Dianawati 2003 menyatakan bahwa masalah-masalah IMS yang sering timbul adalah:
1. Gonorhoe
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ reproduksi dan menyerang selaput
lender, mucus, mata, anus dan beberapa organ tubuh lainnya. Bakteri yang membawa penyakit ini dinamakan Gonococcus.
2. Sifilis
Penyakit ini disebut raja singa dan ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang yang tertular Misalnya: baju, handuk, dan
jarum suntik. Penyebab timbulnya penyakit ini adalah adanya kuman Treponema pallidum, kuman ini menyerang organ penting tubuh lainnya seperti selaput lendir, anus,
bibir, lidah dan mulut. 3.
AIDS Sebuah singkatan Acquired Immuno Deficiency Syndrom artinya suatu gejala
menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang. Pada dasarnya setiap orang mempunyai sistem kekebalan tubuh yang dapat melindunginya dari berbagai serangan seperti virus,
kuman, dan penyakit lainnya. 4.
HIV Singkatan dari Human Immuno Deficiency Virus, yaitu sejenis virus yang
menyebabkan AIDS. HIV ini menyerang sel darah putih dalam tubuh sehingga jumlah sel darah putih semakin berkurang dan menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi lemah.
5.4. Persepsi Informan tentang Hubungan Seksual Sesama Jenis Berisiko Tinggi
dalam Menularkan IMS dan HIVAIDS.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada ke 4 orang informan mengenai tanggapan informan tentang hubungan seksual sesama jenis dapat berisiko
tinggi dalam menularkan IMS dan HIVAIDS, seluruh informan mengatakan bahwa berhubungan seksual dengan sesama jenis memang dapat berisiko tinggi dalam
menularkan IMS dan HIVAIDS seperti yang diungkapkan salah satu informan sebagai berikut :
“Duhhhh ya iyalah, apalagi kalo yang sukak gonta ganti pasangan trus gak pakek kondom…” AD, 25 tahun
Informan yang lainnya juga mengatakan hal yang hampir sama dengan informan sebelumnya sebagai berikut :
“Emang sihh yah cinnn, paling berisiko kitanya, apalagi kita bencong2 gini kannn banyak yang gonta ganti pelanggan. Yahh mau gimana lagi kalo gak
nungging yah gak makan kan cinnn.” ES, 29 tahun
Tidak semua laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki lain mempunyai kerentanan yang sama terhadap IMS dan HIVAIDS. Laki-laki yang berhubungan seks
hanya dengan pasangan tetap jangka panjang yang sama-sama monogamy, dan mereka yang secara konsisten melakukan seks yang aman berada pada risiko yang rendah.
Namun, sejumlah besar GWL berisiko terhadap seks yang sering dan tidak terlindung dnegan laki-laki lain
Laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki serta kelompok waria sangat rentan tertular IMS dan HIV akibat perilaku hubungan seksual yang tidak aman, baik
dilakukan secara genital, anal maupun oral. Berdasarkan data dari Komisi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penanggulangan AIDS bahwa perilaku anal seks pada kelompok LSL, sebagian besar dilakukan tanpa menggunakan kondom.
. Senggama melalui anal tanpa memakai kondom merupakan jalan utama dimana virus HIV dan infeksi lain akibat hubungan seks ditularkan kepada para laki-laki pelaku
seks antar sesama. Banyak dari laki-laki ini juga mempunyai pasangan perempuan. Ini berarti senggama melalui anus tanpa memakai kondom antara sesame laki-laki juga
menmpatkan pasangan perempuan mereka dan anak-anaknya akan berisiko terinfeksi. Demikian juga, senggama melalui vagina anus tanpa kondom antara laki-laki dan
perempuan dapat menempatkan pasangan berisiko terhadap infeksi. Risiko tertular HIV dan IMS melalui senggama anal seks anal juga dapat
dilakukan antara laki-laki dan perempuan, khususnya akan tinggi bila tidak menggunakan kondom. Seks oral mulut ke penis juga dilakukan oleh kmunitas GWL.
