2. Manfaat penulisan Selain dari tujuan diatas, penulisan skripsi ini juga memberikan manfaat
antara lain adalah manfaat secara teoritis dan praktis yakni: a.
Secara teoritis Maksudnya adalah bahwa pembahasan terhdap masalah ini akan akan
memberikan pemahaman dan pandangan yang baru mengenai kasus-kasus kepailitan yang sering terjadi serta untuk dapat mengetahui bagaimanakah
kewenangan dari suatu Pengadilan Niaga dalam menghadapi kasus kepailitan yang terjadi pada perusahan-perusahan besar. dan secara teoritis dapat juga
memahami bagainakah sebenarnya pengertian dan pemahaman terhadap suatu putusan pailit. Agar tidak adanya kesalahpahaman tentang pengertian putusan
pailit yang dilakukan oloeh suatu Pengadilan Niaga. b. Secara praktis
Seperti yang dapat diketahui bahwa untuk sekarang ini banyak masalah- masalah kepailitan yang menimpa beberapa perusahaan terutama di kota-kota
besar sehingga memerlukan penyelesaian yang segera agar tidak menimbulkan persoalan yang lebih besar dan memberikan hasil yang optimal dan
menguntungkan kedua belai pihak. Dengan adanya pembahasan dan tinjauan tentang kepailitan terhadap suatu perusahaan terutama adalah BUMN dapat
membantu pengusaha-pengusaha ataupun masyarakat luas agar lebih dapat memahami tentang kepailitan tersebut.
D. Keaslian Penulisan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Analisis yuridis putusan pailit terhadap PT. Telkomsel Tbk. Yang diangkat penulis sebagai judul skripsi ini telah diperiksa dan diteliti melalui penelurusan
Kepustakaan Fakultas Hukum USU. Tema diatas adalah hasil pemikiran sendiri dibantu dengan referensi, buku-buku, dan pihak-pihak lain dan judul tersebut
belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara sebelumnya.
Data yang dipakai guna melengkapi penulisan skripsi ini memanfaatkan informasi dari berbagai media, baik cetak maupun pengumpulan informasi
melalui internet, sehingga data-data yang dipakai secara garis besar adalah data yang factual dan up to date. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat di
pertanggung jawabkan secara ilmiah.
E. Tinjauan Keputustakaan
Apabila kita membahas mengenai hukum kepailitan, maka tidak terlepas dari ketentuan peraturan perundang-undangan lain diluar dari peraturan mengenai
kepailitan. Dari sejarahnya diketahui bahwa pada mulanya dalam hokum Belanda tidak dikenal perbedaan antara kooplieden pedagang dengan niet kooplieden
bukan pedagang dalam kepailitan. Namun pada permulaan abad ke 19, yaitu ketika Negeri Belanda dijajah Prancis yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte
berlakulah Code du Commerce sejak 1 januari 1814 sd 30 September 1838 Pada masa Code du Commerce itu juga dikenal adanya perbedaan antara
Kooplieden dengan niet kooplieden, dan Code du Commerce hanya berlaku bagi Kooplieden. Kemudian sesudah Belanda merdeka, Belanda membuat sendiri
Wetboek van Koophandel WvK yang mulai berlaku pada 1 Oktober 1838.WvK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ini dibagi dalam 3 buku dan buku ke III nya adalah Van de Voorzieningen in geval van onvermogen van kooplieden yang diatur dalam Pasal 764- Pasal 934, dan
dibagi dalam 2 titel, yaitu : 1. Van Faillisement, dan
2. Van Surseance van Betaling
5
Pemisah hukum kapailitan antara pedagang dan yang bukan pedagang di dalam sistem hokum Belanda membawa pengaruh terhadap hokum kepailitan di
Indonesia. Di Indonesia, hokum kapailitan diatur dalam 2 Undang-Undang, yaitu
.
6
1. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD, buku ke tiga yang
berjudul Van de Voorzieningen in geval van onvermogen van kooplieden tentang peraturan ketidak mampuan pedagang yang diatur dalam Pasal
794 sampai Pasal 910WvK. :
2. Reglement op de Rechtcvordering RV , buku ke tiga Bab ke tujuh,
berjudul Van de staat van kennelijk onvermogen tentang keadaan nyata- nyata tidak mampu membayar bagi orang yang bukan pedagang yang
diatur dalam Pasal 899 sampai dengan Pasal 915 RV. Dalam mengajukan suatu putusan pailit ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi, dimana tentang syarat pailit tersebut ada terdapat dalam Pasal 2 angka 1 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang, yakni “Debitur yang mempunyai dua atau lebih Kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu
5
Sunarmi, Hukum Kepailitan, Medan: USU Press, 2009, hal 6
6
Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonan satu atau lebih krediturnya”.
Terjadinya kasus pailit atau kepailitan tidak jarang karena adanya suatu utang Yang ditimbulkan anatara kedua pihak yang melakukan suatu perjanjian
kerjasama. Pengertian tentang utang dapat dilihat dalam pasal 1 Angka 6 Undang- Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang yang selanjutnya disebut UU Kepailitan dan PKPU adalah suatu kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik
dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena
perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitur dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditur untuk mendapat pemenuhannya dari
harta kekayaan debitur. Putusan pailitnya PT.Telkomsel Tbk. adalah merupakan putusan dari
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Dimana putusan tersebut terjadi akibat adanya pengaduan dari pihak PT.Prima Jaya Informatika akibat adanya tindakan
pelanggaran perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh pihak PT.Telkomsel Tbk hingga dapat timbul suatu utang dan adanya tindakan wanprestasi.
Seperti yang dapat diketahui bahwa PT.Prima Jaya Informatika melakukan perjanjian kerjasama dengan PT.Telkomsel Tbk. Dimana perjanjian kerjasama
tersebut adalah untuk mendistribusikan Kartu Prima Voucher Isi Ulang. Perjanjian tersebut telah berlangsung beberapa bulan, tetapi ternyata tiba-tiba saja dari ihak
PT.Telkomsel Tbk. Tidak melanjutkan lagi perjanjian tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dikarenakan adanya pelanggaran perjanjian kerjasama tersebut PT.Prima Jaya Informatika pun mengajukan gugatan ke pengadilan Niaga hingga adanya
putusan pernyataan pailit terhadap PT.Telkomsel Tbk. Pelanggaran perjanjian tersebut sebenarnya termasuk kedalam tindakan wanprestasi. Wanprestasi adalah
satu tindakan mengingkari atau melanggar tidak memenuhi perjanian atau perikatan antara kedua pihak yang telah melakukan perjanjian kerjasama untuk
beberapa waktu yang telah ditentukan. Terhadap putusan pailit tersebut pihak PT.Telkomsel Tbk. Merasa tidak
sepantasnya perusahaan mereka dipailitkan. Oleh karena itu, pihak PT.Telkomsel Tbk pun melakukan suatu upaya hokum, dimana mereka mengajukan upaya
kasasi kepada pihak Mahkamah Agung. Dimana pengertian kasasi adalah pembatalan atas keputusan pengadilan-pengadilan yang lain yang dilakukan pada
tingkat peradilan terakhir dimana menetapkan perbuatan pengadilan-pengadilan lain dan para hakim yang bertengtangan dengan hokum, kecuali keputusan
pengadilan dalam perkara pidana yang mengandung pembebasan terdakwa dari segala tuduhan.
F. Metode Penelitian