Sebenarnya Majelis Hakim Pegadilan Niaga pada akhrinya memberi suatu putusan mengapa PT.Telkomsel Tbk. dapat dinyatakan pailit adalah karena
adanya pembuktian atas utang yang ada. Majelis Hakim tidak melihat besar atau kecilnya suatu utang tersebut dalam memutuskan perkara, utang timbul akibat
adanya perjanjian kerjasama antara PT.Prima Jaya Informatika dengan PT.Telkomsel Tbk. yang dimana utang tersebut berdasarkan dari adanya kerugian
yang berasal dari pihak PT.Prima Jaya Informatika. Dengan adanya unsur utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, kemudian adanya utang dengan pihak
kreditur lain, hal inilah yang pada akhimya membuat Majelis Hakim Pengadilan Niaga member pertimbangan atas utang tersebut sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa sudah selayaknya PT,Telkomsel Tbk dapat dinyatakan pailit.
C. Fakta atau Keadaan yang Terbukti Secara Sederhana
Pembuktian berdasarkan fakta atau keadaan yang sederhana terdapat pengaturanya dalam Pasal 8 Angka 4 UU Kepailitan dan PKPU yang mengatakan
permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yanyang terbukti “secara sederhana” bahwa persyaratan untuk dinyatakan
pailit sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 2 Angka 1 telah dipenuhi.
40
Dalam hal ini sederhana maksudnya adalah apabila memang telah terbukti secara sederhana bahwa debitur mempunyai 2 atau lebih krediturnya dan salah
satu utang dbitur yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih tidak atau belum
40
PembuktianSederhanaSumirDalamPerkaraPailit, http:www.slidcshare.netzulkifliaschool3-pembuktian-sederhana-dlm-perkara kepailitan diakses
tanggal 15 April 2013.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dibayar secara lunas. Pembuktian sccara sederhana atau sumir Summier Summierljk merupakan suatu proses peradilan yang diperpendek, tanpa adanya
keterangan tertulis dari kedua belah pihak dan tanpa adanya pembuktian secara terperinci atau teliti. Yang harus dibuktikan oleh hakim adalah fakta atas suatu
peristiwa, karena bagi hakim dalam mengadili perkara yang dipentingkan adalah faktanya bukan hukumnya.
Kelemahan yang terdapat dalam UU Kepailitan dan PKPU tidak adanya suatu defnisi ataupun batasan yang jelas yang dapat dipakai sebagai pegangan
mengenai apa yang dimaksud dengan pembuktian secara sederhana, sehingga dapat membuka ruang bagi munculnya perbedaan pendapat atau penafsiran
dikalangan hakim. Jenis penyelesaian perkara kepailitan pada dasarnya adalah permhonan dan pemeriksaan yang bersifat sepihak. Majelis Hakim hanya bertugas
memeriksa kelengkapan dokumen persyaratan untuk dikabulkannya suatu permohonan dengan melakukan cross check dengan si pemohon.
Dalam praktik pengadilan ternyata banyak para hakim yang memutus dan mengadili perkara kepailitan kurang memahami eksistensi pembuktian sederhana
Sehingga kadang dalam mengajukan perkaranya sering ditolak oleh hakim karena tidak dapat terbukti secara sederhana complicated. Begitu juga dengan kasus
yang sedang dialami oleh PT.Telkomsel Tbk yang mengalami pernyataan putusan pailit oleh hakim pengadilan niaga.
