Perilaku Penggunaan Kondom Pada Komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) di Medan 2014

(1)

(2)

2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat

Oleh :

RATIH PUTRI SUSANTI 091000133

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

(4)

LSL (Lelaki Seks Lelaki) adalah semua yang berpenis yang berhubungan seks dengan manusia berpenis lainnya, terpenting dalam defenisi adalah perilaku seks.Secara orientasi seks, LSL mungkin terdiri dari laki-laki yang mengidentifikasikan dirinya sebagai homoseksual atau gay dan sebagai biseksual, meskipun lebih banyak yang tidak mengidentifikasi diri dengan keduanya atau karena alasan tertentu tetap mengidentifikasikan dirinya sebagai heteroseksual.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku penggunaan kondom pada komunitas LSL di kota Medan 2014 dengan melihat pengetahuan, sikap, dan tindakan LSL terhadap penggunaan kondom dan program pemerintah yang mencakup penggunaan kondom 100% dan pendirian outlet kondom yang ada di Medan.

Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif menggunakan wawancara mendalamuntukmengetahui perilaku penggunaan kondom pada komunitas LSL di Medan tahun 2014 sesuai panduan pertanyaan, seluruh informan yang di wawancarai pada waktu yang berbeda dan di tempat berkumpul dan beraktifitas komunitas yang sudah di sesuaikan.Informan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan memiliki pasangan seksual perempuan dan laki-laki. Informan hanya menggunakan kondom dengan orang lain tetapi tidak dengan pasangan tetap dengan alasan bahwa pasangan enggan menggunakan kondom karena merasa tidak enak. Tidak semua mengetahui adanya outlet kondom

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) untuk dapat mengambil langkah-langkah seperti melakukan penyuluhan secara luas dan merata pada komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) serta memperkenalkan outlet kondom dan LSL (Lelaki Seks Lelaki) tetap menggunakan kondom untu k mengurangi resiko IMS dan HIV/AIDS.


(5)

Men sex men all of man who have penis do sex with other man who have penis also, the most important defenition is sex behavior. Men sex men maybe compused by men who relentify themselves homosexual or gay and bisexual, although most of them do not sexual or bisexual due to certain reason still identify themselves and heterosexual.

The aim of study is to investigate the behavior of condom use among MSM (Men Sex Men) comunity in Medan in the year 2014 based on observation to their knowledge, behavior and action when using condom and government program that covered 100% condom using and condom outlets establishment in Medan.

The type of research is descriptive with qualitative approach using interview to investigate condom use behavior in MSM (Men Sex Men) comunity in Medan in the year 2014 appropriate with guide question. All of informant who was interviewed in the different time and in place of assembly MSM community who already adjusted. Informant in this study consists of 4 peoples.

The result show that informant had both man and women sexual patner. Informant only used condom with other person but not with their regular partner due to uncomfortable feding. Not all aware of condom outlet.

Based on this result, AIDS commission (KPA) is suggested take step such as giving knowledge widely and evenly on the MSM (Men Sex Men) community, introducing condom outlets, and MSM (Men Sex Men) continue to use condom to reduce and also prevent HIV/AIDS risk.

Keywords: MSM (Men Sex Men), Condom, Outlets, community, Condom Using 100%


(6)

Tempat dan Tanggal Lahir : Rantau Prapat, 31 Januari 1992

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Jln. Beringin no 29 Rantau Prapat Sumatera Utara

Riwayat Pendidikan : - Tahun 1998-2003 : SD Panglima Polem Rantau Prapat

- Tahun 2003-2006: SMP Negeri 2 Rantau Utara - Tahun 2006-2009: SMA Negeri 2 Rantau Utara - Tahun 2009-2014: Fakultas Kesehatan Masyarakat


(7)

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul“Perilaku Penggunaan Kondom Pada Komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) di Medan 2014”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini penulis persembahkan kepada Papa Sarono, SKM dan Mama Sri Agustini yang telah memberikan kasih sayang yang tidak henti-hentinya, dukungan moral maupun materil dan do’a kepada penulis dan yang menjadi motivasi penulis selama ini. Semoga Allah memberikan kebahagiaan kepada keduanya baik di dunia maupun di akhirat.Amin.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr.Drs. R.Kintoko. R, MKM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu, motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

penulisan skripsi ini.

4. IbuNamora Lumongga Lubis, MSc, PhD selaku Dosen Penguji yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu selama penulis menjadi mahasiswa di FKM USU.

6. Kepala dinas Komisi Penanggulangan Aids Kota Medan yang telah banyak membantu dan membimbing penulis.

7. Seluruh informan yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan informasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 8. Buat adik-adikku Intan Permata Sari, Tri Widya Astuti, Satrio Nugroho

tercinta yang penuh pengertian, yang selalu mendoakan, menyemangati dan memotivasi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Buat Sigit Ernowo,S.H yang selalu mendukung, menyemangati, memotivasi dan turut mndoakan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Buat sahabatku Sepka, Uma, dan Alilyang selalu memberikan semangat, dukungan serta kritik kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Buat rumah kedua Warung sahiva USU yang selalu menginspirasi penulis terutama buat dr. Linda. T. Maas selaku ibunya para volunteer, dan seluruh


(9)

mendukung walaupun namanya tidak disebutkan satu persatu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman seperjuangan mahasiswa/i Fakultas Kesehatan Masyrakat maupun mahasiswa/i Peminatan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku (cici, Ririz, Ilham, kak Iting, Nila, Juliana, Amel, dll) yang selalu memberikan dukungan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin mencurahkan segala kemampuan yang ada pada diri penulis.Namun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2014

Penulis


(10)

Halaman Pengesahan... i

Abstrak... ii

Abstract... iii

Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan Umum ... 7

1.3.2. Tujuan Khusus ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1.Perilaku ... 10

2.1.1. Pengetahuan... 10

2.1.2. Sikap ... 11

2.1.3. Tindakan ... 12

2.2. Teori Health Belief Model... 13

2.3. Pengertian LSL (Lelaki Seks Lelaki) ... 14

2.3.1. Ciri-Ciri LSL (Lelaki Seks Lelaki) ... 15

2.4. Komunitas LSL yang Ada di Kota Medan ... 16

2.4.1 Perilaku Seksual LSL (Lelaki Seks Lelaki)... 17

2.5. Program Penggunaan Kondom... 17

2.5.1. Tujuan dan Target Sasaram Program ... 19

2.5.2. Outlet Kondom... 20

2.5.3. Distribusi Pemetaan Waria dan LSL Menurut Tempat/Wilayah ... 21

2.6. Sejarah Kondom ... 23

2.6.1. Jenis Kondom ... 23

2.7. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Kondom ... 24

2.7.1. Mitos Terhadap Kondom... 25

2.8. Penggunaan Kondom pada LSL ... 26

2.9. PMS (Penyakit Infeksi Menular Seksual) yang Berisiko ditularkan pada Komunitas LSL... 27


(11)

3.2.1. Lokasi ... 30

3.2.2. Waktu Penelitian ... 31

3.3. Pemilihan Informan... 31

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5. Definisi Istilah ... 32

3.6. Metoda Analisa Data... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 35

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35

4.1.1. Letak Geografis ... 35

4.1.2. Gambaran Demografis... 35

4.2. Gambaran Umum Karakteristik Informan ... 35

4.3. Perilaku Penggunaan Kondom Pada Komunitas LSL di Medan 2014 ... 35

4.3.1. Pengetahuan/Kesadaran Informan Bahwa Seorang LSL ... 35

4.3.2. Pengetahuan Informan Terhadap Risiko IMS dan HIV/AIDS... 37

4.3.3. Perilaku Seksual Beresiko Selain Pada Pasangan Tetap Dan Perilaku Penggunaan Kondom ... 38

4.3.4. Persepsi Informan Terhadap Manfaat Kondom... 39

4.3.5. Gambaran Perilaku Informan dalam Mendapatkan Kondom dan Pelicin Gratis... 40

4.3.6. Gambaran Persepsi Informan Terhadap Harga Kondom .. 41

4.3.7. Gambaran Perilaku Terhadap Kendala Penggunaan Kondom ... 42

4.3.8. Persepsi Informan Terhadap Teman Komunitas yang Belum Menggunakan Kondom... 43

BAB V PEMBAHASAN ... 45

5.1. Karakteristik Informan ... 46

5.2. Pengetahuan/Kesadaran Seorang LSL (Lelaki Seks Lelaki) ... 46

5.3. Pengetahuan Informan Terhadap Risiko IMS dan HIV/AIDS .... 48

5.4. Perilaku Seksual Berisiko Selain Pada Pasangan Tetap dan Perilaku Penggunaan Kondom ... 50

5.5. Perilaku Mendapatkan Kondom dan Pelicin Gratis ... 54

5.6. Persepsi Terhadap Harga Kondom... 56

5.7. Gambaran Perilaku Terhadap Kendala Penggunaan Kondom... 57

5.8. Persepsi Informan Terhadap Teman Komunitas yang Belum Menggunakan Kondom ... 59


(12)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Surat Izin Penelitian dari FKM USU


(13)

Tabel 2.1 Outlet Kondom di Medan... 21 Tabel 2.10.1 Jumlah Keseluruhan Lelaki Seks LelakiBerdasarkanLetak

Wilayah di Kota Medan 2014... 22 Tabel 4.1 Distribusi Informan... 35 Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan/Kesadaran Informan bahwa Seorang LSL... 36 Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan LSL Terhadap Resiko IMS dan HIV/AIDS.... 37 Tabel 4.4 Distribusi Perilaku Seksual beresiko selain pada pasangan tetap

dan Penggunaan Kondom... 38 Tabel 4.5 Distribusi Persepsi Informan Kondom dapat Mencegah IMS dan

HIV/AIDS... 39 Tabel 4.6 Distribusi Perilaku Informan dalam Mendapatkan Kondom dan

Pelicin Gratis... 40 Tabel 4.7 Distribusi Persepsi Informan terhadap Harga Kondom ... 41 Tabel 4.8 Distribusi Gambaran Perilaku terhadap Kendala Penggunaan

Kondom... 42 Tabel 4.9 Distribusi Persepsi Informan Terhadap Teman Komunitas yang


(14)

Men sex men all of man who have penis do sex with other man who have penis also, the most important defenition is sex behavior. Men sex men maybe compused by men who relentify themselves homosexual or gay and bisexual, although most of them do not sexual or bisexual due to certain reason still identify themselves and heterosexual.

The aim of study is to investigate the behavior of condom use among MSM (Men Sex Men) comunity in Medan in the year 2014 based on observation to their knowledge, behavior and action when using condom and government program that covered 100% condom using and condom outlets establishment in Medan.

The type of research is descriptive with qualitative approach using interview to investigate condom use behavior in MSM (Men Sex Men) comunity in Medan in the year 2014 appropriate with guide question. All of informant who was interviewed in the different time and in place of assembly MSM community who already adjusted. Informant in this study consists of 4 peoples.

The result show that informant had both man and women sexual patner. Informant only used condom with other person but not with their regular partner due to uncomfortable feding. Not all aware of condom outlet.

