Hubungan Gaya Bahasa Dengan Tema Dan Amanat.

18 amanat, yaitu kritik sosial tentang perlakuan kita terhadap pejuang kemerdekaan, seperti berikut ini: . . . . Pak Karta semasih mudanya adalah seorang pejuang, yang gagah berani, itu diketahui lelaki itu, karena ia juga seorang bekas pejuang. Ketika kemerdekaan berhasil dierbut, nasib Pak Karta berubah ia menjadi seorang tukang pangkas, . . . . . Halaman 96

4.2.5 Hubungan Gaya Bahasa Dengan Tema Dan Amanat.

Gaya bahasa tergantung pada konteks penggunaannya, juga tergantung pada apa tujuan penuturan itu sendiri. Gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa. Penggunaan bahasa oleh pengarang memiliki tujuan tertentu. Salah satunya sebagai sarana penyampaian tema dan amanat cerita Nurgiyantoro, 1995: 276 – 277. Dalam cerpen Ah. . . Gerimis Itu, gaya bahasa hiperbola dan personifikasi secara sekaligus dalam sebuah paragraf, seperti berikut ini: Tak tahu lagi ia sudah gerimis keberapa yang tiba pagi ini. Imah tak dapat menghitungnya. Yang Imah tahu – bila gerimis tiba, hatinya ngilu, jiwanya jadi rawan. Gerimis membuat kesepiannya jadi panjang. Desa dimana ia tinggal sepertinya jadi mati. Padahal di luar, nelayan dan anaknya tak pernah tahu akan gerimis, tak pernah hirau akan gerimis. Kebutuhan hidup yang membelit bisa melupakan kondisi alam. Halaman 41 Kalimat “Desa dimana ia tinggal sepertinya jadi mati” menggunakan gaya bahasa hiperbola. Kesedihan yang dirasakan oleh tokoh Imah atas kematian suaminya, digambarkan sangat berlebihan. Hanya karena sang suami yang dicintai meninggal dunia, kehidupan di desa tempat tinggalnya juga turut mati. Selain hiperbola, pengarang juga menggunakan gaya bahasa personifikasi, mengumpamakan desa sebagai makhluk hidup yang bernyawa dan bisa mati. Pada cerpen Kawin Undi, tema degradasi moral yang diusung pengarang diperkuat dengan pengakuan tujuh pemuda yang telah menghamili seorang gadis dengan membayar pada sang gadis setiap kali persetubuhan yang mereka lakukan, tanpa rasa 18 malu. Menganggap sebuah kemaksiatan sebagai hal yang wajar, seperti dalam kutipan berikut: “Kami membayar seratus lima puluh rupiah perorang sekali main Pak,” suara koor dari mereka. Halaman 88 Pengarang menggunakan gaya bahasa metafora, membandingkan antara kekompakan para tokoh dalam menjawab dengan paduan suara. Ditunjukkan dengan penggunaan kata koor. Layak orang yang bernyanyi, ringan dan tanpa rasa malu, mereka memberikan pengakuan. Amanat dan tema yang tersirat menjadi lebih mudah di pahami pembaca, ketika pengarang menggunakan gaya bahasa yang tepat dalam penyampaiannya. Makna kias dalam menyampaikan amanat berupa kritik sosial yang sudah sering didengar masyarakat menjadi lebih mudah diterima dan lebih menyentuh nurani, ketika pengarang menyajikannya dengan gaya bahasa yang sesuai.

4.2.6 Hubungan Tema dengan Amanat.