41
Undang-undang No.37 Tahun 2004 memberi penjelasan tentang syarat- syarat dalam mengajukan kepailitan yakni bahwa debitur yang mempunyai dua
41
Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan baik
atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih krediturnya. Berdasarkan dari fakta yang dapat dilihat bahwa sebenarya Majelis Hakim
Pengadilan Niaga sebenarnya tidak memahami ataupun sangat keliru dalam hal memahami hukum PerikatanPerjanjian di Indonesia. Berdasarkan dari PO yang
tertanggal 20 Juni 2012 dan PO tanggal 21 Juni 2012 adalah berdasarkan adanya kegagalan dari PT.Prima Jaya lnformatika dalam hal memenuhi perjanjian
kerjasama tentang penjualan produk Telkomsel tersebut. Dalam pertimbangan hukum yang dilakukan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
adanya pernyatan bahwa belum adanya Aproval dari PT.Telkomse1 Tbk atas persetujuan PO yang diajukan oleh PT.Prima Jaya lnformatika sesuai dengan apa
yang telah diperjanjikan. Sebagaimana dapat dilihat berdasarkan dari Pasal 1338 KUHPerdata
Jo.Pasal l340 KUHPerdata yang mengatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya, dan
suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya perjanjian tersebut berlaku sebagai UU yang mengikat antara PT.Prima Jaya Informatika
dengan PT.Telkomsel Tbk. Bahwa adanya kesepakatan dari pihak PT.Telkomsel Tbk untuk
menyediakan perdana kartu Prabayar yang bertemakan khusus olah raga dengan jumlah sedikitnya 10.000.300 kartu setiap tahunnya untuk dijual oleh PT.Prima
Jaya Informatika, dalam masa dua tahun perjanjian tersebut. Tetapi ternyata dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tanggal 1 Juni 2011 sampai bulan Juni 2012 PT.Prima Jaya Informatika tidak memenuhi kewajibannya untuki mencapai target. Hal. Ini dibenarkan oleh dari
beberapa saksi yang ada. Terdapat juga suatu kontrak MOU antara tekhnis PT.Prima Jaya
Infortmatika dengan PT.Telkomsel Indonesia adalah jual beli bahwa Yayasan Olahraga Indonesia menunjuk PT.Prima Jaya Informatika untuk mendistribusikan
dengan target dalam 1 tahun harus ada 20 juta untuk penjualan voucher yang seharga Rp.25.000. Kontrak tersebut targetnya hanya berjalan sedikit demi
sedikit. Adanya kesaksian lain yang menyatakan bahwa - adanya kewajiban dari PT.Prima Jaya Informatika untuk harus mejual sejumlah 120.000.000 seratus dua
puluh juta voucher isi ulang dalam masa waktu l tahun. Majelis Hakim Pegadilan Niaga sama sekali tidak mempertimbangkan poin-
poin penting dari kesaksian yang menyatakan bahwa PT.Prima Jaya Informatika telah gagal dalam memenuhi kewajibannya untuk menjual kartu perdana tersebut
sebagaimana apa yang telah diperjanjikan dalam perjanjian kerjasama. Berdasarkan dari Pasal 6 ayat 4 dari Perjanjian Kerjasama secara jelas diatur
tentang hak dari Pemohon Kasasi untuk membatasi, mengurangi atau memberhentikan pasokan dalam hal terjadinya wanprestasi oleh pihak PT.Prima
Jaya lnformatika. Dalam hal MITRA melakukan pelanggaran atau penyimpangan, dari yang telah disepakati terkait dengan Perjanjian Kerjasama ini,Telkomsel
dapat membatasi, mengurangi, atau memberhentikan pasokan salah satu atau keseluruh jenis Produk Telkomsel yang dijual atau dipasarkan oleh Mitra.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Apabila dilihat dari fakta-fakta yang ada diatas tersebut sebenarnya Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat seharusnya tidak
memailtkan PT.Telkomsel Tbk, karena sungguh tidak beralasan apabila Majelis Hakim Niaga menyatakan bahwa alasan PT.Telkomsel Tbk yang meminta
evaluasi perjanjian terhadap PT.Prima Jaya Informatika adalah bersifat sepihak. Selain telah gagalnya PT.Prima Jaya lnformatika untuk menjualkan produk
PT.Telk0msel Tbk tersebut, PT.Prima Jaya Informatika juga telah gagal untuk melaksanakan kewajibannya dalam hal membangun suatu komunitas yang