Based on this result, AIDS commission (KPA) is suggested take step such as giving knowledge widely and evenly on the MSM (Men Sex Men) community, introducing condom outlets, and MSM (Men Sex Men) continue to use condom to reduce and also prevent HIV/AIDS risk.

Keywords: MSM (Men Sex Men), Condom, Outlets, community, Condom Using 100%


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jenis kelamin ada perempuan, laki–laki, dan intereseks (seseorang yang terlahir dengan dua jenis kelamin.Tanpa memandang jenis kelamin seseorang akan merasa tertarik dengan lawan jenis/sesama jenis secara emosional, mental, fisikal dan tidak lepas dari perilaku dan identitas seksual ini disebut sebagai orientasi seksual. Orientasi seksual terdiri dari homoseksual, heteroseksual, dan biseksual (Laazulva, 2013).

Pada tanggal 17 Mei 1997 WHO (World Health Organization) secara resmi mengatakan bahwa homoseksual bukan penyakit/gangguan kejiwaan.Di Indonesia melalui kementrian kesehatan pada Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ) III juga mengeluarkan homoseksual dari klasifikasi sebagai gangguan jiwa/penyakit.Walaupun WHO telah mengeluarkan bahwa homoseksual bukan penyakit/gangguan jiwa tetapi banyak masyarakat yang mendiskriminasi LGBTI.(Laazulva, 2013).

Kesamaan identitas seksual membentuk satu komunitas pada LGBTI. LGBTI adalah Lesbian,Gay,Biseksual,Transgender dan Interseks. Pengertian Lesbian perempuan yang tertarik secara emosional dan seksual kepada perempuan sedang kan Gay tertarik dengan Lelaki. Biseksual adalah seseorang yang tertarik secara emosional dan seksual kepada laki –laki dan perempuan dengan waktu


(16)

bersamaan.Menurut Ardhanary,2013 biseksual berbeda dengan LSL (Lelaki seks Lelaki) letak perbedaanya adalah LSL (Lelaki Seks Lelaki) tidak menggunakan emosinal tetapi hanya ketertarikan seksual. Lelaki Seks Lelaki (LSL) belum tentu seorang gay atau homoseksual kondisi atau keadaan yang mendorong mereka untuk melakukan hubungan sejenis misalnya di penjara, di tempat pemukiman sebelum berperang kilang minyak, atau tempat lelaki tanggung bekerja yang tidak ada wanitanya (GWL INA, 2012).

Jumlah LSL (Lelaki Seks Lelaki) di dunia tidak ada data resmi. Namun diperkirakan rata-rata 1-3% dari populasi laki-laki dewasa usia 15-59 tahun mempraktekkan hubungan seks sesama lelaki (UNAIDS/IMPACT/FHI, 2008).

Asia tenggara prevalensi HIV pada LSL (Lelaki Seks Lelaki) mengalami kenaikan dengan sangat cepat. Tertinggi terjadi di Bangkok (Thailand) 28,3% dan Singapura, 22% (Treat Asia,2006).

Indonesia diestimasikan terdapat 766.390 LSL.Cakupan upaya pencegahan pada populasi dilaporkan masih rendah, baru sekitar 10% (KPA, 2010).Prevalensi HIV pada LSL (Lelaki Seks Lelaki) dari waktu ke waktu terus meningkat (Kemenkes RI, 2011).

Medan salah satu kota metropolitan di Indonesia, merupakan kota ke tiga terbesar setelah Jakarta dan Surabaya. Jumlah penduduknya juga sangat banyak dan tidak sedikit dari penduduknya yang memiliki perilaku seksual beresiko. Berdasarkan data yang didapat dari KPA Kota Medan pada Tahun 2011 jumlah komunitas GWL


(17)

(Gay, Waria dan LSL) di Kota Medan sebanyak 2.363 orang. Yang terdiri atas Waria sebanyak 664 orang, LSL(Lelaki Seks Lelaki) 1.699 sebanyak orang (KPAK,2011).

LSL (Lelaki Seks Lelaki) cenderung memiliki banyak pasangan seks. LSL (Lelaki Seks Lelaki) berhubungan seks dengan lelaki, perempuan, dan waria.STBP(Survei Terpadu Biologis dan Perilaku) tahun 2007 melaporkan bahwa sebanyak 30% LSL (Lelaki Seks Lelaki) memiliki pasangan seks tetap laki laki dan 16% memiliki pasangan seks tetap wanita atau istri. Sebanyak 22% dari para pasangan seks tetap ini memiliki pasangan seks tetap lainnya sedangkan LSL (Lelaki Seks Lelaki) yang membeli seks dari lelaki sebanyak 20% dan dari perempuan 10%.LSL(Lelaki Seks Lelaki) berhubungan seks dengan lelaki, perempuan, dan waria. Selama setahun terakhir, hampir 87% LSL (Lelaki Seks Lelaki) berhubungan seks kasual(tanpa member dan menerima imbalan)dengan lelaki, 40% dengan wanita, dan 16% dengan waria (SCP, 2014).

Berdasarkan STBP(Survei Terpadu Biologis dan Perilaku) tahun 2011, sebanyak 49% LSL (Lelaki Seks Lelaki) menjual seks baik kepada pria maupun perempuan. Diantara 49% LSL (Lelaki Seks Lelaki) tersebut, sebagian besar LSL (Lelaki Seks Lelaki) (79%) menjual seks pada pria, 4% pada perempuan, dan 17% pada pria dan perempuan. Selain itu, waria dan LSL (Lelaki Seks Lelaki) juga melakukan perilaku membeli seks.

Hasil Survei Cepat Perilaku (SCP) 2014 (37,50%) memiliki pasangan tetap laki-laki, (27,92%) tidak memiliki pasangan tetap, (22,08%) memiliki pasangan tetap laki-laki dan perempuan dan (12,50%) memiliki pasangan tetap perempuan. Melihat


(18)

perempuan cukup besar LSL (Lelaki Seks Lelaki) yang memiliki pasangan perempuan34,58% . Data yang di paparkan di atas menunjukkan bahwa perilaku seksual LSL (Lelaki Seks Lelaki) melalui seks oral, anal, dan vaginal sehingga LSL (Lelaki Seks Lelaki) lebih beresiko menularkan IMS dan HIV karena pemakaian kondom konsisten dalam satu bulan terakhir pada populasi LSL(Lelaki Seks Lelaki) sangat rendah.

STBP (Survei Terpadu Biologis dan perilaku) 2007 melaporkan bahwa pemakaian kondom pada hubungan seks komersial maupun kasual dengan wanita 11%, 18% ketika menjual seks kepada wanita dan 12,5% ketika membeli seks dari wanita.Jejaring seksual LSL (Lelaki Seks Lelaki) yang sangat luas dengan pemakaian kondom konsisten yang sangat rendah meningkatkan resiko penularan HIV pada LSL (Lelaki Seks Lelaki) dan pasangannya, juga meningkatkan resiko penyebaran HIV pada populasi homoseksual maupun heteroseksual. Selain perilaku seksual beresiko, stigma dan diskriminasi merupakan factor yang meningkatkan kerentanan LSL terhadap penularan HIV (SRAN,2010).

Tahun 2013 jumlah distribusi kondom GWL (Gay, Waria, Lelaki Seks Lelaki ) adalah 25.740 pendistribusian langsung dari outlet ke user / pengguna. Pada tahun 2014 KPA kota Medan juga melaksanakan SCP (Survei Cepat Perilaku) tepatnya bulan Februari, dari SCP (Survei Cepat Perilaku) dapat dipaparkan data penggunaan kondom sebagai berikut.Sebulan terakhir LSL(Lelaki Seks Lelaki) yang melakukan seks dengan menganal/top position sebanyak (40,53%) menggunakan kondom dan pelicin(13,68%) menggunakan kondom saja (6,32%) hanya menggunakan pelicin (22,63%) tidak menggunakan kondom dan pelicin.


(19)

Melakukan seks anal dengan pria yang bukan pasangan tetap tanpa memberi/menerima imbalan sebulan terakhir apakah menggunakan kondom & pelicin (22,08%) responden selalu meminta penggunaan kondom dan pelicin,(3,33%) tidak sering, (8,75%) kadang-kadang, (10,83%) tidak pernah, sedangkan (54,17%) tidak melakukan hubungan seks.Terakhir kali melakukan seks anal dengan pria yang bukan pasangan tetap tanpa memberi/menerima dengan menggunakan kondom & pelicin. Adalah (29,58%) responden pasangan menggunaan kondom dan pelicin, (9,58%) menggunakan kondom saja,(4,58%) menggunakan pelicin saja, sedangkan (54,58%) tidak menggunakan kondom pada saat anal seks terakhir kali.

Pasangan menggunakan kondom dan pelicin yang melakukan seks anal dengan pria yang diberi imbalan selama sebulan terakhir apakah menggunakan kondom & pelicin.Dimana(5,42%) responden selalu meminta penggunaan kondom dan pelicin,(0,42%)sering,(2,08%) kadang-kadang,(1,25%) tidak pernah, sedangkan (90,83%) tidak melakukan hubungan anal seks dengan pria yang diberi imbalan.Pasangan menggunakan kondom dan pelicin melakukan seks anal dengan pria yang diberi imbalan selama sebulan terakhir apakah menggunakan kondom & pelicin. Dimana 13 (5,42%) responden selalu meminta penggunaan kondom dan pelicin, 1 (0,42%) sering, 5 (2,08%) kadang-kadang, 3 (1,25%) tidak pernah, sedangkan 218 (90,83%) tidak melakukan hubungan anal seks dengan pria yang diberi imbalan.

Perilaku STBP (Survei Terpadu Biologis dan Perilaku) pada tahun 2007 melaporkan prevalensi HIV secara rata-rata di 3 kota yang disurvey, pada waria


(20)

5.2%. Khusus di Jakarta, prevalensi HIV pada LSL (Lelaki Seks Lelaki) telah meningkat 4 kali lipat dalam kurun waktu 4 tahun, dari 2% di tahun 2003 menjadi 8% di tahun 2007. Sedangkan Prevalensi IMS (Infeksi Menular Seksual) pada populasi kunci GWL (Gay, Waria, Lelaki Seks Lelaki) tinggi, terutama IMS di anus dan rektum. STBP (Survei Terpadu Biologis dan Perilaku) 2007 melaporkan bahwa prevalensi IMS (Infeksi Menular Seksual) di anus dan rektum pada waria di Jakarta 42%, di Surabaya 44% dan di Bandung 55% (anal), untuk Rektum di Jakarta 33%, Surabaya 34%, dan Bandung 29%. Luasnya jejaring hubungan seksual waria dan rendahnya tingkat pemakaian konsistensi kondom meningkatkan risiko penularan HIV pada waria, serta resiko penyebaran HIV di kalangan GWL (Gay, Waria, Lelaki Seks Lelaki) dan juga pria dan wanita heteroseksual.

