18
4.1.2 Latar
Latar atau setting adalah sesuatu yang menggambarkan situasi atau keadaan dalam penceriteraan. Panuti Sudjiman mengatakan bahawa latar adalah segala keterangan,
petunjuk, pengacuan yang berkaiatan dengan waktu, ruang dan suasana 1991: 46. Sumardjo dan Saini K.M. 1997: 76 mendefinisikan latar bukan hanya menunjuk tempat,
atau waktu tertentu, tetapi juga hal-hal yang hakiki dari suatu wilayah, sampai pada pemikiran rakyatnya, kegiatannya dan lain sebagianya. Abrams dalam Nurgiyantoro
1995: 216 menyebutkan latar sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa
yang diceritakan. Jadi, latar adalah suasana yang melingkupi cerita berupa tempat, waktu, dan keadaan sosial budaya di setiap peristiwa dalam cerita.
Latar tempat dalam kumpulan cerpen Ah…Gerimis Itu karya Hidayat Banjar digambarkan secara umum, tidak memiliki nama. Misalnya, latar hanya digambarkan
dalam sebuah rumah, desa, atau instansi pemerintahan tanpa nama lembaga atau daerah.
Cerpen berjudul Bom memiliki latar tempat kantor PEMDA Pemerintah Daerah, kantor Depnaker Departemen tenaga kerja, Kantor Polda Polisi Daerah, Kantor PM
Polisi Militer, Kantor Kelurahan dan Kepala Lingkungan. Hari itu kantor PEMDA Pemerintah Daerah, kantor Depnaker Departemen tenaga
kerja, Kantor Polda Polisi Daerah, Kantor PM Polisi Militer, kantor Kepala Kampung juga Kepala Lingkungan di mana tempat Dayat menetap, datang sepucuk surat cukup
singkat isinya namun begitu mengejutkan. Halaman 28 Namun, latar yang mengiringi peristiwa puncak adalah rumah Dayat, desa tempat
tinggal Dayat, kantor polisi, dan Kantor Kelurahan. Dengan kedatangan surat itu, desa lingkungan 007 yang selama ini terkenal aman
dan tentram menjadi riuh. Rumah Dayat hampir tiap harinya didatangi petugas guna
18
untuk berjumpa dengannya dan sekaligus membuktikan kebenaran dari surat Dayat yang lalu. . . .
Di kantor kepolisian Dayat mulai diinterogasi, memberi informasi. . . . Desa lingkungan 007 riuh, kepala-kepala lingkungan berkumpul di kantor kelurahan
dimana tempat Dayat menetap. . . . Halaman 29 – 30 Dibandingkan dengan cerpen Bom, cerpen Ah...Gerimis Itu memiliki latar yang lebih
kompleks, karena memiliki latar waktu, tempat, dan suasana yang mendukung cerita. Latar waktu pada cerpen menunjukkan waktu subuh, pagi, senja, dan malam, semua
dipaparkan jelas sebagai pengiring peristiwa dalam cerita. Latar waktu yang menunjukkan waktu pagi pada cerpen:
Sejak subuh tadi, tamu yang membosankan dirinya sudah tiba. Semula Imah coba tak memperdulikan kehadiran sang gerimis yang menyiksa. Ia ambil sajadah dan
bersujud dengan suatu keharuan yang dalam. Pada sujud yang terakhir sempat juga ia menitikkan air mata. Halaman 41 – 42
Latar waktu yang menunjukkan waktu senja : Imah juga ingat saat-saat indah yang pernah singgah sejenak di hatinya. Di sebuah
senja, beberapa orang pemuda numpang berteduh di emperan rumahnya karena tak tahan akan dinginnya gerimis. Oleh abahnya, pemuda-pemuda itu disuruh masuk ke
dalam rumah. Halaman 42 Latar waktu yang menunjukkan waktu malam:
“Imah, malam ini Abang ingin tuangkan semua yang terkandung di dalam hati Abang. Ya, seprti kata pepatah kita kalau tak ada berada manalah mungkin tempua
bersaranng rendah,” tutur Somad dengan penuh keberaniannya. Halaman 42 Yang khas dalam cerpen Ah...Gerimis Itu, latar tempat dan latar waktu pada cerpen
selalu diiringi oleh suasana gerimis. Kejadian-kejadian penting pada tokoh cerita, dari mulai pertemuan pertama antar Imah dan Somad, saat-saat indah Imah dan Somad
merajut kemesraan dan saat kematian Somad yang dramatis. Imah juga ingat saat-saat indah yang pernah singgah sejenak di hatinya. Di sebuah
senja, beberapa orang pemuda numpang berteduh di emperan rumahnya karena tak tahan akan dinginnya gerimis. Oleh abahnya, pemuda-pemuda itu disuruh masuk ke
dalam rumah. Halaman 42 Latar tempat dalam cerpen Ah. . . Gerimis Itu, sama seperti dalam cerpen Bom,
bersifat umum dan tidak memiliki nama.
