c. Pemeriksaan fisik Postur tubuh, yakni berat dan tinggi badan serta denyut nadi harus
diperiksa. Pada pemeriksaan awal, pengukuran tekanan darah dilakukan pada kedua lengan, dan sebaiknya dilakukan dalam posisi telentang, duduk dan berdiri
untuk menentukan ada tidaknya hipotensi postural. Leher harus dipalpasi untuk melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid. Evaluasi adanya gejala gagal
jantung dan pemeriksaan neurologis juga dibutuhkan pada pemeriksaan fisik pasien hipertensi.
d. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium pada pasien hipertensi lebih difokuskan untuk
mencari bukti yang mengarah pada hipertensi sekunder dan apakah telah muncul komplikasi akibat hipertensi pada pasien.
Tabel 2.3. Pemeriksaan laboratorium dasar pada evaluasi awal pasien hipertensi
Sistem Tes
Renal Urinalisis mikroskopis, ekskresi albumin, serum BUN
Blood Urea Nitrogen danatau kreatinin. Endokrin
Serum sodium, potassium, kalsium dan TSH Metabolik
Gula darah puasa, total kolesterol, HDL, LDL, trigliserida
Lainnya Hematokrit, elektrokardiogram EKG
Sumber: Harrison’s Principles of Internal Medicine, 2008
2.1.8. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah: a target tekanan darah 14090 mmHg, untuk individu beresiko tinggi diabetes, gagal ginjal,
proteinuria 13080 mmHg, b penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular, dan c menghambat laju penyakit ginjal proteinuria. Selain
pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau kondisi penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga
mencapai target terapi masing-masing kondisi. Yogiantoro, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan farmakologis. Terapi non farmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien
hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor- faktor resiko serta penyakit penyerta lainnya. Terapi nonfarmakologis terdiri dari:
a Menghentikan rokok b Menurunkan berat badan berlebih
c Menurunkan konsumsi alkohol berlebihan d Latihan fisik
e Menurunkan asupan garam f Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak.
Yogiantoro, 2009. Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi
dianjurkan oleh JNC 7 adalah: a Diuretika, terutama jenis thiazide atau aldosterone antagonist
b Beta blocker
c Calcium channel blocker atau calcium antagonist d
Angiotensin converting enzyme inhibitor e Angiotensin II receptor blocker atau AT1 receptor antagonistblocker.
Yogiantoro, 2009.
2.1.9. Komplikasi Hipertensi
Jantung, otak, ginjal dan pembuluh darah merupakan organ target utama yang dapat mengalami kerusakan sebagai akibat dari peningkatan tekanan darah.
Tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama dari penyakit jantung koroner, dan komplikasi hipertensi pada jantung bertanggung jawab sebagai
penyebab meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas pada pasien hipertensi. Graettinger, 2002.
Berbagai kerusakan organ target sebagai komplikasi hipertensi menurut Graettinger 2002:
a. Komplikasi aterosklerosis
Universitas Sumatera Utara
Penyebab utama kematian pada pasien hipertensi adalah komplikasi akibat aterosklerosis. Penelitian eksperimental menunjukkan penurunan tekanan darah
secara signifikan hanya menurunkan sedikit angka kejadian komplikasi aterosklerosis, namun jika terapi difokuskan pada penurunan tekanan darah dan
perbaikan kadar kolesterol, hasilnya menjadi lebih baik. b. Disfungsi jantung
Gejala dari hipertensi adalah disfungsi tekanan darah sistolik dan diastolik. Penurunan fungsi tekanan darah sistolik dapat mengakibatkan infark miokard,
iskemia miokard, fibrosis danatau kardiomiopati. Disfungsi diastolik disebabkan langsung oleh hipertrofi ventrikel kiri LVH, dan mengakibatkan gejala gagal
jantung. c. Stroke
Hipertensi merupakan faktor resiko utama terjadinya stroke hemoragik dan infark serebral. Tekanan darah sistolik lebih berhubungan erat dengan kejadian
stroke dibandingkan tekanan darah diastolik. Terapi antihipertensi yang efektif dapat menurunkan resiko terjadinya stroke secara signifikan.
d. Penyakit ginjal hipertensi Nefrosklerosis dengan insufisiensi bahkan gagal ginjal kronis merupakan
karakteristik dari penyakit ginjal akibat hipertensi. Mikroalbuminuria merupakan marker dari disfungsi ginjal asimptomatik pada pasien hipertensi dengan disfungsi
ginjal. Kombinasi dari hipertensi dan diabetes mellitus dapat meyebabkan kerusakan lebih awal dan lebih progresif pada ginjal.
e. Aorta dan pembuluh darah perifer Aorta dan pembuluh darah perifer terlibat dalam patogenesis peningkatan
tekanan darah dan juga komplikasinya. Hipertensi berkontribusi besar pada kejadian aneurisma aorta abdominal melalui mekanisme aterosklerotik, juga pada
penurunan elastisitas pembuluh darah perifer.
Universitas Sumatera Utara
f. Mata Hipertensi yang tidak ditangani dapat menyebabkan kerusakan pada
vaskularisasi mata. Karateristik dari retinopati hipertensif adalah penyempitan lumen arteriolar, penumpukan eksudat dan papilledema.
2.2. Penyakit Ginjal Kronis PGK