Prevalensi HIV di kalangan LSL (Lelaki Seks Lelaki) di Jakarta saat ini termasuk tinggi di Asia Tenggara,mencapai 17,2 % pada 2011 yang sebelumnya hanya 8,1 % pada 2007. Prevalensi sifilis mencapai 16,8 % (Kemenkes, 2011). Prevalensi setinggi ini terjadi karena cakupan program pencegahan HIV, cakupan layanan tes HIV dan layanan pengobatan terkait HIV dan AIDS serta perilaku seks aman yang masih rendah di kalangan LSL (Lelaki Seks Lelaki) yang umumnya aktif secara seksual. Perilaku seks aman yang terpenting pada LSL(Lelaki Seks Lelaki) adalah penggunaan kondom secara konsisten pada setiap hubungan seks, baik hubungan seks kausal maupun komersian(Aditya, 2012).

Laporan tahunan KPA kota Medan 2013 jumlah penderita IMS atau Infeksi Menular Seksual berdasarkan kelompok resiko pasangan suami istri 1824 orang,


(21)

wanita pekerja seks 1051orang, pelanggan pekerja seks 367 orang, waria 370 orang, LSL (Lelaki Seks Lelaki) 324 orang, WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) 180 orang, PPS (Pelanggan Pekerja Seks) 4 orang.Jenis IMS (Infeksi Menular Seksual) yang terbanyak berdasarkan jumlah. Sifilis 118 orang, Suspect GO 74 orang, Servisitis/proctitis 57 orang, urethritis non GO 57orang, Trikomonlasis 3orang, Ulkus mole 1orang.

Jumlah pengidap HIV/ AIDS berdasarkan faktor resiko heteroseksual 279 orang, IDU 30 orang, perinatal 17 orang dan hubungan Lelaki Seks Lelaki (LSL) 10 orang.(KPA,2013). Bila dilihat dari jumlah angka penderita HIV/AIDS yang paling terkecil adalah LSL (Lelaki Seks Lelaki). Akan tetapi, yang paling besar resiko menularkan adalah LSL (Lelaki Seks Lelaki) dengan alasan bahwa LSL (Lelaki Seks Lelaki) memiliki dua pasangan yaitu pasangan lelaki atau waria, dan punya pasangan wanita yang tetap atau istri karena sebagian dari LSL (Lelaki Seks Lelaki) telah menikah dan memiliki anak dan seperti yang dipaparkan tadi bahwa penggunaan kondom juga masih rendah.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas,yang menjadi masalah adalah bagaimana perilaku penggunaan kondom pada komunitas LSL di kota Medan 2014. 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku penggunaan kondom pada komunitas LSL (lelaki seks lelaki) di kota Medan 2014.


(22)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan penggunaan kondom pada komunitas LSL (lelaki seks lelaki ) di kota Medan 2014

2. Untuk mengetahui bagaimana sikap penggunaan kondom pada komunitas LSL (lelaki seks lelaki) di kota Medan 2014

3. Untuk mengetahui bagaimana tindakan penggunaan kondom pada komunitas LSL (lelaki seks lelaki) di kota Medan 2014

1.4 Manfaat Penelitian

1.Untuk memberikan masukan pada lembaga yang membutuhkan informasi sebagai masukan untuk perencanaan program pencegahan HIV/AIDS.

2.Untuk alat evaluasi mengukur dampak program yang dilaksanakan selama ini. 3. Untuk menambah wawasan penulis mengenai prilaku penggunaan

kondom pada komunitas LSL (lelaki seks lelaki)

4.Sebagai syarat akhir menyelesaikan pendidikan penulis di fakultas kesehatan masyarakat universitas sumatera utara.

5. Sebagai perbandingan dan referensi untuk penulis lain yang ingin melakukan penelitian.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,baik yang dapat diamati langsung,maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Skinner , merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus(rangsangan dari luar). Oleh karena itu teori skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus –Organisme—Respons. Skiner membedakan respon menjadi 2 :

1. Respondent respons atau reflexive , yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan stimulus tertentu sehingga menimbulkan respons yang relatif atau disebut eliciting stimulation.

2. Operant respons atau instrumental respons ,yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus perangsang tertentu.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ,perilaku dibedakan menjadi dua: 1. Perilaku tertutup( covert behavior).

Respons terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. 2. Perilaku terbuka(overt behavior).

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan dan praktek mudah untuk diamati orang lain.


(24)

Benyamin bloom (1908) membagi perilaku dibedakan dalam tiga kawasan (domain) yakni Cognitive Domain, Afektif Domain, Psycomotor Domain.Ketiga domain ini diukur dari pengetahuan, sikap dan tindakan.

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu ,dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:

1. Tahu

Tahu dapat diartikan mengingat suatu materi yang sudah di pelajari sebelumnya.

2. Memahami

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui,dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi yang sebenarnya.

4. Analisis

Analisis adalah suatu komponen untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi ,dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis


(25)

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

6. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.2 Sikap

Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,tapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu.

Sikap terdiri atas beberapa tingkatan : 1. Menerima (receiving)

Mau dan memperhatikan stimulus tahu objek yang diberikan. 2. Merespon(responding)

Jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah. 4. Bertanggung jawab (responsible)

Mempunyai tanggung jawab atas segala resiko terhadap sesuatu yang sudah dipilihnya.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga tidak.Secara langsung dapat dinyatakan bagaiman pendapat atau pertanyaan respon


(26)

terhadap suatu objek.Orang bisa berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tingkatannya.Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku.

2.1.3 Tindakan

Tindakan dibedakan menjadi beberapa tingkatan: 1. Persepsi(perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama

2. Respon Terpimpin(guided response)

Dapat melakukan sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.

3. Mekanisme(mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi(adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall).Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).


(27)

2.2Teori Health Belief Model

Menurut Edberg (2007), Health Belief Model (HBM) merupakan teori yang paling luas digunakan. HBM di cetuskan pada tahun 1950-an berkat penelitian psikolog sosial dari U.S Public Health Service (USPHS) yakni Godfrey Houchbaum, Irwin Rosenstock, dan Stephen Kegeles.

HBM dalam promosi kesehatan harus memperhatikan komponen atau konstruksi yang merupakan pengungkit bagi faktor yang mempengaruhi perilaku. Komponen-komponen model hubungan kesehatan dengan kepercayaan (HBM) adalah

1. Persepsi Kerentanan. Derajat risiko yang dirasakan seseorang terhadap masalah kesehatan.

2. Persepsi Keparahan. Tingkat kepercayaan seseorang bahwa konsekuensi masalah kesehatan yang akan menjadi parah.

3. Persepsi manfaat. Hasil positif yang dipercaya seseorang sebagai hasil dari tindakan.

4. Persepsi Hambatan. Hasil negatif yang dipercayai sebagai hasil tindakan. 5. Petunjuk untuk bertindak. Peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang

untuk bertindak.

6. Efikasi diri dan kepercayaan seseorang akan kemampuannya dalam melakukan tindakan.


(28)

2.3 Pengertian LSL (Lelaki Sex Lelaki)

LSL (Lelaki Seks Lelaki) adalah semua yang berpenis yangberhubungan seks dengan manusia berpenis lainnya. Sesederhana itu,male-to-male sex. Terpenting dalam defenisi adalah perilaku seks. Jika dua lelaki berhubungan seks,maka disebut LSL (Lelaki Seks Lelaki) terlepas dari orientasi seks dan identitas gendernya (Amfar, 2006). Secara orientasi seks, LSL (Lelaki Seks Lelaki) mungkin terdiri dari laki-laki yang mengidentifikasikan dirinya sebagai homoseksual atau gay dan sebagai biseksual, meskipun lebih banyak yang tidak mengidentifikasi diri dengan keduanya atau karena alasan tertentu tetap mengidentifikasikan dirinya sebagai heteroseksual (UNAIDS, 2000).

Secara identitas gender seorang LSL (Lelaki Seks Lelaki) bisa jadi seorang yang maskulin,feminim,dan keduanya sekaligun (Androgin). Artinya, LSL (Lelaki Seks Lelaki) tidak selalu ditandai gesture tubuh laki-laki yang feminime, kemayu, fashionable, berlenggak lenggok, cara bicara seperti perempuan dan perasaan yang melankolis. Terdapat sifat cair dari istilah LSL (Lelaki Seks Lelaki) ini dengan unsur sentralnya adalah perilaku seks antar lelaki. Istilah ini digunakan sebagai istilah penggantian “homoseks atau gay” yang dalam banyak konteks sosial-budaya tidak dikenal, tidak berarti, sulit diterjemahkan dan dalam lapangan HIV dan AIDS cenderung menstigma kelompok tertentu (UNAIDS, 2006)

Sejak tahun 1990 para epidemiolog menciptakan terminologi men who have sex with men atau MSM dalam rangka mempelajari penyebaran penyakit menular diantara MSM terlepas dari apa identitasnya. Terminologi ini mampu menangkap


(29)

lebih banyak ekspresi perilaku seksual antar lelaki yang tidak hanya sebatas homoseks atau gay (UNAIDS, 2006). Sejak saat itu frase MSM (yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi LSL) lebih populer digunakan sebagai cara membicarakan perilaku seks antar lelaki dari pada istilah homoseksual atau gay(Aditya, 2012).

2.3.1 Ciri-Ciri LSL (Lelaki Seks Lelaki)

Menurut Ardiana, 2012 adapun ciri-ciri dari seorang LSL adalah sebagaiberikut: a. Laki-laki yang secara eksklusif berhubungan seks dengan laki-laki lain.

b. Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki lain tapi sebagian besarnya berhubungan dengan perempuan.

2.4 Komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) di kota Medan

Menurut Bachari,2012 komunitas adalah terbentuknya dari sekelompok orang saling berinteraksi secara sosial diantara anggota kelompok itu berdasarkan adanya kesamaan kebutuhan atau tujuan dalam diri mereka atau diantaranya kelompok yang lain serta adanya wilayah-wilayah individu yang terbuka untuk anggota kelompoknya. Di kota medan memiliki komunitas- komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) tempat berkumpulnya anggota komunitas biasanya kost-kostan, tempat karoke, salon dsb

Awalnya komunitas LSL(Lelaki Seks Lelaki) hanya di jumpai di mall di kota Medan dan pada hari tertentu saja yaitu pada hari Jumat untuk bertemu teman komunits namun, karena kecanggihan tekhnologi sekarang LSL(Lelaki Seks Lelaki) bisa leluasa bertemu di dunia maya atau di situs khusus kemudian janji untuk ketemu


(30)

Kecanggihan tekhnologi juga dimanfaatkan oleh KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) untuk pencegahan HIV/AIDS yaitu membuat situs resmi www.proyekcinta.com yang dapat diakses dengan mudah dan waktu yang tidak terbatas.Situs ini dimanfaatkan sebagai media promosi dan edukasi tentang pencegahan HIV/AIDS dan situs ini juga menginformasikan manfaat penggunaan kondom agar anggota komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) mau melakukan pencegahan HIV/AIDS dengan salah satu caranya dengan menggunakan kondom (KPAK, 2013).

