Afiksasi Pembentuk Kata Kerja verba
Ada sejumlah kata berprefiks ber- yang tidak bermakna gramatikal, melainkan bermakna idiomatikal. Misalnya: berpulang dengan makna
„meninggal’, bersalin dengan makna „melahirkan’.
29
2. Prefiks per-
Verba berprefiks per- adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Verba berprefiks per- dapat digunakan dalam:
1 kalimat imperatif, 2 kalimat pasif yang berpola: aspek + pelaku + verba, 3 keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang +
aspek + pelaku + verba.
30
Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal, yaitu:
31
Makna gramatikal „jadikan lebih’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna + keadaan atau + situasi. Contoh: percepat, ar tinya „jadikan lebih
cepat’, perluas, artinya „jadikan lebih luas’, dan sebagainya. Makna gramatikal „anggap sebagai’ atau „jadikan’ apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna + sifat khas. Contoh: peristri , artinya „jadikan istri’,
perteman, artin ya „jadikan teman’, dan sebagainya. Makna gramatikal „bagi’
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + jumlah atau + bilangan. Contoh: perlima
, artinya „bagi lima’, perseribu, artinya „bagi seribu’.
Verba berprefiks per- dapat menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif dalam bentuk verba berklofiks memper-, diper- atau terper-, di
samping prefiks per- adapula partikel per yang memiliki makna „tiap-tiap …’
atau „mulai …’. Contoh: per 1 April, artinya „mulai 1 April’.
29
Ibid., h. 112.
30
Ibid., h. 124.
31
Ibid., h. 124-126.
3. Prefiks me-
Verba berprefiks me- dapat berbentuk me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-. Bentuk atau alomorf me- digunakan apabila bentuk dasarnya
dimulai dengan fonem | r, l, w, y, m, n, ny dan ng |.
32
Contoh: merawat, melekat, mewarisi, meyakini, memerah, melompati, menyala, menganga.
Bentuk atau alomorf mem- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem | b, p, f, dan v |. Dengan catatan fonem | b, f, dan v | tetap terwujud,
sedangkan fonem | p | tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal dari prefiks itu.
33
Contoh: membawa, memfitnah, memutuskan. Namun, perlu dicatat dalam kenyataan bahasa ada sejumlah kata, terutama
yang berasal dari bahasa asing, yang meskipun diawali dengan fonem | p |, fonem itu tidak diluluhkan. Contoh: mempunyai, memprotes, mempengaruhi.
Bentuk men- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem | d dan t |. Dengan catatan fonem | d | tetap diwujudkan sedangkan fonem | t |
tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada prefiks tersebut.
34
Contoh: menduda, mendengar, menulis, menerobos. Namun, ada sejumlah kata berprefiks me-, tetapi fonem | t | pada awal bentuk
dasarnya tidak diluluhkan atau disenyawakan, seperti mentradisi, mentraktor. Bentuk meny- digunakan apabila fonem awal bentuk dasarnya adalah
fonem | c, j dan s |. Bunyi | ny | pada prefiks diganti atau dituliskan dengan huruf n pada dasar yang dengan fonem | c dan j|, sedangkan yang mulai
dengan fonem | s |, fonem s-nya diluluhkan.
35
Contoh: mencuri lafalnya: menycuri, mencicil lafalnya: menycicil, menjual lafalnya: menyjual,
menyikat, menyusul.
32
Ibid., h. 130.
33
Ibid.,
34
Ibid., h. 131.
35
Ibid., h. 132.
Dalam bahasa keseharian, terutama kata serapan dari bahasa asing, fonem
s pada bentuk dasarnya tidak diluluhkan. Contoh: mensukseskan, mens
tandarkan, mensosialisasikan.
Bentuk meng- digunakan apabila bentuk dasarnya mulai dengan fonem |k, g, h, kh, a, i, u, e, dan o |. Fonem | k | tidak diwujudkan, melainkan
disenyawakan dengan nasal yang ada pada prefiks itu, sedangkan fonem- fonem yang lain tetap diwujudkan.
36
Contoh: mengirim, menggali, mengiris, mengumpulkan.
Bentuk menge- digunakan apabila bentuk dasarnya terdiri dari sebuah suku kata. Contoh: mengebom, mengecat, mengetes.
Perlu dibedakan adanya dua macam prefiks me-, yaitu prefiks me-inflektif dan prefiks me- derivatif. Beda keduanya prefiks me- inflektif secara
gramatikal dapat diganti dengan prefiks di- inflektif atau prefiks ter- inflektif. Prefiks me- derivatif tidak dapat diganti dengan prefiks di- maupun prefiks
ter-.
