Uji Validitas Instrumen UJI COBA INSTRUMEN

mengetahui apakah item-item tersebut dapat diandalkan konsistensinya. Uji coba angket diberikan kepada responden dalam hal ini siswa kelas IV diluar populasi. Hal tersebut dilakukan agar kerahasiaan dari instrumen yang dibuat tetap terjaga dan terjamin. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Burhan Bugin 2014: 169 bahwa instrumen penelitian harus diuji akurasinya terhadap responden. Uji coba ini merupakan keharusan apabila peneliti ingin menghindari kegagalan total dalam pengumpulan data. Hal ini mengingat biasanya sebuah instrumen penelitian yang telah dinyatakan siap dipakai tetapi belum diuji coba mengandung beberapa kelemahan terutama pada penggunaan bahasa, indikator, maupun pengukurannya. Terutama pada instrumen angket penelitian instrumen harus mampu secara efektif berperan sebagai peneliti artinya responden berhadapan langsung dengan penelitian. Pelaksanaan uji coba instrumen sama saja dengan pelaksanaan penelitian sebenarnya. Hanya saja pelaksanaan uji coba instrumen lebih bersifat simulasi. Oleh karena itu sampel uji coba instrumen adalah orang-orang yang memiliki kemiripan yang sepadan dengan sampel penelitian sebenarnya, walaupun besar jumlahnya tidak mesti sama.

3.8.1 Uji Validitas Instrumen

Menurut Sugiyono 2012: 176, instrumen dikatakan valid apabila alat ukur tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur atau diinginkan sehingga alat ukur dikatakan shahih jika dapat mengungkapkan secara cermat dan tepat dari variabel yang diteliti. 3.8.1.1 Validitas Konstruk Untuk menguji validitas konstruk dapat digunakan pendapat dari ahli. Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Para ahli akan memberi keputusan apakah instrumen tersebut dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total Widoyoko, 2015: 146. Dalam penelitian ini para ahli yang dimaksud ialah Drs. Jaino, M.Pd., dan Sutji Wardhayani, S.Pd., M.Kes. sebagai dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2. Setelah angket tersebut divalidasi oleh ahli selanjutnya angket diujicobakan kepada respondensubjek yang dapat dikatakan mempunyai karakteristik hampir sama dengan subjek penelitian. Oleh karenanya dalam penelitian ini angket diujicobakan pada subjek di luar sampel yang telah ditentukan. Hal tersebut dilakukan agar kerahasiaan instrumen dapat terjaga dengan baik. Angket diuji cobakan kepada subjek yang memiliki karateristik hampir sama dengan subjek penelitian sebanyak 39 siswa yang berasal dari SD Negeri 01 Undaan Kidul Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus yang berada diluar Gugus Wibisono. 3.8.1.2 Validitas Butir Setelah pengujian konstruk dari ahli dilakukan kemudian dilanjutkan dengan uji coba di lapangan, hal ini bertujuan untuk mengetahui validitas butir instrumen. Tidak menutup kemungkinan secara konstruk teoritis instrumen tersebut sudah valid karena sudah disusun berdasarkan konsep serta indikator- indikator dari variabel yang akan diukur namun setelah diujicobakan di antara butir-butir instrumen ada yang tidak valid sehingga mengurangi validitas instrumen secara keseluruhan Widoyoko, 2014:176. Jadi untuk mengetahui apakah instrumen tersebut sudah benar mengukur apa yang seharusnya diukur dalam penelitian ini angket yang digunakan terlebih dahulu diuji validitasnya. Rumus yang digunakan ialah rumus korelasi sederhana yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi Product Moment. Adapun rumus yang dimaksud adalah: ∑ ∑ ∑ √{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ } Keterangan: = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = skor butir Y = skor soal N = jumlah responden uji coba Eko Putro Widoyoko, 2015: 147 Selanjutnya apakah setiap butir dalam instrumen itu valid atau tidak, dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total Y. Jadi untuk keperluan ini ada tujuh koefisien korelasi yang perlu dihitung. Bila harga korelasi di bawah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid sehingga harus diperbaiki atau dibuang Sugiyono, 2013: 178. Hal senada diungkapkan oleh Widoyoko 2014: 156 bahwa apabila r xy hitung lebih besar atau sama dengan r xy tabel r h ≥ r t pada taraf signifikansi 5, artinya instrumen tersebut dapat dikatakan valid. Begitu juga sebaliknya apabila r xy hitung lebih kecil atau sama dengan r xy tabel r h ≥ r t pada taraf signifikansi 5, kesimpulannya instrumen tersebut tidak valid. Setelah angket diujicobakan pada 39 responden di SD Negeri 01 Undaan Kidul, maka diperoleh data yang kemudian ditabulasikan untuk memperoleh skor guna menghitung hasil uji coba. Untuk memudahkan dalam menghitung validitas hasil uji coba, peneliti menggunakan Ms.Exel versi 2007. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh hasil untuk uji coba angket lingkungan sekolah dari 55 pertanyaan diperoleh 42 pertanyaan yang valid sedangkan 13 pertanyaan tidak valid. Berikut soal yang valid dan tidak valid. Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Nomor Soal Valid Tidak Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 15, 16, 18, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 47, 49, 50, 51, 52, 53, 55. 7, 13, 14, 17, 19, 23, 25, 30, 35, 38, 46, 48, 54. Jumlah 42 13 Sumber: Hasil Pengolahan Data Program Ms. Excel versi 2007 Keterangan: a. Nomor soal yang valid sebanyak 42 butir yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 15, 16, 18, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 47, 49, 50, 51, 52, 53, dan 55. b. Nomor soal yang tidak valid sebanyak 13 butir yaitu nomor 7, 13, 14, 17, 19, 23, 25, 30, 35, 38, 46, 48, dan 54.

3.8.2 Uji Reliabilitas Instrumen