mengkilap, kristal padat atau serbuk putih atau putih kekuningan, bau lemah dan berasa lemak. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam benzena, kloroform, dan
eter; larut dalam etanol 95; praktis tidak larut dalam air. Memiliki titik lebur 69
°
C-70
°
C. Penggunaannya dalam sediaan topikal sebesar 1-20, digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika direaksikan dengan basa Rowe, dkk., 2009.
b. Trietanolamin Trietanolamin merupakan cairan kental yang bening, tidak berwarna
sampai kuning pucat dan memiliki bau ammoniak yang lemah, bersifat sangat higroskopis, memiliki titik lebur 20
°
C-25
°
C dan pH 10,5. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam air, metanol, dan aseton. Digunakan sebagai bahan pengemulsi
dengan konsentrasi 0,5-3, menambah kebasaan, dan sebagai humektan Rowe, dkk., 2009.
2.5.1.4 Nipakombin
Pengawet yang digunakan adalah nipakombin, yaitu 0,12 metil paraben nipagin yang ditambahkan dalam fase air, dipanaskan sampai 60
°
C, dan 0,1 propil paraben nipasol yang ditambahkan dalam fase minyak, juga dilarutkan
dengan pemanasan Balsam, 1972. a.
Metil Paraben Nipagin Metil paraben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih;
tidak berbau atau hampir tidak berbau dan berasa sedikit terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida; mudah
larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air 80
°
C. Penggunaan dalam sediaan topikal sebanyak 0,02-0,3 sebagai antimikroba, efektif pada pH 4-8
Rowe, dkk., 2009.
Universitas Sumatera Utara
b. Propil Paraben Nipasol
Propil paraben merupakan serbuk kristal putih, tidak berbau, dan tidak berasa. Kelarutannya yaitu sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol,
dan dalam eter; sukar larut dalam dalam air mendidih. Penggunaannya dalam sediaan topikal sebanyak 0,01-0,6 sebagai antimikroba Rowe, dkk., 2009.
2.5.1.5 Butilhidroksitoluen
Butilhidroksitoluen merupakan serbuk atau kristal padat putih atau kuning pucat dengan bau fenol lemah. Kelarutannya yaitu tidak larut dalam air, gliserin,
propilen glikol, larutan alkali hidroksida; larut dalam etanol, eter, metanol, benzene, toluen, dan minyak mineral. Titik lebur adalah 70
°
C. Dalam sediaan topikal digunakan sebagai antioksidan, untuk menghambat atau mencegah
ketengikan oksidatif dari lemak dan minyak, dan mencegah hilangnya aktivitas vitamin larut minyak, penggunaannya sebanyak 0,0075-0,1 Rowe, dkk.,
2009.
2.5.1.6 Oleum Rosae
Minyak mawar adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan uap bunga segar Rosa gallica L., Rosa damascena Miller, Rosa alba L., dan
varietas Rosa lainnya. Pemeriannya yaitu berupa cairan tidak berwarna atau kuning, bau menyerupai bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25
o
C kental, dan jika didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi massa hablur bening yang jika
dipanaskan mudah melebur. Kelarutannya yaitu larut dalam kloroform Ditjen POM, 1979.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan sampel, pembuatan sari, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji
iritasi terhadap sukarelawan, dan uji kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit.
3.1 Alat-Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : viskometer Brookfield, pH meter Hanna Instruments, blender National, neraca listrik
Boeco Germany, pengering beku Modulyo “Edwards”, mikroskop Boeco Germany, lumpang porselen, stamfer, objek dan dek gelas, alat-alat gelas, kain
kasa, penangas air, spatel, sudip, pot plastik, selotip transparan.
3.2 Bahan-Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Asam stearat, lanolin, setil alkohol, gliserin, trietanolamin, akuades, metil paraben, propil
paraben, BHT, oleum rosae, silika gel, sari kacang kedelai, Vaselin
®
Total Moisture lotion Produksi PT Unilever Indonesia, Tbk, metil biru, larutan dapar
pH asam 4,01, larutan dapar pH netral 7,01.
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan
Universitas Sumatera Utara