37
Bentuk dasar verba berprefiks me- inflektif memiliki komponen makna + tindakan dan + sasaran. Jadi, bentuk dasar dalam pembentukan verba
inflektif, selain berbentuk morfem dasar atau akar juga termasuk verba bersufiks
–kan, bersufiks –i, berprefiks per-, berkonfiks per-kan, dan berkonfiks per-i. Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal
„melakukan dasar’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + tindakan dan + sasaran. Contoh: menulis, artin
ya, „melakukan tulis’. Verba berprefiks me-
inflektif memiliki makna gramatikal „melakukan kerja dengan alat’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + tindakan dan +
36
Ibid.,
37
Ibid., h. 134.
alat. Contoh: memahat , artinya „melakukan kerja dengan alat pahat’,
mengunci „melakukan kerja dengan alat kunci’.
Verba berprefiks me- inf lektif memiliki makna gramatikal „melakukan
kerja dengan bahan’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + tindakan dan + bahan. Contoh: mengecat,
artinya, „melakukan kerja dengan bahan cat’, menyemen, artinya „melakukan kerja dengan bahan
semen’. Selanjutnya, verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal „membuat dasar’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna +tindakan dan + benda hasil. Contoh: mematung, artinya, „membuat patung’, menggambar, artinya, „membuat gambar’.
Selain verba berprefiks me- inflektif ada juga verba berprefiks me- derivatif yaitu verba yang memiliki makna gramatikal „makan, minum,
mengisap’ bentuk dasarnya memiliki komponen makna + makanan atau +
minuman atau + isapan. Contoh: menyate , artinya „makan sate’ dan
merokok , artinya „mengisap rokok’. Makna gramatikal menyoto dan menyate
bisa menjadi „membuat’ tergantung pada konteks kalimatnya. Verba berprefiks me-
derivatif memiliki makna gramatikal „mengeluarkan dasar’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + bunyi atau
+ suara. Contoh: mengeong, artinya, „mengeluarkan bunyi ngeong’ dan
mencicit, art inya „mengeluarkan bunyi cicit’. Verba berprefiks me- derivatif
memiliki makna gramatikal „menjadi dasar’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + keadaan warna, bentuk, situasi. Contoh:
menua, artinya„menjadi tua’, memerah, artinya „menjadi meah’. Verba
berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal „menjadi seperti’ apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna + sifat khas. Contoh: membatu, artinya „menjadi seperti batu’, mengapur, artinya, „menjadi seperti kapur’.
Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal „menuju’
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + arah. Contoh: mengudara, artinya
„menuju udara’, menepi, artinya „menuju tepi’. Selanjutnya, verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal
„memperingati’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + bilangan, + hari atau + bulan. Contoh: menujuh bulan, artinya
„memperingati bulan ketujuh kehamilan’, menyeratus hari, artinya „memperingari hari keseratus kematian’.
4. Prefiks di-
Ada dua macam verba berprefiks di-, yaitu verba berprefiks di-inflektif dan verba berprefiks di- derivatif. Verba berprefiks di- inflektif adalah verba
pasif. Makna gramatikalnya adalah kebalikan dari bentuk aktif verba berprefiks me- inflektif. Selanjutnya, pada verba berprefiks di- derivatif sejauh
data yang diperoleh hanya ada kata dimaksud, yang lain tidak ada.
38
5. Prefiks ter-
Ada dua macam verba berprefik ter- yaitu verba berprefiks ter- inflektif dan verba berprefiks ter- derivatif. Verba berprefiks ter- inflektif adalah
verba pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflektif.
39
Makna gramatikal verba berprefiks ter- inflektif, selain sebagai kebalikan pasif keadaan dari
verba berprefiks me- inflektif, juga memiliki makna gramatikal. Verba berprefiks ter-
inflektif memiliki makna gramatikal „dapat sanggup’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + tindakan
dan + sasaran. Contoh: terbawa , artinya „dapat dibawa’, terangkut, artinya
„dapat diangkut’. Selanjutnya verba ini juga memiliki makna gramatikal „tidak
38
Ibid., h. 138-139.
39
Ibid., h. 139-141.
sengaja’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + tindakan dan + sasaran. Contoh: terlihat
, artinya „tidak sengaja dapat dilihat’, terbaca
, artinya „tidak sengaja dibaca’. Selain itu, verba ini juga memiliki makna gramatikal „sudah terjadi’
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + tindakan dan + keadaan. Contoh: terjepit
, artinya „sudah terjadi jepit’, tertabrak, artinya „sudah terjadi tabrak’, dan sebagainya. Verba ini juga memiliki makna
gramatikal „yang di dasar’ apabila digunakan sebagai istilah bidang hukum.
Contoh: tertuduh , artinya „yang dituduh’, terdakwa, artinya „yang didakwa’.