Medan juga punya hotspotseringnya berkumpul komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) di bawah ini beberapahot spotkomunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) yang ada di kota Medan :

1. Salah satu tempat karoke terkenal di medan 2. Kost-kostan

3. Tempat makan dan tempat nongkrong 4. Salon dan Massage

Komunitas LSL (Lelaki Seks LeLaki) dipandang rentan terhadap penularan PMS dan HIV/AIDS.Mengingat perilaku seksual komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) yang cenderung bebas dan berganti gantipasangan serta rendahnya informasi tentang kesehatan reproduksi. Berdasarkan hasilpenelitian menunjukkan bahwa umur 18-29 tahun sebanyak 45% telah menjadi mitraseksual dan ditemukan 9% diantaranya positif HIV/AIDS (Hirshfield dkk, 2003). Berdasarkan data UNAIDS, 2006 sampai hari ini paling tidak 5-10% infeksi HIV di dunia di tularkan melalui seks tidak aman sesama lelaki. Jumlah yang terlibat seks dengan lelaki lain diperkirakan antara 2-5% di seluruh dunia.


(31)

2.4. Perilaku Seksual LSL (Lelaki Seks Lelaki)

1. Oral erostism : segala sesuatu yang berkaitan dengan mulut misalnya memasukkan penis kedalam mulut dan menggunakan bibir atau lidah dan mulut untuk menggelitik.

2. Anal erotism : berhubungan segala sesuatu dengan anus atau dubur yaitu bergantian melalukan senggama melalui dubur.

3. Vaginal erotism: berhubungan segala sesuatu dengan vagina

Menurut Kalina dkk, 2009 perilaku seksual yang beresiko mempunyai 2 faktor yaitu : 1. Faktor Psikologi

Keadaan kejiwaan seseorang dapat mendorong untuk melakukan perilaku seksual sehingga sebagai variasi dalam hubungan seksual.

2. Faktor Perilaku

Semua bentuk tindakan yang dipengaruhi oleh faktor psikologi seseorang yang tidak stabil sehingga dalam berhubungan seksual tanpa memikirkan keadaan kesehatan.Misalnya melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom.

2.5. Program Penggunaan Kondom

Pencegahan HIV dikenal dengan 3 strategi umum yang secara universal di formulasikan A adalahabstinence yang dapat diartikan tidak melakukan seks bebas. B adalah be faithful yang di artikan setia pada satu pasangan dan yang ketiga C adalah condom pemakaian kondom saat berhubungan seksual beresiko apabila A dan B tidak bisa dilakukan.


(32)

Pada strategi ABC yang dipaparkan itu merupakan strategi pencegahan penularan melalui transmisi seksual. Sedangkan,untuk mode of transmission yang berbeda seperti penggunaan jarum suntik , transfusi darah , dari ibu yang positif HIV kepada anaknya mempunyai strategi yang berbeda.

Strategi A biasanya di perkenalkan pada segmen remaja yang belum aktif secara seksual.Bdan C diperkenalkan pada mereka yang telah memiliki pasangan seks yang lebih dari satu atau berganti–ganti pasangan. Segmen populasi ini biasanya disebut MARP(most-at risk population) atau populasi paling beresiko terhadap HIV beda segmen beda strategi.

MARP untuk setiap regional atau negara bisa berbeda untuk konteks Indonesia ,menurut KPA yang termasuk MRAP Indonesia:

a) Pekerja seks perempuan

b) Lelaki seks lelaki termasuk didalamnya pekerja seks lelaki c) Waria

d) Lelaki klien pekerja seks dan e) injecting drug user.

MARP inilah yang mengontrol epidemi HIV di Indonesia.

Pekerja seks laki-laki yang melayani klien laki-laki adalah sub-populasi LSL menimbulkan resiko tinggi tertular dan menularkan HIV. Pada situasi seperti ini penggunaan kondom menjadi keniscayaan untuk di gunakan secara konsisten pada setiap hubungan seks sebagai cara pencegahan HIV yang murah dan efektif

(Aditya, 2012).

Selain strategi ABC , KPA juga punya program untuk menekan pertumbuhan IMS dan HIV yaitu pemakaian kondom 100% yang disingkat PPK adalah


(33)

kegiatanyang memberikan penekanan pada pendidikan dan promosi pemakaian kondom sebagai upaya menekan meluasnya penularan infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS,terutama dikalangan populasi yang memiliki banyak pasangan seksual. PPK 100% dilaksanakan di pusat – pusat konsentrasi transaksaksi seksual dengan banyak pasangan, kondomdiberikansepaketdengan pelican duakondomsatu pelican yang berbahan air (KPAK, 2013).

Kasus HIV/AIDS terus meningkat dari tahun ketahun terutama dari tahun 2009 ketahun 2010 terjadi peningkatan yang cukup tajam hal ini disebabkan sudah semakin baiknya teknologi informasi sehingga pencatatan dan pelaporan kasus HIV/AIDS yang terjadi dimasyarakat sudah semakin baik. Serta kerja sama yang baik dari pemerintah dan masyarakat sehingga populasi komunitas yang beresiko dapat hal ditinjau dan diketahui. Pada tahun 2011 terjadi sedikit penurunan kasus HIV/AIDS hal ini dapat disebabkan penderita yang sudah meninggal dunia dan efek dari diperkenalkan dan dijalankannya program penggunaan kondom 100% (KPAK, 2013).

2.5.1. Tujuan dan Target Sasaran Program Tujuan pelaksanaan program kondom 100% :

1. Mendekatkan akses kondom pada setiap tempat yang menjadi tempat adanya perilaku berganti-ganti banyak pasangan seksual.

2. Meningkatkan pengetahuan para pekerja seks komersial untuk menawarkan pemakaian kondom kepada para pelanggan dan keterampilan cara pemakaian kondom secara benar.


(34)

3. Meningkatkan pemakaian kondom secara konsisten pada setiap seksual beresiko.

4. Menurunkan prevalensi IMS pada pekerja seks (laki-laki dan perempuan) dan para pelanggannya.

Target sasaran program: 1. Pekerja perempuan langsung 2. Pekerja perempuan tak langsung 3. Pekerja seks laki-laki

4. Gay atau LSL(Lelaki Seks Lelaki) 5. Waria pekerja seks

6. Pelanggan dari pekerjaan seks perempuan atau laki-laki.

2.5.2 Outlet Kondom

Outlet adalah tempat penyaluran distribusi kondom. Jenis outlet terbagi dua jenis yaitu:

1. MLD (Mangemen Lini Dua) : Outlet yang menyalurkan lagi distribusi kondom ke outlet outlet selanjutnya.

2. Outlet Akhir : Tempat distribusi terakhir kondom yang langsung kepengguna (user)

Outlet kondom yang terdapat di kota Medan yang pengguna atau usernya LSL (Lelaki Seks Lelaki).


(35)

TABEL 2.1. Outlet Kondom di Medan

No Nama outlet alamat Jenis outlet

1 LSM GSM Jln. Pelangi MLD

2 KDS Seci Jln. Marendal MLD

3 Herman Jln. Kampung baru Outlet akhir

4 Leonard Jln. Bukit barisan Outlet akhir

5 KDS Koos Jln. Garuda MLD

6 Yoko Jln. Bromo Outlet akhir

7 Aan Jln. Multatuli Outlet akhir

2.5.3 Distribusi Pemetaan Waria & LSL menurut Tempat (wilayah)

Berdasarkan laporan yang didapat dari KPA (Komisi Penanggulangan AIDS Kota Medan) Tahun 2011 terdapat data waria & LSL per-kecamatan geografis & sosial yang menjadi populasi kunci untuk pencegahan penyebaran HIV/AIDS.


(36)

Jumlah keseluruhan Waria (664 orang) & LSL (1.699 orang), berikut rinciannya.

Tabel 2.10.1: Jumlah Keseluruhan Lelaki Seks dengan Lelaki berdasarkan letak wilayah di Kota Medan Tahun 2011

Sumber : Mapping Gerakan Sehat Medan 2011

NO KECAMATAN WARIA LSL

1 MEDANTUNTUNGAN 0 0

2 MEDAN JOHOR 134 0

3 MEDAN AMPLAS 0 0

4 MEDAN DENAI 8 90

5 MEDAN AREA 20 120

6 MEDAN KOTA 35 295

7 MEDAN MAIMUN 0 0

8 MEDAN POLONIA 0 210

9 MEDAN BARU 161 40

10 MEDANSELAYANG 30 103

11 MEDAN SUNGGAL 51 245

12 MEDAN HELVETIA 45 86

13 MEDAN PETISAH 93 208

14 MEDAN BARAT 7 205

15 MEDAN TIMUR 10 55

16 MEDAN PERJUANGAN 0 0

17 MEDAN TEMBUNG 20 0

18 MEDAN DELI 20 0

19 MEDAN LABUHAN 8 0

20 MEDAN MARELAN 12 32

21 MEDAN BELAWAN 10 10


(37)

2.6. Sejarah Kondom

Kondom adalah sarung karet yang tipis terbuat dari lateks yang digunakan saat melakukan hubungan seksual. Pada ujungnya terdapat kantong kecil yang merupakan reseivour untuk menampung semen (Siswosudarmo dkk, 2001)

Kondom pertama kali di temukan di Mesir sejak lebih dari 3000 tahun tetapi sangat sulit mendapatkan gambaran bagaimana kondom pada masa itu,kemungkinan mereka menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual atau pada saat upacara keagamaan. Beberapa waktu kemudian orang romawi membuat kondom dari otot korban peperangan.Kondom yang tertua ditemukan di istana Dudley dekat Birmigham,England. Kondom yang terbuat dari ikan dan usus hewan telah di jumpai sejak tahun 1640.Kemungkinan digunakan untuk mencegah penularan penyakit seksual selama terjadi perang antara Oliver Cromwell dan King Charles I.

Kondom di produksi secara besar-besaran setelah tahun 1844, ketika Charles Good Year mematenkan pembuatan vulkanisasi dari karet.Kondom tersebut hanya digunakan untuk satu kali pemakaian dan kondom yang terbuat dari usus domba masih dapat di jumpai (Dumasari, 2008).

2.6.1. Jenis Kondom

Kondom latex dibuat oleh pabrik mempunyai bentuk, tekstur, warna, ketebalan, lebar dan panjang yang berbeda.Beberapa kondom mempunyai permukaan yang lembut dan ada juga yang mempunyai tekstur.Kebanyakan dari kondom bewarna pudar yang buram tetapi ada juga yang berwarna dan berbau serta berasa. Pada umumnya ada dua bentuk yang sering dijumpai yaitu mempunyai pinggang


(38)

yang lurus (straight-sided),mempunyai diameter yang sama pada kedua ujung dan bentuk yang ngepas (contoured), mempunyai bentuk yang hampir sama dengan straight-sided tetapi lebar untuk kepala dari penis kecil. Bentuk yang ketiga yaitu meruncing dari ujung yang tertutup dengan diameter yang lebih kecil dari bagian yang terbuka.Bentuk yang keempat yaitu adanya bulatan pada ujung dari bagian yang tertutup.

Kondom latex dirancang mempunyai permeabilitas membran yang dapaat menghambat lewatnya organisma dalam berbagai ukuran seperti spermatozoa dengan diameter 0,003mm(3000nm) dan juga pathogen penyebab penyakit seksual seperti N.Gonorrhoeae (800nm),HIV(125nm)dan hepatitis b (40nm).