18
. . . . Desa pantai di mana ia tinggal sepertinya jadi mati. Padahal di luar, nelayan dan anaknya tak pernah tahu akan gerimis, tak pernah hirau akan gerimis. Kebutuhan
hidup yang membelit bisa melupakan kondisi alam. Halaman 41 Dalam cerpen Oportunitis latar sebagai atmosfer, artinya berupa kondisi yang
mampu menciptakan suasana tertentu, misalnya suasana sedih, muram, maut, misteri dan sebagainya. Latar yang memberikan atmosfer cerita biasanya berupa latar
penyituasian Nurgiyantoro, 1995: 244. Berikut kutipan latar sebagai atmosfer dalam cerpen Oportunitis:
C seorang penarik becak, hari-harinya ia lalui dengan genjotan pedal becak. Perutnya tidak akan berisi jika kakinya tidak mengayuh. Baginya hujan dan panas bukan
untuk dihindari tapi untuk dihadapi. Siang yang terik saat mentari di ubun-ubun, di mana manusia duduk mengaso, menghindari kulit dari sengatan mentari. Tapi bagi si C itu
tidak ada, ia harus mengayuh terus. Saat-saat seperti ini selalu saja ia bermimpi jadi seorang pedagang walau hanya pedagang kelas sedangan, itu baginya satu kebahagiaan.
Halaman 62-63
Ada tujuh tokoh dalam cerpen Oportunitis, dan latar pada cerpen sebagai pendukung penggambaran semua tokoh.
Cerpen Kawin Undi juga memiliki latar tempat, waktu, dan suasana. Latar tempat pada cerpen tersebut adalah teras rumah, kamar mandi, dan kantor kelurahan, sama
seperti cerpen-cerpen sebelumnya tidak ada tempat yang spesifikasi. . . . . Sudah menjadi kebiasaan di kampung itu bila hari telah gelap seolah kehidupan
tiada lagi. Orang-orang kampung itu mengurung diri di rumah. Bapak Kepala Desa gelisah hatinya, persoalan siapa pula yang harus ia hadapi kali ini, inilah yang ia pikirkan.
…… Halaman 83 Peristiwa dalam Cerpen Kawin Undi berlangsung kurang dari 24 jam, mulai senja
hingga malam yang tidak diketahui batasnya, sehingga latar waktu dalam cerpen pun sebatas senja hingga malam.
Latar waktu yang menunjukkan senja, merupakan awal peristiwa. Seperti dalam kutipan berikut:
“Bukne siapa lagi yang bakal . . . ., sudah seminggu kudengar ayam jantan berkokok di saat senja akan berangkat malam,” Bapak Kepala Desa mengeluarkan gelisahnya pada
sang istri saat mereka menikmati angin senja di beranda rumah. Halaman 81
18
Cerita diakhiri dengan kemenangan tokoh Sigit dalam undian. Peristiwa tersebut berlangsung pada malam hari. Berikut kutipan bagian akhir cerita yang menunjukkan
latar waktu malam dalam cerpen Kawin Undi: Malam itu, kantor Kelurahan riuh. Sebuah sidang sedang berjalan di sini. Ketujuh
pemuda sebagai pesakitan. Siti sebagai saksi tunggal. Pimpinan sidang Bapak Kepala Desa sendiri, juru tulis adalah sekretaris kelurahan. Malam yang sunyi berubah seketika.
Halaman 87 Untuk memperkuat latar waktu, pengarang juga menggambarkan suasana yang
mengiringi waktu dalam cerita. Malam sunyi, angin pun seakan enggan bertiup. Sesekali terdengar lolongan anjing
yang panjang dan diselingi kokok ayam jantan yang sayup-sayup terdengar. Malam memang larut, walau demikian kampung itu begitu sunyi bila malam turun. Sudah
menjadi kebiasaan di kampung itu bila hari telah gelap seolah kehidupan tiada lagi. Orang-orang kampung itu mengurung diri di rumah. Bapak Kepala Desa gelisah hatinya,
persoalan siapa pula yang harus ia hadapi kali ini, inilah yang ia pikirkan. …… Halaman 83
Cerpen Alunan Biola Penghabisan berlatar tempat sebuah rumah milik Pak Karta, latar tempat yang dibalut dengan suasana. Suasana penantian, menanti kematian Pak
Karta. Ada yang menanti kematian Pak Karta agar Pak Karta segera terlepas dari sakaratul maut, tetapi ada pula yang menanti kematian Pak Karta karena berharap
mendapat harta warisan. Telah hampir seminggu Pak Karta terbaring di kasurnya. Keluarga Pak Karta telah
sibuk. Sebahagian sibuk mengurusi dan menghitung segala harta kekayaan yang dimiliki oleh Pak Karta dan sebahagian repot pula memikirkan apa penyebab Pak Karta jadi
tersiksa begini rupa. Untuk berbicara saja Pak Karta telah sukar, jangankan untuk makan dan minum. Sehingga tubuhnya yang kurus bertambah semakin kurus. Tapi sorot
matanya tajam seakan ingin mencari sesuatu bentuk yang telah lam tak ditemuinya. Halaman 94
Kelima cerpen Bom, Ah...Gerimis Itu, oportunitis, Kawin Undi, dan Alunan Biola
Penghabisan, memiliki unsur latar tempat atau waktu, atau memiliki latar tempat dan waktu. Penampilan latar tersebut diiringi suasana. Hanya saja latar bersifat netral, tidak
mendeskripsikan sifat kahs tertentu yang menonjol yang terdapat dalam sebuah latar.
18
Sifat yang ditunjukkan latar netral, lebih merupakan sifat umum terhadap hal yang sejenis, misalnya desa, kota, hutan, pasar, sehingga jika tempat-tempat itu dipindahkan
tidak akan memengaruhi pemplotan dan penokohan Nurgiyantoro, 1995: 221.
4.1.3 Alur