Seperti yang telah dipaparkan di atas, selain verba berprefiks ter- inflektif, verba berprefiks ter- derivatif juga memiliki makna gramatikal, yaitu
makna gramatikal „paling’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + keadaan. Contoh: terbaik
, artinya „paling baik’. Selain itu, verba ini juga memiliki makna gramatikal „dalam keadaan’ apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna + keadaan dan + kejadian. Contoh: terpasang
, artinya „dalam keadaan pasang’, terdampar, artinya „dalam keadaan dampar’. Makna gramatikal yang lain yaitu makna gramatikal „terjadi
dengan tiba- tiba’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna +
kejadian. Contoh: terpeluk , artinya „tiba-tiba memeluk’, teringat, artinya
„tiba-tiba ingat’. 6.
Prefiks ke- Verba ini digunakan dalam bahasa ragam tidak baku. Fungsi dan makna
gramatikalnya sepadan dengan verba berprefik ter-.
40
Contoh: kebaca sepadan dengan terbaca, kebawa sepadan dengan terbawa.
40
Ibid., h. 141-142.
7. Konfiks dan Klofiks ber-an
Verba ini memiliki dua macam proses pembentukan. Pertama, yang berupa konfiks, artinya prefiks ber- dan sufiks
–an itu diimbuhkan secara bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk dasar. Kedua, yang berupa klofiks
artinya prefiks ber- dan sufiks –an itu tidak diimbuhkan secara bersamaan
pada sebuah dasar. Ber-an sebagai konfiks memiliki satu makna, sedangkan ber-an sebagai
klofiks memiliki makna yang terpisah. Makna gramatikal verba berkonfiks ber-an
adalah: „banyak serta tidak teratur’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + tindakan, + sasaran dan + gerak. Contohnya:
berlompatan „banyak yang lompat dan tidak teratur’. Makna gramatikal
„saling’ atau „berbalasan’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + tindakan, + sasaran dan + gerak. Contohnya: bermusuhan
„saling memusuhi’.
41
Selanjutnya, yang memiliki makna gramatikal „saling berada di’. Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + benda, + letak dan +
tempat. Contohnya: berseberangan „saling berada di seberang’, dan
berhadapan „saling berada di hadapan’. Bentuk ber-an pada sebuah verba
mungkin bisa berupa konfiks mungkin juga berupa klofiks, tergantung pada konteks kalimatnya. Contoh klofik ber-an misalnya pada kata berpakaian.
Imbuhan ber-an pada kata berpakaian dapat diimbuhkan terpisah, misalnya : pakai + an = pakaian, selanjutnya kata pakaian dibubuhi prefiks ber- menjadi
berpakaian. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa klofiks ber-an memiliki makna yang berbeda-beda. Kata pakaian
memiliki makna “baju atau kain yang menutupi tubuh
” namun kata pakaian jika dibubuhi prefiks
41
Ibid., h. 112-115.
ber- maka akan membentuk kata berpakaian, kata berpakaian memiliki makna “menggunakan baju atau menggunakan bahan yg menutupi tubuh”.
8. Klofiks ber-kan
Verba berklofiks ber-kan dibentuk dengan proses, mula-mula kepada bentuk dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks
–kan. Contoh: pada kata dasar senjata diimbuhkan prefiks ber- menjadi bersenjata,
lalu pada bersenjata diimbuhkan pula sufiks –kan sehingga menjadi
bersenjatakan.
42
Verba berklofiks ber-kan juga tidak banyak, contohnya: bermodalkan, berselimutkan, berdasarkan.
9. Konfiks per-kan
Verba berkonfiks per-kan adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif berprefiks me-, berprefiks di- atau berprefiks
ter-.
43
Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal „jadikan bahan
per-an ’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + kegiatan .
Contohnya: pertanyakan , artinya „jadikan bahan pertanyaan’. Selanjutnya,
memiliki makna gramatikal ’lakukan supaya dasar’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + keadaan. Contohnya: perbedakan, artinya
„lakukan supaya beda’. Verba berkonfiks per-kan
memiliki makna gramatikal „jadikan me-’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + tindakan. Contoh:
perdengarkan, artinya „jadikan orang lain mendengar’. Selanjutnya,
memiliki makna gramatikal „jadikan ber-’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + kejadian. Contoh: pertemukan
, artinya „jadikan bertemu’.
42
Ibid., h. 115-116.
43
Ibid., h. 126-128.
10. Konfiks per-i
Verba berkonfiks per-i adalah verba yang dapat menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif berprefiks me- inflektif, di- inflektif, atau ter-
inflektif.
