13 Evaluator. Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyeluruh aspek
ekstrinsik dan intrinsik.
2.1.8 Kedudukan Siswa
2.1.8.1 Anak Didik sebagai Pokok Persoalan Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang
atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sebagai pokok persoalan, anak didik memiliki kedudukan yang menempati posisi yang
menentukan dalam sebuah interaksi. Guru tidak mempunyai arti apa –apa tanpa
kehadiran anak didik sebagai subjek pembinaan. Jadi, anak didik adalah kunci yang menentukan untuk terjadinya interaksi edukatif.
Guru perlu memahami karakteristik anak didik sehingga mudah melaksanakan interaksi edukatif. Kegagalan menciptakan interaksi edukatif yang
kondusif, berpangkal dari kedangkalan pemahaman guru terhadap karakteristik anak didik sebagai individu.
2.1.8.2 Pembawaan dan Lingkungan Anak Didik Sesungguhnya situasi interaksi edukatif tidak bisa terlepas dari pengaruh
latar belakang kehidupan anak didik. Untuk itulah pembawaan dan lingkungan anak didik perlu dibicarakan untuk mendapatkan gambaran mengenai faktor
– faktor yang mempengaruhi anak didik sebelum ia masuk lembaga pendidikan
formal.
Perkembangan dan kematangan jiwa seseorang anak dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan lingkungan. Lingkungan dapat dijadikan tempat untuk
kematangan jiwa seseorang.
2.1.9 Media Pendidikan
2.1.9.1 Media Pendidikan dan Proses Belajar Mengajar Kata media secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan
demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan Djamarah dan Zain, 2010: 120. Sedangkan menurut Gerlach dan Ely
dalam Arsyad, 2009: 3 menyatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Sedangkan menurut Hasbullah 2015: 5 pendidikan adalah suatu proses
bimbingan, tuntutan atau pimpinan yang didalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya.
Karena media adalah sebuah alat untuk menyampaikan pesan pembelajaran maka disebut dengan media pembelajaran. Dalam proses belajar
mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan
menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat
mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media.
Dengan demikian anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan
media Djamarah, 2010: 136. Dengan demikian media adalah alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.
2.1.9.2 Jenis dan Karakteristik Media Media yang dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis tetapi
sudah lebih dari itu. Klasifikasi media menurut Djamarah dan Zain 2010: 140 adalah sebagai berikut:
a Media auditif, yakni media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam
pendengaran. b Media visual, adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan.
Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam, foto, lukisan, mapun cetakan.
c Media audiovisual, adalah media yang mempunyai unsure suara dan unsure gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena kedua
jenis audia dan visual masuk. Sedangkan menurut Arsyad 2014: 35 jenis-jenis media yaitu:
1 Proyektor transparansi OHP, adalah visual baik berupa huruf, lambang, gambar, grafik atau gabungannya pada lembaran bahan tembus pandang atau
plastic yang dipersiapkan untuk diproyeksikan ke sebuah layar atau dinding melalui sebuah proyektor. OHP dirancang untuk dapat digunakan di depan
kelas sehingga guru dapat selalu berhadapan atau menatap siswa. 2 Rekaman audio-tape. Pesan dan isi pelajaran dapat direkam pada tape
magnetic sehingga hasil rekaman itu dapat diputar kembali pada saat
diinginkan. Hal itu dimaksudkan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sebagai upaya mendukung terjadinya proses
belajar. 3 Slide, adalah suatu film transparansi dengan bingkai. Film bingkai
diproyeksikan melalui slide projector. 4 Film dan Video. Kemampuan film dan video melukiskan gambar hidup dan
suara memberinya daya tarik tersendiri. Kedua jenis ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan.
5 Televisi, adalah sistem eletronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama melalui kabel atau ruang. Televisi pendidikan adalah
penggunaan program video yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa yang menyiarkannya.