2.7. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Kondom

Menurut Siswosudarmo, 2001 keutungan menggunakan kondom adalah mudah,murah dan cukup efektif untuk melindungi atau pencegahan terhadap penularan PMS (penyakit menular seksual). Serta dapat mengurangi ejakulasi dini dan memperpanjang ereksi pada laki-laki. Sedangkan kerugiannya kurang praktis karena harus dipakai setiap kali akan melakukan hubungan seksual,sehinggan harus selalu ada persediaan apabila sedang berpergian dan kondom mengurangi rangsangan penis sehingga kenikmatan seksual terganggu.


(39)

2.7.1 Mitos Terhadap Kondom

Menurut pemaparan materi SRAN, beberapa mitos yang beredar dikalangan LSL (Lelaki Seks Lelaki).

1. Kondom tidak bisa mencegah HIV dan IMS.

2. Pakai kondom selalu membuat hubungan seks tidak enak. 3. Kondom pasti menyebabkan gatal dan iritasi pada vagina. 4. Kondomhanyauntukpencegahankehamilan.

Berdasarkan laporan STBP(Survei Terpadu Bioligis dan Perilaku) tahun 2011 sebanyak 88% LSL mengaku pernah menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan seks anal dengan pria. LSL(Lelaki Seks Lelaki) menggunakan kondom pada saat hubungan seks anal dengan pria adalah 22% menggunakan kondom secara konsisten pada seks anal 1 bulan terkhir. Kurang dari satu pertiga LSL(Lelaki Seks Lelaki) menggunakan kondom secara konsisten pada setiap pasangan seksualnya.

Kegagalan pemakaian kondom tergantung pada karakteristik pemakai seperti sejarah kegagalan dalam pemakaian kondom yaitu terlepas,kurangnya pendapatan yang rendah dan ukuran penis yang besar (Donit,2011).

Dalam mempromosikan kondom,kondom harus tersedia dengan baik dan untuk meningkatkan penggunaan kondom adalah dengan meningkatkan kualitas kondom yang membuat hubungan menjadi nikmat.


(40)

2.8 Penggunaan Kondom pada LSL (Lelaki Seks Lelaki)

Pemakaian kondom konsisten pada waria masih rendah. STBP 2007 melaporkan bahwa ada di 5 kota yang disurvey (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Malang) dalam hubungan seks komersial dengan pelanggan, pemakaian kondom konsisten pada hubungan seks anal reseptif berkisar antara 13% (Jakarta) dan 48% (Bandung), sedangkan pada hubungan seks anal insertive berkisar antara 9,5% (Semarang) dan 46% (Bandung).

Luasnya jejaring hubungan seksual waria dan rendahnya tingkat pemakaian konsisten kondom meningkatkan resiko penularan HIV pada waria, serta resiko penyebaran HIV di kalangan GWL (Gay, Waria, Lelaki Seks Lelaki) serta pria dan wanita heteroseksual. LSL (Lelaki Seks Lelaki) cenderung memiliki banyak pasangan seks, berhubungan dengan lelaki, perempuan, dan waria.Sedangkan, pemakaian kondom konsisten dalam satu bulan terakhir pada populasi LSL (Lelaki Seks Lelaki) sangat rendah.

Jejaring seksual LSL (Lelaki Seks Lelaki) ternyata sangat luas dengan pemakaian kondom konsisten yang sangat rendah.Kedua hal ini meningkatkan resiko penularan HIV pada LSL (Lelaki Seks Lelaki) dan pasangannya, juga meningkatkan resiko penularan HIV pada populasi homoseksual maupun heteroseksual. Selain perilaku seksual beresiko, stigma dan diskriminasi merupakan faktor meningkatkan kerentanan GWL (Gay, Waria, Lelaki Seks Lelaki) terhadap penularan HIV

(GWL INA, 2010).

Berdasarkan laporan STBP (Survei Terpadu Biologis dan Perilaku) tahun 2011 sebanyak 88% LSL (Lelaki Seks Lelaki) mengaku pernah menggunakan


(41)

kondom pada saat melakukan hubungan seks anal dengan pria. LSL (Lelaki Seks Lelaki) menggunakan kondom pada saat hubungan seks anal dengan pria adalah 22% menggunakan kondom secara konsisten pada seks anal 1 bulan terakhir.Kurang dari satu pertiga LSL (Lelaki Seks Lelaki) menggunakan kondom secara konsisten pada setiap pasangan seksualnya.

Kegagalan pemakaian kondom tergantung pada karakteristik pemakaian seperti sejarah kegagalan dalam pemakaian kondom yaitu terlepas, kurangnya pendapatan yang rendah dan ukuran penis yang besar (Donit, 2011).Dalam mempromosikan kondom, kondom harus tersedia dengan baik dan untuk meningkatkan penggunaan kondom adalah dengan meningkatkan kualitas kondom yang membuat hubungan menjadi nikmat.

2.9. PMS (Penyakit Infeksi Menular Seksual) yang Beresiko Ditularkan Pada Komunitas LSL

PMS atauSexually Transmitted Diseaseadalah suatu gangguan atau penyakit yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak hubungan seksual. PMS yang sering terjadi adalah Gonorhoe, Sifilis, Herpes, namun yang paling terbesar diantaranya adalah AIDS, karena dapat mengakibatkan kematian pada penderitanya.AIDS tidak bisa diobati dengan antibiotik (Zohra dan Raharjo, 1999).


(42)

Dalam Suherman (2013)menyatakan PMS (penyakit menular seksual ) yang serin timbul:

1. Gonorhoe

gonorhoe atau yang disebut kencing nanah , ditularkan melalui hubungan seksual. Bakteri yang membawa penyakit ini adalah gonococcus. Penyakit ini meyerang organ reproduksi dan menyerang selaput lendir , mucus , anus dan organ lainnya.

2. Sifilis

Sifilis yang lebih dikenal dengan sebutan raja singa. Penyakit ini ditularkan melalui kontak seksual dan penggunaan alat yang di gunakan oleh penderita seperti handuk,baju dsb. Penyebab timbulnya penyakit ini adalah adanya kuman Treponemapallidum, kuman ini menyerang organ penting tubuh lainnya seperti selaput lendir, anus, bibir, lidah dan mulut.

3. Herpes

Herpes disebabkan oleh virus herpes simplex atau herves hominis tersebar melalui hubungan seksual dan melalukan oral seks dengan penderita.Herpes menyerang daerah kulit dan mulut.

5. AIDS

Sebuah singkatan Acquired Immuno Deficiency Syndromartinya suatu gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang.Pada dasarnya setiap orang mempunyai sistem kekebalan tubuh yang dapat melindunginya dari berbagai serangan seperti virus, kuman, dan penyakit lainnya.


(43)

6. HIV

Singkatan dari Human Immuno Deficiency Virus, yaitu sejenis virus yang menyebabkan AIDS. HIV ini menyerang sel darah putih dalam tubuh sehingga jumlah sel darah putih semakin berkurang dan menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi lemah.

2.10. Kerangka Pikir

Penggunaan kondom saat melakukan hubungan seksual • Persepsi Kerentanan

• Persepsi Keparahan • Persepsi Manfaat • Persepsi Hambatan • Petunjuk

• Efikasi diri dan Kepercayaan


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif menggunakan wawancara mendalam untuk mengetahui perilaku penggunaan kondom pada komunitas LSL di Medan tahun 2014.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Lokasi penelitian ini berada di kota Medan. Dengan alasan :

1. Kota Medan salah satu kota metropolitan di Indonesia dan kota ke tiga terbesar setelah Jakarta dan Surabaya dengan jumlah penduduk yang banyak dengan pergaulan yang bebas sehingga memiliki potensi prilaku yang menyimpangan seksual dan beresiko. Berdasarkan data yang didapat dari KPA Kota Medan pada Tahun 2011 jumlah komunitas GWL (Gay, Waria dan LSL) di Kota Medan sebanyak 2.363 orang. Yang terdiri atas Waria sebanyak 664 orang, Gay sebanyak 1.572 orang serta LSL sebanyak 127 orang.

2. Peneliti tertarik melakukan penelitian karena informan nya adalah komunitas LSL (lelaki seks lelaki) di kota Medan memiliki resiko lebih besar untuk menularkan IMS dan HIV/AIDS karena LSL (Lelaki Seks Lelaki memiliki pasangan tidak hanya seorang laki-laki tetapi perempuan pasangan tetap atau istri.


(45)

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan April - Juli 2014. 3.3. Pemilihan Informan

Informan adalah anggota komunitas LSL (lelaki seks lelaki) yang bertempat tinggal di Medan.

Pemilihan informan dilakukan dengan cara snowballing. Informan pertama yang diambil peneliti adalah seorang anggota komunitas LSL (lelaki seks lelaki )yang sudah dikenal oleh peneliti, kemudian dari informan ini peneliti meminta rekomendasi untuk diperkenalkan dengan anggota komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki ). Untuk jumlah informan disesuaikan dengan berdasarkan kesesuaian dan kecukupan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dengan cara wawancara mendalam (indepth interview). sesuai panduan pertanyaan yang dibuat peneliti, seluruh informan yang di wawancarai pada waktu yang berbeda dan di tempat berkumpul dan berktifitas komunitas LSL (lelaki seks lelaki) yang sudah di sesuaikan.Alat bantu yang digunakan penulis adalah pulpen , kertas ataunotessertatape recorder


(46)

3.5 Definisi Istilah

1. Karakteristik informan :

a. Umur adalah lama hidup informan yang dihitung melalui ulang tahun terakhir informan dalam tahun pada saat penelitian dilakukan

b. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh informan

c. Status Perkawinan adalah tanda dari informan apakah sudah memiliki ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri 2. Perilaku komunitas LSL ( Lelaki Seks Lelaki) adalah usaha untuk mencegah IMS

dan HIV/AIDS berdasarkan perilaku seksual beresiko.

a. Pengetahuan adalah segala pengetahuan yang dimiliki informan mengenai manfaat menggunakan kondom

b. Sikap adalah tanggapan dan kesiapan informan tentang pentingnya menggunakan kondom.

c. Tindakan adalah segala bentuk nyata tindakan informan sehubungan dengan pengetahuan dan sikap untuk menggunakan kondom.

3. Pelayanan khusus kondom (outlet) menyediakan berupa :

a. Pemberian informasi, dan pencegahan IMS dan HIV/AIDS b. Aksesibilitas kondom dan pelicin gratis.


(47)

3.6 Metode Analisa Data

Data hasil wawancara mendalam diolah dengan menggunakan komputer dan dianalisis dengan menggunakan analisis domain, yaitu dengan menjelaskan secara mendalam berdasarkan jawaban dan keterangan informan. Kemudian akan dinarasikan dalam bentuk cerita dari jawaban yang diperoleh dari informan.


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Letak Geografis

Penelitian dilakukan di Kota Medan sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Utara yang merupakan salah satu pusat pemerintahan, pendidikan, kebudayaan dan perdagangan. Kota Medan secara geografis terletak di antara 2 27'-2 47' Lintang Utara dan 98 35'-98 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara Propinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 Km² secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan.