44
Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal „lakukan
supaya jadi’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + keadaan. Contoh: perbarui
, artinya „lakukan supaya jadi baru’, perbaiki, artinya „lakukan supaya jadi baik’. Selanjutnya, memiliki makna gramatikal
„lakukan dasar pada objeknya’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna + tindakan dan + lokasi. Contoh: persetujui , artinya „lakukan
setuju pada objeknya’. 11.
Konfiks ke-an Ada dua macam konfiks ke-an, yaitu konfiks ke-an yang membentuk
verba dan konfiks ke-an yang membentuk nomina.
45
Verba berkonfiks ke-an termasuk verba pasif, yang tidak dapat dikembalikan ke dalam verba aktif,
seperti verba pasif di- dan verba pasif ter-. Verba berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal „terkena, menderita, mengalami dasar’ apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna + peristiwa alam atau + hal yang tidak enak. Contoh: kebanjiran
, artinya „terkena banjir’, kedinginan, artinya „menderita dingin’.
Selanjutnya, verba berkonfiks ke-an memilik ma kna gramatikal „agak
dasar’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + warna. Contoh: kebiruan
, artinya „agak biru’, kekuningan, artinya „agak kuning’.
44
Ibid., h. 128-129.
45
Ibid., h. 142-143.
12. Sufiks –kan
Dalam prosesnya, sufiks –kan, bila diimbuhkan pada dasar yang memiliki
komponen makna + tindakan dan + sasaran akan membentuk verba bitransitif, yaitu verba yang berobjek dua. Verba bersufiks
–kan memiliki makna gramatikal „jadikan’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna + keadaan atau + sifat khas. Contoh: tenangkan , artinya „jadikan
tenang’, satukan, artinya „jadikan satu’.
46
Selanjutnya, memiliki makna gramatikal „jadikan berada di’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + tempat atau + arah.
Contoh: daratkan , artinya „jadikan berada di darat’, tempatkan, artinya
„jadikan berada di tempat’, dan sebagainya. Memiliki makna gramatikal „lakukan untuk orang lain’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna + tindakan dan + sasaran. Contoh: bacakan , artinya „lakukan baca
untuk orang lain’, bawakan, artinya „lakukan bawa untuk orang lain’. Memiliki makna gramatikal „lakukan akan’ apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna + tindakan dan + sasaran. Contoh: kabulkan, artinya „lakukan kabul akan’, hapuskan, artinya „lakukan hapus akan’. Selanjutnya,
memiliki makna gramatikal „bawa masuk ke’ apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna + ruang. Contoh: asramakan , artinya „bawa
masuk ke asrama’, gudangkan, artinya „bawa masuk ke gudang’. 13.
Sufiks –i Verba bersufiks
–i adalah verba transitif, yang berlaku juga sebagai pangkal stem dalam pembentukan verba inflektif.
47
Bahasa inflektif adalah bahasa yg menggunakan perubahan bentuk kata dl bahasa fleksi yg
menunjukkan berbagai hubungan gramatikal spt deklinasi nomina,
46
Ibid., h. 116-119.
47
Ibid., h. 119-124.
pronomina, adjektiva, dan konjugasi verba.
48
Verba bersufiks –i memiliki
makna gramatikal „berulang kali’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna + tindakan dan + sasaran. Contoh: lempari, artinya
„pekerjaan lempar dilakukan berulang kali’, potongi, artinya „pekerjaan potong dilakukan berulang kali’, dan sebagainya. Makna gramatikal „tempat’
apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna + tempat. Contoh: lewati
, artinya „lakukan lewat di …’, jalani, artinya „lakukan jalan di …’. Makna gramatikal „merasa sesuatu pada’ apabila bentuk dasarnya mempunyai
komponen makna + sikap batin atau + emosi. Contoh: kasihi, artinya „merasa kasih pada’, sukai, artinya „merasa suka pada’.
Memiliki makna gramatikal „memberi’ atau „membubuhi’ apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna + bahan berian. Contoh: nasihati,
artinya „beri nasihat pada’, gulai, artinya „beri gula pada’. Makna gramatikal „jadikan’ atau „sebabkan’ apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen
makna + keadaan atau +sifat. Contoh: dekati , artinya „jadikan dekat’,
kurangi , artinya „jadikan kurang’. Makna gramatikal „lakukan pada’ apabila
bentuk dasarnya mempunyai komponen makna + tindakan dan + tempat. Contoh: siasati
, artinya „lakukan siasat pada’, tulisi, artinya „lakukan tulis pada’.
Sufiks –i tidak dapat diimbuhkan pada bentuk dasar yang diakhiri dengan
vokal –i atau diftong ai. Contoh bentuk „mandii’, „belii’, tidak berterima.
48
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: PT. Gramedia, 2008, Cet. I, h. 535.