Walaupun risiko penularan HIVAIDS dan IMS lebih kecil secara signifikan pada seks oral, perlindungan paling baik adalah menggunakan kondom walaupun banyak laki-laki
menyatakan rasa dan sensasi yang ridak nyaman sehingga lebih suka untuk tidak memakainya.
5.5.
Informan Yang Pernah Melakukan Hubungan Seksual Berisiko dengan Pasangan Sesama Jenis.
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada 4 orang informan mengenai apakah mereka pernah melakukan hubungan seksual berisiko dengan psangan sesama
jenis, keseluruhan informan menjawab bahwa mereka pernah melakukan hubungan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
seksual yang berisiko dengan pasangan sesama jenis seperti yang diungkapkan salah satu
informan sebagai berikut : “Pernahlah dong nek…Awal-awal dulu sih gak pernah main anal lhooo,
cuman kissing-kissing, pelukan paling sponge. Sekarang pas udah punya pasangan tetap baru deh brani main begituan nek...”
AD, 26 tahun
Keseluruhan informan ini juga mengetahui jenis-jenis resiko yang merugikan bagi kesehatan dan keseluruhan informan juga menjelaskan bagaimana cara mereka sendiri
menghindari berbagai resiko tersebut seperti yang diungkapkan salah satu informan sebagai berikut :
“…Sekarang kami malah safety selalu pakek kondom sama pelicin hahahaha” SA, 32 tahun
Perilaku seksual merupakan perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku.
Wahyudi, 2000. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk perilaku
ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Perilaku seksual yang dilakukan sebelum waktunya dapat
memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah dan lain sebagainya.
Berdasarkan penjabaran lebih lanjut dari definisi perilaku seksual, maka aspek yang dapat digunakan sebagai alat ukur kecenderungan seksual adalah:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Keinginan yang timbul dari dalam diri individu untuk berhubungan seksual
sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan organ-organ seksual. b.
Dorongan yang dapat dirasakan oleh individu yang dapat diungkapkan dengan cara menerima, menyayangi dan membahagiakan pasangannnya.
c. Hubungan dengan lawan jenis yang bersifat mendalam.
d. Dorongan seksual dari diri individu dan pasangannya untuk saling
memberikan frangsangan seksual baik yang bersifat psikis maupun fisik. Perilaku seksual terdiri dari beberapa tahap dan dapat dijabarkan yaitu berciuman,
bercumbu ringan, bercumbu berat, dan bersenggama Wirawan, 2000. Jadi dapat disimpulkan bahwa tahapan perilaku seksual pada dasarnya beragam pada
tiap-tiap indvidu, namun secara khas dapat diidentifikasikan bahwa tahapan perilaku seksual yang dilakukan individu merupakan suatu rangkaian perilaku yang makin tinggi
tahapan perilakunya maka mempunyai nilai keintiman yang semakin tinggi pula. Rangkaian perilaku seksual secara umum ditunjukkan dengan tahapan perilaku body, eye
to eye, voice to voice, hand to hand, arm to shoulder, arm to waist, mouth to mouth, mouth to breast, hand to genital, dan genital to genital. Perilaku seksual terdiri dari tahap-
tahap berciuman, bercumbu ringan, bercumbu berat, dan bersenggama. Thornburg mengatakan bahwa dalam perilaku seksual dapat terlihat tahap-tahap sebagai berikut:
a. Hand to hand, yaitu sentuhan pertama terjadi saling berpegangan tangan.
b. Arm to waist, yaitu berpelukan dengan tangan memeluk bagian pinggang.
c. Mouth to mouth, yaitu berciuman bibir.
d. Mouth to breast, yaitu bercumbu bagian dada.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
e. Hand to genital, yaitu merangsang daerah genital dengan menggunakan tangan,
terkadang dengan mulut. f.
Genital to genital, yaitu alat kelamin laki-laki memasuki alat kelamin perempuan. Thornburg, 1982
Salah satu resiko melakukan hubungan seksual yang berisiko adalah kemungkinan untuk terkena IMS. Faktor risiko tersebut meliputi, tanpa penggunaan pengaman dalam
berhubungan seksual, perilaku seks pada usia dini dan berganti-ganti pasangan.
5.6. Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Informan dalam Memeriksakan Diri