4.1.2. Gambaran Demografis

Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2010 berdasarkan data kantor statistik Kota Medan adalah : 2.121.053 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 8.001/Km². Daerah terpadat penduduknya adalah Kecamatan Medan Perjuangan yaitu 25.844 jiwa/Km² dengan luas wilayah 4,09 Km². Sedangkan Kecamatan Medan Labuhan merupakan daerah yang renggang penduduknya yaitu 2.916 jiwa/Km² dengan luas wilayah 36,67 Km².

4.2. Gambaran Umum Karakteristik Informan

Dalam penelitian ini diperoleh 4 orang informan yang merupakan bagian komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) di kota Medan memiliki karakteristik sebagai


(49)

berikut: umur, jenis kelamin, pendidikan, dan status perkawinan sebagaimana dapat dilihat dalam tabel 4.1 di bawah ini :

Tabel 4.1.Distribusi Informan Berdasarkan Karakteristik

No Umur Pendidikan Status Perkawinan

1. 22 SMA Belum menikah

2. 20 Mahasiswa Belum menikah

3. 34 SMA Duda

4. 40 SMA Menikah

Dari tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa informan berjumlah 4 orang. Informan keseluruhannya berusia produktif dan 3 informan berpendidikan SMA dan 1 orang Mahasiswa di salah satu universitas di Medan. 2 orang informan tergolong kedalam LSL (Lelaki Seks Lelaki) muda yang lebih produktif untuk bergaul dan lebih beresiko dengan usia mudanya. Dilihat dari segi status perkawinan, 2 orang informan berstatus belum menikah, 1 orang sudah menikah dan 1 orang informan duda.

4.3. Perilaku Penggunaan Kondom Pada Komunitas LSL di Medan 2014 4.3.1 Pengetahuan/Kesadaran Informan Bahwa Seorang LSL

Adapun hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 3 informan yaitu sejak kapan mereka mengetahui / menyadari LSL( Lelaki Seks Lelaki), didapatlah hasil pada tabel distribusi pengetahuan / kesadaran diri informan terhadap LSL (Lelaki Seks Lelaki)sebagai berikut :


(50)

Tabel 4.2.Distribusi Pengetahuan/Kesadaran Informan Bahwa Seseorang LSL (Lelaki Seks Lelaki)

Informan 1 Awalnya sih aku punya pacar, pacar perempuan ya biasa pacaran hubungan kami juga udah jauh udah sampai melakukan hubungan intim. Pertama aku berhubungan dengan laki-laki waktu SMA ceritanya aku punya kawan gay aku sering sama dia. Lama kelamaan ada hasrat untuk mencoba dan aku kenalan dengan laki-laki dari fb kebetulan dia orang Jakarta ga lama kemudian dia datang ke Medan yaudah habislah kakak kena turah dek pecah perawan kakak malam itu dan kakak ketagihan dek..

Informan 2 Hemm kasih tau ga yaa ? awalnya sih aku ada pacar perempuan aku sih normal entah apa yang menuntunku tiba-tiba suka aja lihat laki-laki hahahaha pas aku SMA hasrat untuk memeluk tinggi, ga lama aku pun kenalan sama seorang cowok pas disitu ketemu kami melakukan hubungan intim dan sampai saat ini pacarku gatau aku beginian

Informan 3 Awalnya sih aku punya pacar, pacar perempuan ya biasa pacaran hubungan kami juga udah jauh udah sampai melakukan hubungan intim. Pertama aku berhubungan dengan laki-laki waktu SMA ceritanya aku punya kawan gay aku sering sama dia. Lama kelamaan ada hasrat untuk mencoba dan aku kenalan dengan laki-laki dari fb kebetulan dia orang Jakarta ga lama kemudian dia datang ke Medan yaudah habislah kakak kena turah dek pecah perawan kakak malam itu dan kakak ketagihan dek..

Informan 4 Awalnya aku seorang waria di Bogor, aku juga miss waria di sana mangkal dan punya pacar. Pacarku dulu mulai dari preman pasar, tukang parkir tapi aku selalu disakitin, di ambilin hartaku, di siksa batin lah ini lah yang membuat aku sekarang kembali kek gini pas pula ada seorang wanita yang bisa nerima aku dengan status yang positif HIV ya kami menikah 3 tahun yang lalu

Dari tabel 4.2 3 orang informan mengaku awalnya mereka normal (yang disebut normal disini adalah pacaran dengan seorang wanita dan berhubungan intim dengan wanita) ada hasrat ingin mencoba berhubungan dengan laki-laki 3 dan awalnya mereka berhubungan dengan orang yang mereka tidak kenal.Responden sampai saat ini masih memiliki pacar wanita.Responde ke 4 awalnya memang seorang waria, 3 tahun yang lalu baru menikah dengan seorang wanita.


(51)

4.3.2 Pengetahuan Informan Terhadap Resiko IMSdan HIV/AIDS

Adapaun hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 3 informan yaitu mengenai pengetahuan informan terhadap resiko IMS dan HIV/AIDS sebagai berikut :

Tabel 4.3.Distribusi Pengetahuan LSL TerhadapResiko IMS dan HIV/AIDS Informan 1 Aku tau kalo kok resiko yang kuhadapi nantinya aku bisa kena

IMS/HIV, aku juga udah banyak baca dari internet kalo aku bisa sakit HIV itu karena aku main sama pacarku dan sama lekong. Karena aku udah tahu resiko itu aku sekarang rajin ke klinik sebulan sekali pasti aku periksalah

Informan 2 Sebelumnya aku gatau kalau itu beresiko tapi lama kelamaan aku tau karena kawan-kawan ku penah cerita masalah ini, zaman kan juga udah canggih kak aku cari infonya di internetlah

Informan 3 Kalau abg dek put, udah tau banyak masalah ini karena ada LSM yang pernah ngasih informasi ini, dan kan sekarang mudah aja dek kalau informasi abg tinggal cari di internet aja, abg juga rutin melakukan pemeriksaan tiap bulan

Informan 4 Udah taulah aku dek kalau masalah itu..

Dari tabel 4.3 Informan 1, 2, 3,4 mengetahui resiko IMS dan HIV/AIDS dari mereka berhubungan dengan wanita(pacar) dan dengan laki-laki. Bahkan responden 1,3dan 4 sudah rutin melakukan pemeriksaan kepelayanan sebulan sekali.


(52)

4.3.3 Perilaku Seksual Beresiko Selain pada Pasangan Tetapdan Perilaku Penggunaan Kondom

TABEL 4.4.Distribusi Perilaku Seksual beresiko Selain pada Pasangan Tetap dan Penggunaan Kondom

Informan 1 Hemmm aku kalau selain pacarku, atau pasangan lekongku aku ga pernah dek main sama psk atau sama waria kalau aku sama waria gilo dek karena berembong terus masak dy yg nurah aku. Masalah kondom aku kalau sama pacar ga pernah pake kondom karenakan pacar sendiri aku percayalah. Kalau sama lekong kike hemm (ketawa) perlu rupanya ku kasih tahu itu dek ? kalau sama lekongku aku awalnya ga pernah pake kondom dek baru-baru ini aja aku make itupun karena udah dapat informasi kalau aku ga pake kondom aku bisa kena penyakit kalau sekarang aku pake dek walaupun kadang pake kadang enggak soalnya kalau pake pas main gaenak lain sensasinya

Informan 2 Sama psk maksudnya ?atau sama waria ? hemmmmm ga pernah aku dek ga mau aku takut ini aja aku tahu kekmana resikonya apalagi main sama psk diluaran sana. Kalau aku yang ada status pacaran gamau aku pakai kondom karena aku percaya pacarku bersih tapi kalau aku jumpa orang langsung main pake kondomlah

Informan 3 Harus jujur nih dek put ?hahaha malu abg soalnya abang kuat kali seks abang main sama pacar abang, main juga sama laki-laki selain itu abang main sama psk dan waria. Kalau abang sama pacar abang yang cewek ga pernah pake kondom dek karena abang percaya sama dia kalau kami main selalu tembak luar supaya dia ga hamil sama psk juga sama abang ga pernah pakai kondom. Kalau sama pacar laki-laki atau sama waria abang selalu pake kondom setiap berhubungan takut abang soalnya karena resikonya tinggi dibanding sama cewek. Apalagi abang yang kalau udah pacar cowok itu tiap hari bisa main hahhahaha kunaf abangkan dek ?sekarang aja yg udah jarang karena sekarang ga ada cowok abang carikanlah abang cowok dek put..

Informan 4 Selain istri aku, kalau mood aku aku berhubungan sama laki-laki kalau pengen..kadang pas pengen aku bedendong tanpa sepengetahuan istriku aku harus menjaga perasaannyalah dek karena istriku orang yang sangat tulus sayang samaku bisa menerima setiap keadaanku aku harus bisa jadi suami yang baik untuknya walau terkadang bertentangan dengan nuraniku yang berperan ganda.


(53)

Dari tabel 4.4 informan 1, 2, dan 4 tidak pernah melakukan hubungan seks dengan PSKdan waria sementara informan ke3 melakukan hubungan seks dengan pacar wanitanya, laki-lakinya selain itu berhubungan seks dengan psk dan waria. Perilaku penggunaan kondom pada informan 1, 2, dan3 tidak mau menggunakan kondom pada pacar atau pasangannya sementara untuk pasangan lelakinya yang konsisten menggunakan informan ke 3 dan informan 1dan 2 tidak konsisten menggunakan.

4.3.4 Persepsi informan terhadap manfaat kondom

Adapaun hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 3 informan yaitu mengenai persepsi informan terhadap resiko manfaat kondom dapat dilihat pada tabel disribusi persepsi informan kondom dapat mencegah IMS dan HIV/AIDS

TABEL 4.5Distribusi Persepsi Informan Kondom dapat Mencegah IMS dan HIV/AIDS

Informan 1 aku tau kok kondom apa buat supaya ga hamilkan ? hahaaha (tekekeh) lalu diam sejenak selain itu aku tau manfaatnya kalau itu bisa mencegah HIV apalagi kami yg LSL ini kok ga pake kondom bahaya kali..

Informan 2 Ya jelas tau lah aku itukan bisa buat orang ga hamil yang pertama baru bisa mencegah HIV soalnya aku sering gitu dikasih tahu sama sering aku lihat di internet

Informan 3 Yaa abang tau dek put manfaatnya untuk mencegah HIV kan untuk kami yang beresiko ini baru kalok abang sama cewek abang supaya ga hamilkan ?

