatan kontraktilitas jantung dan pada akhirnya terjadi peningkatan curah jantung
danatau tahanan perifer. Yogiantoro, 2009. g.
Konsumsi alkohol Konsumsi alkohol kadar rendah hingga sedang 1-2 gelas per hari dapat
menurunkan resiko terjadinya penyakit seperti stroke, penyakit jantung koroner dan hipertensi hingga 30, namun konsumsi dalam kadar tinggi dapat merusak
otot jantung. Mackay and Mensah, 2004. 2.1.3.2 Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. Usia
Universitas Sumatera Utara
Beberapa perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskular dan tekanan darah pada proses menua antara lain: peningkatan tekanan darah sistolik tetapi
tekanan darah diastolik tidak berubah, peningkatan resistensi vaskular perifer, lapisan subendotel menebal dengan jaringan ikat,ukuran dan bentuk yang irregular
pada sel-sel endotel, dan berkurangnya vasodilatasi yang dimediasi beta- adrenergik. Setiati, Harimurti, Govinda R, 2009.
b. Genetik
Angiotensinogen adalah bagian dari jalur hormon yang menghasilkan vasokonstriktor kuat angiotensin II serta mendorong retensi garam dan air. Salah
satu varian gen pada manusia tampaknya berkaitan dengan peningkatan insidens hipertensi. Para peneliti berspekulasi bahwa versi gen yang dicurigai ini
menyebabkan sedikit peningkatan pembentukan angiotensinogen sehingga jalur penambah tekanan darah ini menjadi aktif. Sherwood, 2009.
c. Jenis kelamin
Dari berbagai penelitian, insidens hipertensi lebih banyak ditemukan pada pria dibandingkan wanita usia premenopause. Pada wanita faktor resiko terjadinya
hipertensi akan meningkat setelah masa menopause akibat perubahan aktivitas hormon. Mackay and Mensah, 2004.
d. Etnis
Berdasarkan studi epidemiologi, faktor resiko utama terjadinya penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, dislipidemia, merokok dan diabetes paling
banyak ditemukan pada populasi kulit putih. Anand, Ounpuu, Yusuf, 2003.
2.1.4. Patogenesis Hipertensi