6 Komputer, adalah mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi informasi yang diberi kode, mesin elektronik yang otomatis melakukan
pekerjaan dan perhitungan sederhana dan rumit. 2.1.9.3 Peralatan Media
Menurut Arsyad 2014: 35 peralatan media meliputi: 1. Peralatan Proyeksi, meliputi: OHP, microform reader untuk membaca
bahan-bahan yang disimpan pada film dalam bentuk mikro, proyektor film rangkai film strip projector untuk memproyeksikan film rangkai, proyektor
film bingkai, proyektor film gelang untuk memutar film gelang, dan proyektor film.
2. Peralatan Audio, meliputi: radio kaset audio untuk memutar program audio dalam bentuk kaset, radio dan perekam kaset audio dengan tambahan
penguat suara amplifier dan loudspeaker untuk keperluan pemakaian di sebuah ruangan yang besar, perekam kaset audio sinkron untuk
kelengkapan penyajian film bingkai bersuara secara otomatis, dan video. 2.1.9.4 Prinsip-Prinsip Desain Multimedia
Dalam pembelajaran, multimedia sangat membantu guru dalam menyampaikan materi. Multimedia pembelajaran bukan hanya sekedar perpaduan
berbagai berbagai media tanpa ada landasan atau pendekatan sebagai dasar pembelajarannya. Menurut Arsyad 2014: 93 prinsip-prinsip multimedia
diantaranya: 1 Prinsip Multimedia, bahwa siswa bisa belajar lebih baik dari kata-kata dan
gambar-gambar daripada kata-kata saja. Karena dinamakan multimedia berarti wajib mampu mengkombinasikan berbagai media menjadi satu kesatuan yang
harmonis. 2 Prinsip Keterdekatan, terdiri atas keterdekatan ruang yakni keterdekatan
waktu. Keterdekatan ruang bahwa siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata tercetak dan gambar-gambar yang terkait disajikan saling berdekatan daripada
disajikan saling berjauhan. Sedangkan keterdekatan waktu bahwa siswa bisa belajar lebih baik jika kata-kata ternarasikan dan gambar-gambar yang terkait
disajikan pada waktu yang sama. 3 Prinsip Modalitas, bahwa siswa bisa belajar lebih baik dari animasi dan narasi
daripada dari animasi dan kata tercetak di layar. Hendaknya menarasikan teks
daripada menyajikan teks tercetak di layar saat gambar menjadi fokus kata- kata dan saat keduanya disajikan pada waktu yang bersamaan.
4 Prinsip Koherensi, bahwa siswa bisa belajar lebih baik jika hal-hal ekstra disisihkan dari sajian multimedia. Karena pembelajaran siswa akan terganggu
jika gambar-gambar menarik namun tidak relevan ditambahkan, pembelajaran siswa terganggu jika suara dan musik menarik namun tidak relevan
ditambahkan, serta pembelajaran siswa akan meningkat jika kata-kata yang tidak dibutuhkan disisihkan dari presentasi multimedia.
5 Prinsip Redundansi, bahwa siswa belajar lebih baik dari gambar dan narasi daripada gambar, narasi, dan teks tercetak di layar. Karena siswa akan lebih
memperhatikan teks tercetak di layar daripada ke gambar yang berkaitan. 6 Prinsip Personalisasi, hendaknya pengembangan multimedia menggunakan
gaya percakapan dalam narasi dari pada gaya formal. Megekspresikan informasi dalam gaya percakapan merupakan cara untuk mempersiapkan
proses kognitif siswa. 7 Prinsip Segmentasi dan Pra Latihan, bahwa materi pelajaran yang besar
dipecah menjadi segmen-segmen yang kecil dan siswa dipastikan mengetahui nama dan karakteristik konsep-konsep penting.
8 Prinsip Perbedaan Individual. Pengaruh desain lebih kuat terhadap siswa berpengetahuan rendah daripada berpengetahuan tinggi dan terhadap siswa
berkemampuan spasial tinggi daripada berspasial rendah.
2.1.10 Hasil Belajar