Informan 4 Manfaatnya jelas aku sudah tahu kalau kondom itu bisa mencegah IMS dan HIV/AIDS, banyak udah informasi mengenai manfaat kondom tetapi tetap saja angka prevalensi HIV meningkat


(54)

Dari tabel 4.5.semua informan mengatakan bahwa semua informan mengetahui bahwa kondom memiliki manfaat selain untuk kontrasepsi dan mencegah IMS dan HIV/AIDS

4.3.5 Gambaran Perilaku Informan dalam Mendapatkan Kondom dan Pelicin Gratis

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada informan mengenai darimanakah biasanya informan mendapatkan kondom dan pelicin gratis, apakah ia mendapatkannya dari outlet kondom, maka dapat dilihat pada tabel distribusi perilaku informan dalam mendapatkan kondom dan pelicin gratis berikut :

Tabel 4.6.Distribusi Perilaku Informan dalam Mendapatkan Kondom dan Pelicin Gratis

Informan 1 Gapernah ngambil kondom sama pelicin gratisan aku selalu beli bahkan aku ga tau dimana ada kondom gratis di dapat, kalau memang di outlet akupun gatau outlet itu apaaa

Informan 2 Ihh ga pernah aku ngambil yang gratisan, aku selalu beli di apotik ataupun indomaret walaupun aku agak malu dikit, outlet kondom itu bukannya Cuma ada di thailand yaa ? baru tahu aku kalau di Medan ini ada outlet kondomnya

Informan 3 Kalau abangkan memang selalu ngambil di outlet dek, kan kebetulan abang dekat sama orang LSM jadi abang tahulah dimana-mana aja outletnya dek kalau kondom sama pelicin itu dikasihnya satu paket itu 2 kondom 1 pelicin berbahan dasar air

Informan 4 Dengan istri aku tidak menggunakan kondom karena aku program punya anak, kalau berhubungan dengan laki-laki aku harus menggunakan kondom yang ku dapati dengan mudah tinggal membeli kalau habis stok kondom dari outlet..

Dari tabel 4.6 2 orang informan tidak pernah mengambil kondom dan pelicin di outlet kondom.Bahkan, kedua informan tersebut tidak mengetahui outlet kondom


(55)

sementara informan ke3dan ke 4 sering mengambil kondom dan pelicin di outlet kondom.

4.3.6 Gambaran Presepsi Informan terhadap Harga Kondom

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada informan mengenai persepsi informan terhadap harga kondom, apakah harganya cukup terjangkau, maka dapat dilihat pada tabel distribusi persepsi informan terhadap harga kondom berikut:

Tabel 4.7.Distribusi Persepsi Informan terhadap Harga Kondom

Informan 1 Rasaku harga kondom itu ga mahal, masih bisa lah ku jangkau tapi masalahnya aku malu kadang-kadang belinyaapalagi pas udah sangek stok kondom ga ada itu lah yang buat aku ga make kondom

Informan 2 Galahh, ga mahal kali sama ku masih bisa lah ku beli masih cukupnya duitku untuk beli itu hahaha bisa di beli pun di indomaret atau apotik

Informan 3 Abang rasa ga mahal, apalagi kayak abang selalu manfaatin kondom gratis terus ya abang pasti stok di rumah ataupun di dompet karena abang berhubungan intim itu seringan di rumah di luar kalau ada yang ketemu terus ngasih duit dek

Informan 4 Kalau tau secara benar-benar manfaat kondom itu kekmana kurasa ga mahal, harganya masih bisa ku bilang cukuplah uang di kantong yang ada orang sekarang betul-betul manfaatnya

Dari tabel 4.7 ke4 informan mengakui bahwa kondom itu tidak mahal, dan masih terjangkau akses dengan mudah banyak terdapat di mini market dan apotik terdekat dari rumahuntuk di beli dan kondom dapat d Apalagi, buat informan yang ke 3 selalu memanfaatkan kondom gratis.


(56)

4.3.7. Gambaran Perilaku terhadap Kendala Penggunaan Kondom

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada informan mengenai gambaran perilaku terhadap kendala penggunaan kondom, maka dapat dilihat pada tabel distribusi gambaran perilaku terhadap kendala penggunaan kondom berikut :

Tabel 4.8.Distribusi Gambaran Perilaku terhadap Kendala Penggunaan Kondom

Informan 1 Pake kondom itu kurasa gaenak lah, lain kali rasanya kalau kita bugil tanpa kondom rasanya lebih menggigit gitu hahahhahhh kadang pasangan ga mau kalau pake kondom lain lagi stok ga ada pas sangek udahlah main tanpa kondom lah tapi kadang-kadang aku pake jugalah karena ada rasa takut dikit takut HIV yang iyanya memang belum ada kesadaran yang tinggi untuk aku terus make kondom nafsu ini lebih besar

Informan 2 Aku kalau stok kondom itu takut di dompet karena takut di periksain orang tua ku soalnya aku masih tinggal sama mamak di rumah, terus pasanganku belum tentu mau katanya gaenaklah ga nyaman lah

Informan 3 Kalau udah ada kesadaran ga ada kendala lah dek put, abang kalau berhubungan dengan lekong pasti pake kondom dek udah tau resiko kok malahan kalau pasangan abang ga mau pake kondom abang yang minta dia supaya pake kondom

Infornan 4 Kalau kurasa kita cerita kendala, kita akan cerita masalah kenikmatan dari pengalaman ku kan dek seks itu kenikmatannya adalah saat kulit jumpa kulit kalau pake kondom kan terbatas oleh karet jadi kendalanya selain merasa tidak enak, tidak semua pasangan mau menggunakan kondom walaupun kita mau..

Dari tabel 4.8 informan 1 dan 2 memiliki kendala yaitu pasangan tidak mau menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual selain itu tingkat kesadaran untuk menggunakan kondom juga masih rendah. Informan ke 3 tidak memiliki kendala apapun karena informan ke 3 sudah memiliki kesadaran dalam menggunakan kondom.Informan ke 3 juga meminta pada pasangannya untuk tetap menggunakan


(57)

kondom.Sedangkan, informan ke 4 mengatakan bahwa yang menjadi kendala adalah rasa tidak enak dan kemauan pasangan.

4.3.8 Persepsi Informan terhadap Teman Komunitas yang Belum Menggunakan Kondom

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada informan mengenai persepsi informan terhadap teman komunitas yang belum menggunakan kondom dapat dilihat pada tabel distribusi berikut:

Tabel 4.9.Distribusi Persepsi Informan Terhadap Teman Komunitas yangBelum Menggunakan Kondom

Informan 1 Yahh alasan pasti sama kek kami juga ga jauh beda pasti pasangannya ga mau begituan pake kondom

Informan 2 Samalah kek aku, palingan pasangan kami ga mau kalau pake kondom pasti ga enaklah katanya

Informan 3 Bodoh, sangat sangat bodoh dek udah tahu dia beresiko kek gitu masa belum ada kesadaran untuk make kondom kok ga kita yang sadar siapa lagi apalagi pasangan ga mau udahalah lambai

Informan 4 Kalaau menurut aku dari pengalaman juga sebagai PL (petugas lapangan) karena belum sadarnya manfaat kondom itu kek apa terus pengetahuan kita yang masih tanggung tanggung karena bisasaja teman kitahanya menggunakan kondom dengan orang lain tapi, sama pacar tidak kan belum tahu riwayat seorang pacar itu seperti apa apakah positif atau ga ? ga semua orang positif itu mau mengaku kalau dirinya positif banyak orang yang bilang kalau dirinya negatif tapi positif terjadilah hubungan intim yang ga pake kondom. Karena mengaku itu butuh keberanian yang cukup besar bukan apa-apa stigma dan diskriminasi terhadap ODHA itu belum mampu diterima kek aku yang udah open status ODHA aku pembicara di kampus, dll tapi kalau di lingkungan keluarga aku belum open status karena aku belum sanggup ngebayangin kalau keluarga diskriminasi


(58)

Dari tabel 4.9. informan 1dan 2 mengatakan bahwa teman komunitas tidak menggunakan kondom karena pasangannya tidak mau menggunakan dengan alasan selalu tidak enak saaat menggunakan kondom responden ke 3 bahwa kesadaranlah yang belum dimiliki teman- teman komunitas untuk menggunakan kondom saat berhubungan seksusal kalau tidak diri sendiri orang lain tidak mungkin mengingatkan. Menurut informan ke 4 pengetahuan manfaat kondom masih setengah-setengah sehingga banyak kawan-kawan komunitas yang belum menggunakan kondom.


(59)

BAB V PEMBAHASAN

Kota Medan yang merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia sendiri sudah dikatakan kota metropolitan dimana dengan jumlah penduduknya yang sangat banyak tidak jauh dari gaya hidup menyimpang dan perilaku seksual yang menyimpang atau beresiko. Berdasarkan data yang didapat dari KPA Kota Medan pada Tahun 2011 jumlah komunitas GWL (Gay, Waria dan LSL) di Kota Medan sebanyak 2.363 orang. Yang terdiri atas Waria sebanyak 664 orang, Gay sebanyak 1.699 orang.

LSL (Lelaki Seks Lelaki) cenderung memiliki banyak pasangan seks yaitu pasangan tetap wanita, pasangan laki-laki, dan pasangan waria.Berdasarkan SCP (Survei Cepat Perilaku, 2014)sebanyak 22% dari para pasangan seks tetap ini memiliki pasangan seks tetap lainnya sedangkan LSL yang membeli seks dari lelaki sebanyak 20% dan dari perempuan 10%.LSL berhubungan seks dengan lelaki, perempuan, dan waria. Selama setahun terakhir, hampir 87% LSL berhubungan seks kasual(tanpa member dan menerima imbalan)dengan lelaki, 40% dengan wanita, dan 16% dengan waria.

Komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) memiliki yang lebih rentan terhadap resiko ditularkan dan menularkan IMS dan HIV/AIDS untuk menurunkan resiko tersebut banyak program yang di laksanakan oleh pemerintah salah satunya program penggunaan kondom 100% karena kondom dianggap salah satu pencegahan transmisi seksual yang paling tepat dengan salah satu tujuan pelaksanaan program kondom


(60)

100% adalah mendekatkan akses kondom dengan menyediakan outlet kondom yang memberikan kondom dan pelicin gratis

5.1. Karakteristik Informan

Jumlah informan pada penelitian ini sebanyak 4 orang informan.Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat keseluruhan informan berusia produktif.Dari 2 orang informan terdapat 3 orang informan yang berpendidikan SMA dan 1 orang masih menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Medan. 2 orang informan masuk dalam kategori LSL (Lelaki Seks Lelaki) muda yang lebih banyak bergaul dengan orang lain bisa dikatakan kesempatan untuk melakukan hubungan seks juga lebih banyak sehingga kedepan resiko yang dihadapi akan menjadi lebih besar. Status pernikahan informan 2 orang informan belum menikah, 1 orang sudah menikah, 1 orang berstatus duda.

5.2 Pengetahuan/ kesadaran seorang LSL (Lelaki Seks Lelaki)

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan pengetahuan/kesadaran seorang LSL (Lelaki Seks Lelaki) dapat dilihat bahawa seluruh informan awalnya mereka mengaku hanya pacaran dan menikah pada seorang perempuan 2 orang informan mengatakan bahwa mereka sadar LSL (Lelaki Seks Lelaki) sewaktu duduk di bangku SMA seperti yang diungkap kan salah satu informan sebagai berikut :

“Awalnya sih aku punya pacar, pacar perempuan ya biasa pacaran hubungan

kami juga udah jauh udah sampai melakukan hubungan intim. Pertama aku berhubungan dengan laki-laki waktu SMA ceritanya aku punya kawan gay aku


(61)

sering sama dia. Lama kelamaan ada hasrat untuk mencoba dan aku kenalan dengan laki-laki dari fb kebetulan dia orang Jakarta ga lama kemudian dia datang ke Medan yaudah habislah kakak kena turah dek pecah perawan kakak malam itu

dan kakak ketagihan dek..”

