menjadikan para siswa itu menjadi sangat tertarik karena mereka merasa memiliki terhadap forum itu. Dibanding dengan pendekatan secara monolog, pihak guru
berbicara, pidato di depan, tanpa ada sesi Tanya jawab, menjadikan para siswa itu dihinggapi rasa jenuh dan malas.
Akhirnya proses transfer pengetahuan dan penyebaran ilmu agama itu memungkinkan akan terjadi kegagalan, bila tidak dikatakan jam pelajaran itu
bubar. Pemilihan metode ini, penulis menganalisa cukup penting, terutama bila melihat siswa pada usia remaja yang berusaha ingin menunjukkan diri secara
psikologis tentang jati dirinya. Forum pengajaran seperti yang berlaku di sekolah
SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ini cukup memberikan ruang terbuka bagi para siswa.
Dalam kondisi ini pun penulis melihat transfer pengetahuan dan penyebaran nilai-nlai agama Islam itu tidak dilakukan secara paksa atau dijejali
pikiran dan otak para siswa itu. Melainkan proses ini berlangsung secara terbuka dan kritis bagi para siswa, untuk bertanya, mendebat, atau bahkan menyangkal
berbagai hal tentang persoalan sosial keagamaan.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Dakwah
Meski demikian, penulis tidak hanya melihat secara luaran atau
permukaan saja dari pengembangan program dakwah yang dilakukan sekolah
SMK Islam Assa’adatul Abadiyah tersebut. Tapi penulis melihat terdapat sejumlah faktor penunjang yang memungkinkan program itu berjalan dengan
baik.
Dalam pelaksanaannya program dakwah yang dikembangkan oleh pihak
sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah dilihat penulis cukup berhasil, dengan
melihat sejumlah indikator seperti semakin baiknya tingkat prestasi siswa dan tingkat perilaku siswa sehari-hari di sekolah dan di masyarakat. Keberhasilan ini
bukan tangan kosong, melainkan didukung oleh sejumlah faktor, di antaranya: 1.
Tenaga Pengajar. Faktor ini menjadi sangat penentu pengembangan program dakwah selama
ini yang dilakukan di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. Tenaga pengajar
atau mentoring yang selama ini memberikan pengajaran dan penyebaran agama Islam merupakan orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan yang
sangat memadai dalam setiap bidangnya. Umumnya guru yang mengajar di
sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ini adalah lulusan paling rendah adalah
S1 atau sarjana. Lebih diutamakan lagi bagi para guru agama dan mentoring adalah mereka
yang memiliki basis pengetahuan agamanya dari pesantren dan lulusan dari perguruan tinggi Islam, seperti IAIN atau UIN. Hal ini menjadi faktor yang sangat
menentukan kelangsungan program pengembangan dakwah di sekolah SMK
Islam Assa’adatul Abadiyah ini berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. 2.
Faktor Sarana dan Prasarana
Seperti disebutkan di atas sarana pendidikan di sekolah SMK Islam
Assa’adatul Abadiyah sangat cukup memadai. Untuk pengembangan program dakwah ini ditunjang oleh fasilitas rumah ibadah dan mushalla yang cukup
representative serta referensi buku keagamaan yang memadai. Ketersediaan
perpustakaan bagi materi dan buku-buku keagamaan yang memadai inilah yang menjadi faktor lainnya, selain guru, pendukung kelangsungan program
pengembangan dakwah.
53
3. Metode Pengajaran
Metode pengajaran yang aspiratif dan menekankan kepada partisipasi aktif para siswa menjadikan setiap pengjaran keagamaan itu berlangsung dengan baik.
Ruang yang bebas di luar kelas serta pembahasan menyangkut berbagai persoalan yang dihadapi menjadikan para siswa itu turut aktif dalam setiap pengajaran.
Faktor pemilihan cara atau metode pengajaran merupakan faktor yang cukup signifikan dalam proses keberhasilan pendidikan. Karenanya ini cukup
disadari dan kemudian direalisasikan dalam proses pengajaran di sekolah SMK
Islam Assa’adatul Abadiyah, terutama pada mata pelajaran keagamaan. Bagaimanapun disadari, sebuah materi yang bagus dan menarik, bila disampaikan
dengan metode yang kurang tepat akan menjadikan para siswa itu malas dan enggan untuk mengikuti pelajaran tersebut.
4. Faktor Lingkungan Pendidikan
Penulis melihat lingkungan yang kondusif untuk belajar sangat menentukan keberhasilan dari pendidikan itu sendiri. Dalam konteks ini pun yang
ditemukan penulis ketika melihat dan meneliti lingkungan pendidikan yang
berkembang di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah.
53
+ -
=
+ -
? -
F E
4
Lokasinya yang strategis berada di pusat kota menjadikan sekolah ini sangat aksesible terhadap berbagai persoalan baik mulai dari persoalan sosial,
agama, maupun budaya, terutama yang terjadi di Jakarta. Letaknya yang berada di tengah masyarakat menjadikan, para siswa itu mudah belajar bergaul dan
bersosialisasi terkait dengan isu sosial keagamaan yang berkembang saat itu. Letaknya yang berada di pusat kota itu pun ternyata tidak membuat sekolah ini
bising dan tidak kondusif untuk belajar, tapi sebaliknya ini sangat mendukung. Karena letaknya yang menjorok dari jalan utama, menjadikan ia tidak ramai dari
suara bising lalu lintas jalan raya. Dalam kondisi inilah proses belajar mengajar siswa dapat berjalan dengan
baik tanpa gangguan sedikitpun.
Meski demikian, tidak terlepas program pengembangan dakwah di sekolah
SMK Islam Assa’adatul Abadiyah dari sejumlah persoalan yang bila dibiarkan akan menjadi hambatan yang cukup serius dan akan mengganggu proses belajar
mengajar. Penulis melihat, faktor input, dalam hal ini adalah murid atau siswa
menjadi faktor yang tidak kalah menentukannya berjalan tidaknya proses belajar mengajar. Karena disadari bila para siswanya yang mendapat pengajaran itu
merupakan siswa unggulan dengan NEM yang tinggi tentu saja akan dengan mudah proses pengajaran itu berlangsung dan hasilnya pun akan sangat
memuaskan, Karena didukung oleh murid yang pandai, sehingga mereka akan dengan mudah dan cepat menerima pelajaran.
Bertolak dari penjelasan kepala sekolah di atas bahwa, banyak siswa yang
bersekolah di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ini merupakan siswa
yang tidak lulus dari ujian SMK atau SMA Negeri, dan bahkan ada yang sama sekali tidak ikut ujian karena nilai NEM-nya yang kecil sehingga hal ini menjadi
tantangan yang cukup serius bagi pihak sekolah untuk menjadikan dan menghasilkan alumni yang berkualitas. Tentunya diakui oleh kepala sekolah
dengan berbagai program unggulan pengajaran. Untuk itu penulis sepakat bahwa dari hasil temuan di lapangan
memperlihatkan bahwa proses pengajaran dan belajar mengajar terbukti kurang berjalan dengan baik karena siswanya tidak cukup pandai. Tentu saja ini menjadi
tugas berat bagi para guru dan pihak sekolah umumnya untuk menjadikan para siswa ini lebih pandai dan mampu mengakses pelajaran yang diajarkan oleh pihak
sekolah.
3. Indikator Keberhasilan Pengembangan Program Dakwah