berbasis Penggermar Olahraga Komunitas Prima yang menjadi dasar target dari penjualan Kartu Produk Telkomsel. Berdasarkan dari Pasal 8 ayat 4 dan Pasal 8
ayat 7 Perjanjian Kerjasama disepakati bahwa PT.Prima Jaya Informatika wajib untuk membangun Komunitas Prima yang telah berbasis penggemar olahraga
dengan jumlah anggota sebanyak 10.000.000 dalam kurun waktu 1 tahun. Akibat adanya suatu kegagalan dari pihak PT.Prima Jaya Informatika untuk
membentuk Komunitas Prima yang telah dijanjikan dalam Perjanjian Kerjasama adalah merupakan suatu tindakan ingkar janji atau tindakan wanprestasi karena
sebenarnya telah melanggar Pasal 8 ayat 7 dari Perjanjian Kerjasama sehingga secara kontaktula berdasarkan dari Pasa1 1234 KUHPerdata memberikan suatu
hak hukumnya berdasarkan dari Pasal 6 ayat 4 Perjanjian Kerjasama, oleh sebab itu jelas bahwa sebenarnya tindakan dari PT.Telkomse1 Tbk yang tidak
menyetujui kedua PO pada tanggal 20 Juni dan 21 Juni 2012 adalah tindakan yang beralasan berdasarkan dan Pasal 6 ayat 4 Perjanjian Kerjasama.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PT.Prima Jaya Informatika juga telah melanggar kesepakatan Pasal 2 ayat 2 dan Pasal 3 ayat 2 Perjanjian Kerjasama dengan adanya melakukan tindakan
penjualan produk Telkomsel tersebut ke pasar-pasar secara umum, yang dimana sebenarnya fakta-fakta tersebut telah jelas terlihat. Tetapi, fakta-fakta tersebut
sama sekali tidak digubris oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Jakarta Pusat, padahal sebenarnya sudah jelas bahwa fakta tersebut telah
melanggar Pasal 8 ayat 4, Pasal 8 ayat 7, Pasal 2 ayat 2 dan; Pasa1 3 ayat 2 Perjanjian Kerja sama antara PT.Telkomsel Tbk dengan PT.Prima Jaya
Informatika. PT.Prima Jaya Informatika juga tidak melakukan pebayaran terhadap PO
yang tertanggal 9 Mei 2012 sebesar Rp.4.800.000.000 empat miliar delapan ratus juta rupiah padahal sebenarnya pesanan dari PT.Prima Jaya Informatika tersebut
telah disetujui oleh PT.Telkomsel Tbk. Selain daripada adanya kegagalan dari PT.Prima Jaya Informatika dalam memenuhi kewajibannya berdasarkan dari
Perjanjian Kejasama seperti apa yang telah diperjanjian, PT.Prima Jaya Informatika juga telah gagal dalam melakukan pembayaran terhadap PO yang
telah diajukan pada tanggal 9 Mei 2012. Dengan adanya PO tersebut PT.Telkomsel Tbk telah memberikan
persetujuan approval yang telah disamapaikan kepada PT.Prima Jaya Informatika, tetapi ternyata PT.Prima Jaya Informatika tidak melakukan
pembayaran pada hari yang telah diperjanjikan, dimana tindakan ingkar janji ataupun kegagalan dari PT.Prima Jaya Infomatika untuk melakukan pembayaran
tersebut telah menimbulkan suatu kerugian terhadap PT.Telkomsel Tbk. Akibat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
adanya tindakan ingkar janji wanprestasi yang dilakukan oleh PT.Prima Jaya Infomatika yang tidak melakukan pembayaran terhadap pesanan voucher
Rp.25.000 yang seluruhnya adalah bernilai Rp.4.800.000.000 yang tertangga 19 Mei 2012 tersebut telah ada pula suatu penyampaian fakta yang dilakukan
dibawah sumpah. Dengan adanya tindakan ingkar janji yang tclah dilakukan oleh PT.Prima
Jaya Infomatika yang tidak membayarkan harga pesanan yang telah diajukan berdasarkan dari PO tertanggal 9 Mei 2012, jelaslah telah menimbulkan suatu
kerugian bagi pihak PT.Prima Jaya Informatika yang walaupun sebenarnya PT.Telkomsel belum mengambil langkah hokum terhadap PT.Prima Jaya
Informatika agar melakukan pembayaran atas pesanan yang telah dilakukan, akan tetapi ternyata tindakan dari ingkar janji tersebut telah dilakukan oleh PT.Prima
Jaya Informatika yang menjadi dasar penting bagi PT.Telkomsel Tbk umum dapat melakukan suatu penolakan terhadap dua PO yang telah diajukan oleh PT.Prima
Jaya Informatika sebulan berikutnya, yaitu PO pada tanggal 20 Juni 2012 dan tanggal 21 Juni 2012, ditambah lagi dengan adanyan tindakan wanprestasi yang
dilakukan oleh PT.Prima Jaya lnformatika.
D. Kepastian Hukum Sebagai Implikasi Putusan Pailit PT.TELKOMSEL Tbk .