Banyak alasan seorang lelaki berhubungan seks dengan lelaki atau ini disebut LSL (Lelaki Seks Lelaki) salah satunya adalah hasrat, perasaan ingin mencoba seperti pada informan 1ada hasrat yang mendalam untuk melakukannya.informan ke 3 mengaku menjadi LSL (Lelaki Seks Lelaki) saat berusia 27 tahun dengan status menikah pada saat itu.

“Awalnya sih aku punya pacar, pacar perempuan ya biasa pacaran hubungan kami juga udah jauh udah sampai melakukan hubungan intim. Pertama aku berhubungan dengan laki-laki waktu SMA ceritanya aku punya kawan gay aku sering sama dia. Lama kelamaan ada hasrat untuk mencoba dan aku kenalan dengan laki-laki dari fb kebetulan dia orang Jakarta ga lama kemudian dia datang ke Medan yaudah habislah kakak kena turah dek pecah perawan kakak malam itu

dan kakak ketagihan dek..”

Sementara informan ke 4 mengutarakan awalnya bahwa seorang waria, kemudian menikah dengan seorang wanita

“Awalnya aku seorang waria di Bogor, aku juga miss waria di sana mangkal

danpunya pacar. Pacarku dulu mulai dari preman pasar, tukang parkir tapi aku selalu disakitin, di ambilin hartaku, di siksa batin lah ini lah yang membuat aku


(62)

sekarang kembali kek gini pas pula ada seorang wanita yang bisa nerima aku dengan status yang positif HIV ya kami menikah 3 tahun yang lalu

Triningsih mengatakan beberapa laki-laki menyadari bahwa dirinya Homoseksual atau Gay.Mereka melakukan hubungan seksual jangka panjang dengan wanita dan kadang-kadang melakukan hubungan seks dengan pria dan sering tanpa diketahui pasangan wanitanya.Dalam kasus ini, hubungan seks mungkin dilakukan antara pria, karena memang hanya pria saja yang tersedia sebagai pasangan seks.

Kebanyakan individu berfikir bahwa tingkah laku heteroseksual dan homoseksual adalah pola yang berbeda dan dapat mudah didefenisikan. Kenyataannya, kecenderungan akan pasangan seksual dari jenis kelamin yang sama tidaklah selalu merupakan keputusan yang tetap dapat dibuat sekali dan mengikat untuk selamanya. Sebagai contoh, tidaklah jarang bagi seorang individu, terutama laki-laki untuk melakukan eksperimen homoseksual dimasa remaja, namun tidak melakukan tingkah laku homoseksual dimasa dewasa.Sementara beberapa individu melakukan tingkah laku heteroseksual dimasa remaja, namun kemudian melakukan tingkah laku homoseksual dimasa dewasa. T

5.3 Pengetahuan Informan Terhadap Resiko IMS, dan HIV/AIDS

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan pengetahuan informan terhadap resiko IMS, dan HIV/AIDS jawaban ke4 informan hampir sama, informan mengungkapkan bahwa mereka mengetahui resiko IMS dan HIV/AIDS seperti yang diungkapkan salah satu informan sebagai berikut :


(63)

“Sebelumnya aku gatau kalau itu beresiko tapi lama kelamaan aku tau karena

kawan-kawan ku penah cerita masalah ini, zaman kan juga udah canggih kak aku

cari infonya di internetlah”

IMS (Infeksi Menular Seksual) adalah golongan penyakit menular atau penyakit infeksi yang ditularkan terutama melalui kontak seksual dan IMS (Infeksi Menular Seksual) dapat disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit jamur.

Dalam suherman (2013) menyatakan PMS (penyakit menular seksual ) yang sering timbul:

1. Gonorhoe

gonorhoe atau yang disebut kencing nanah , ditularkan melalui hubungan seksual. Bakteri yang membawa penyakit ini adalah gonococcus. Penyakit ini meyerang organ reproduksi dan menyerang selaput lendir ,mucus , anus dan organ lainnya.

2. Sifilis

Sifilis yang lebih dikenal dengan sebutan raja singa. Penyakit ini ditularkan melalui kontak seksual dan penggunaan alat yang di gunakan oleh penderita seperti handuk,baju dsb. Penyebab timbulnya penyakit ini adalah adanya kuman Treponema pallidum, kuman ini menyerang organ penting tubuh lainnya seperti selaput lendir, anus, bibir, lidah dan mulut.


(64)

3. Herpes

Herpes disebabkan oleh virus herpes simplex atau herves hominis tersebar melalui hubungan seksual dan melalukan oral seks dengan penderita. Herpes menyerang daerah kulit dan mulut.

4. AIDS

Sebuah singkatan Acquired Immuno Deficiency Syndrom artinya suatu gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang.Pada dasarnya setiap orang mempunyai sistem kekebalan tubuh yang dapat melindunginya dari berbagai serangan seperti virus, kuman, dan penyakit lainnya.

5. HIV

Singkatan dari Human Immuno Deficiency Virus, yaitu sejenis virus yang menyebabkan AIDS. HIV ini menyerang sel darah putih dalam tubuh sehingga jumlah sel darah putih semakin berkurang dan menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi lemah.

5.4 Perilaku Seksual Beresiko Selain Pada Pasangan Tetap dan Penggunaan Kondom

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan perilaku seksual beresiko selain dengan pacar, laki-laki, dan penggunaan kondom bahwa 1 orang informan mengungkapkan bahwa selain dengan pacar seorang perempuan, pacar laki-laki waria informan juga tidak lepas dari PSK (Pekerja Seks Komersial) dan perilaku


(1)

tapi, ada komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) yang rutin menggunakan kondom dengan alasan ketakutan akan IMS dan HIV/AIDS sekalipun pasangan enggan menggunakan akan menolak untuk melakukan hubungan seksual tanpa kondom.

6.2. Saran

1. Diharapkan kepada Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) untuk dapat mengambil langkah-langkah seperti melakukan penyuluhan secara luas dan merata kepada komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) agar dapat mencegah penularan IMS dan HIV/AIDS dan memperkenalkan outlet kondom pada komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki).

2. Diharapkan kepada komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) untuk selalu menyediakan kondom dan menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual termasuk pada pasangan tetap maupun tidak tetap.


(2)

63

DAFTAR PUSTAKA

Ardiana. 2013. Gambaran Perilaku Komunitas GWL (Gay,Waria, dan Lelaki Seks Lelaki) Terhadap Pemeriksaan Diri Ke Pelayanan Kesehatan Khusus IMS dan HIV/AIDS di Kota medan tahun 2012. Skiripsi FKM USU

Aditya, Erlian. 2012. Perilaku Penggunaan Kondom Secara Konsisten Untuk Pencegahan HIV Suatu Studi Kualitatif Pada Pekerja Seks Laki-Laki berbasis panti pijat di Jakarta 2012. Thesis UI

Bachari, 2012. Pengertian Komunitas. Diakses tanggal 19 April 2014 dari http://bhonsky.com

Lubis, Dumasari. 2009.Penggunaan Kondom. USU-e Repository

Gaya Nusantara. 2013.ANNUAL SURVEY GN 2012. Gaya Nusantara.Surabaya Harawa, et al. Perceptions Towards Condom Use, Sexual Activity, and HIV

Disclosure Among HIV-Positive African American Men Who Have Sex With Men: Implication For Heterosexual Transmission. Journal Of Urban Health, Bulletin Of The New York Academy Of Medicine 10.1007(2006): 11-24

Institute, Ardhanary. 2013.Memahami LGBTI. Ardhanary Intitute.Indonesia Karlina, 2009. Faktor Perilaku Seksual Berisiko. Diakses tanggal 22 April 2014

dari http://www.masbow.com

KPA Nasional dan Depkes RI, Laporan Situasi Perkembangan HIV/AIDS DI Indonesia. Jakarta (serial online). http//aids-ina.org, diakses tanggal 22 Maret 2014

KPA Nasional, Strategi dan Rencana Aksi Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Populasi Kunci GWL 2010-2014. Jakarta (serial online). http://aids-ina.org diakses tanggal 22 Maret 2014

KPA Kota Medan,Laporan Tahunan Penderita HIV/AIDS 2013

KPA Kota Medan, 2014.Laporan Survei Cepat Perilaku.

KPA Kota Medan, 2013. Mengenal dan Menanggulangi HIV AIDS Infeksi Menular Seksual dan Narkoba. Medan

Kartono, Kartini. 2009.Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung


(3)

Laazulva, Indana. 2013. Menguak Kekerasan & Diskriminasi Pada LGBT di Indonesia. Jakarta Selatan

Laporan Hasil Mapping LSL di Medan. Medan: Gerakan Sehat Medan, 2011. Dokumen tidak diterbitkan

Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT. Rineka Cipta,Jakarta

Suherman, Sherly A. 2013. Yuk, Kenali Seks Edukasi Seks Untuk Remaja. YRAMA WIDYA. Bandung

Siswosudarmo, HR.2007. Teknologi Kontrasepsi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Treat Asia MSM and HIV/ AIDS in Asia ; What Is Feuling The Epidemic Among MSM And How Can It Be Stopped, Bangkok; Treat Asia, 2006


(4)

65

Lampiran Pedoman Wawancara I. Identitas Informan

1. Umur :

2. Pendidikan : 3. Status perkawinan :

II. Daftar Pertanyaan

1. Kapan anda berhubungan seks dengan seorang laki-laki ?

Probing : apa alasannya sampai anda bisa melakukan hubungan seks dengan laki-laki ?

2. Apakah anda tahu resiko anda yang akan hadapi ?

Probing : apakah IMS dan HIV bisa menular menurut anda ? 3. Apakah anda sering menggunakan kondom bila melakukan perilaku seksual

beresiko ?

Probing : Seberapa sering anda menggunakannya ?apakah setiap melakukan hubungan seksual beresiko anda

menggunakan kondom ? dan apa kendala penggunaan kondom??

4. Apakah anda tahu kegunaan kondom ?

Probing : Menurut anda apakah kondom dapat mencegah IMS dan HIV/AIDS?

5. Apakah anda pernah mendapatkan kondom dan pelicin gratis untuk pencegahan HIV/AIDS?

Probing : dimana dan dari siapa anda mendapatkan ? 6. Apakah anda pernah dengar outlet kondom di kota Medan ?

Probing : Dimana ada outlet kondom yang anda tahu ? 7. Apakah sulit menemukan kondom?

Probing : Dimana biasa anda memperoleh kondom ?apakah anda membeli atau mengambil dari outlet atau pemberian gratis ?

8. Apakah anda berapa harga kondom?

Probing : Menurut anda apakah kondom itu mahal ?

9. Bagaimana tanggapan anda jika anda sudah tahu bahwa LSL (Lelaki Seks Lelaki) beresiko IMS dan HIV tetapi masih juga tidak menggunakan kondom ?

Probing : Apakah tidak mendapat informasi tentang bahaya IMS dan HIV/AIDS bila tidak menggunakan kondom ?dan apakah ada keluhan jika menggunakan kondom atau rasa ketidaknyamanan?


(5)

(6)