Akibat desakan International Monetery Fund IMF karena peraturan
kepailitan yang merupakan warisan pemerintahan kolonial Belanda selama ini kurang memadai dan kurang memenuhi tuntutan zaman.
23
1. Kurator melakukan pemberesan harta pailis
D. Putusan Pailit
Putusan Pailit adalah adjucation order yaitu putusan pengadilan yang menyatakan bahwa seorang debitur telah dinyatakan pailit sehingga penguasaan
dan pemberesan harta debitur diserahkan kepada kurator untuk kepentingan para kreditur. Tindakan-tindakan hukum yang dapat dilakukan setelah adanya putusan
pernyataan pailit adalah sebagai berikut :
2. Hakim Pengawas mengawasi tindakan Kurator
3. Dilakukan rapat Vertifikasi pencocokan hitang piutang
4. Dilakukan rapat kreditor
5. Atas usulan hakim pengawas, permintaan kurator dan permintaan
kreditor,Pengadilan dapat memerintahkan supaya debitor pilit ditahan dibawah pengwasan Jaksa yang ditunjukan oleh hakim pengawas.
Pasal 93. Pernyatan putusan pailit harus dikabulkan apabila ternyata terdapat suatu
fakta ataupun keadaan yang telah terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dapat dinyatakan pailit telah dapat terpenuhi. Dalam hal ini yang dimaksud
dengan fakta atau keadaan yang telah terbukti secara sederhana adalah adanya dua atau lebih Kreditor dan adanya fakta utang yang telah jatuh waktu dan tidaktidak
23
Ahmad yani Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis : Kepailitan, Jakarta : Rajawali,2009,hml20.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dapat dibayarkan, sedangkan besarnya utang yang dimiliki oleh pemohon pailit dan termohon pailit tidak menghalangi dijatuhnya putusan pernyataan pailit.
Dalam putusan permohonan pernyataan pailit yang diajukan kepada Pengadilan Niaga harus diucapkan paling lambat 60 hari setelah tanggal
permohonan pernyataan pailit didaftarkan. Putusan atas permohonan pernyataan pailit wajib diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan wajib memuat
secara lengkap dan jelas atas pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut serta memuat pula :
24
1. Pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan danatau sumber hukum yang tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili: dan
2. Pertimbangan hukum dan pendapat yang berbeda dari hakim anggota atau ketua majelis
24
Jono,Hukum Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika 2010,Ed. 1 Cet.2 hal91.
.
Terkait dengan hal tersebut, selanjutnya diatur bahwa salinan putusan Pengadilan tersebut wajib disampaikan oleh juru sita dengan surat kilat tercatat
kepada Debitor, pihak yang mengajukan permohonan pailit, Kurator, dan Hakim Pengawas paling lambat 3 tiga hari setelah tanggal putusan atas permohonan
pernyataan pailit diucapkan. Dalam putusan pernyataan pailit tersebut, harus diangkat Kurator dan seorang Hakim Pengwas yang ditunjuk dari hakimPengdilan
dan dalam hal Debitor, Kreditor, atau pihak yang berwenang mengajukan permohonan pernyataan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 2,
ayat 3, ayat 4, atau ayat 5 UU Kepailitan dan PKPU.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tidak mengajukan usul pengangkatan Kurator kepada Pengadilan maka Balai Harta Peninggalanakan diangkat selaku Kurator. Adapun kurator yang
diangkat tersebut harus independen, tidak mempunyai benturan kepentingan dengan Debitor atau Kredit, dan tidak sedang menangani perkara kepailitan dan
pnundaan kewajiban pembayaran utang PKPU Lebih dari 3 tiga perkara.
25
1. Nama, alamat, dan pekerjaan Debitor;
Dalam jangka waktu paling lambat 5 lima hari setelah tanggal putusan pernyataan pailit diterima oleh Kurator dan Hakim Pengawas, Kurator
mengumumkan dalam Berita Negara Republik dan paling sedikit 2 dua surat kabar harian yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas mengenai ikhsar putusan
pernyataan pailit yang memuat hal-hal sebagai berikut
2. Nama Hakim Pengwas;
3. Nama, alamat, dan pekerjaan Kurator
4. Nama, alamat, dan pekerjaan anggota panitia anggota panitia Kreditor
sementara, apabila telah ditunjuk; 5.
Tempat dan waktu penyelenggaraan rapat pertama Kreditor. Kurator berwenang melaksanakan tugas pengurusan danatau pemberesan atas
harta pailit diucapkan meskipun terhadap putusan tersebut diajukan Kasasi atau Peninjauan Kembali PK
Dengan dijatuhkannya putusan kepailitan kepada debitur, maka mempunyai pengaruh bagi debitur dan harta bendanya. Bagi debitur, sejak
25
Nating, Imran, Edisi Revisi : Peranan dan Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit, Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada, 2004, hal 82.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
diucapkannya putusan kepailitan, debitur kehilangan hak untu melakukan pengurusan dan penguasaan atas harta bendanya. Dan pada dasarnya pelaksanaan
putusan atau ekekusi merupakan suatu pelaksanaan putusan atau eksekusi merupakan suatu pelaksanaan terhadap suatu putusan yang sudah berketekunan
hukum tetap BHT yang dilakukan dengan bantuan pengadiulan. Dan dengan dijatuhkannya putusan pailit tersebut, maka “kurator” bertindak sebagai
pewngampu darisi pailit dan tugas utamanya adalah melakukan pengurusan atau pemberesan terhadap harta boedel pailit. Kurator adalah perseorangan atau
persekutuan perdata yang memiliki keahlian khsus sebagaimana diperlukan untuk mengurus dan memberskan harta pailit dan telah terdaftar pada Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Pasal 1 angka 5 UU Kepailitan dan PKPU. Seorang debitur dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga, membawa
konsekuensi hukum yaitu, bagi debitur dijatuhkan sita umum terhadap seluruh harta debitur paillit dan hilangnya kewenangan debitur pailit untuk menguasai dan
mengurus harta pailitnya. Sedangkan bagi kreditor, akan mengalami ketidak pastian tentang hubungan hukum yang ada antara kreditor dengan debitur pailit.
Untuk kepentingan itulah undang-undang telah menentukan pihak yang akan mengurusi persoalan debitur dan kreditur melalui seorang Kurator.
Dalam menjalankan tugasnya kurator tidak hanya bagaimana menyelamatkan harta pailit yang berhasil dikumpulkan untuk kemudian dibagikan
kepada para kreditor tapi sebisa mungkin bisa meningkatkan nilai harta pailit tersebut. Dengan drmikian, kurator dituntut untuk memiliki integritas yang
berpedoman pada kebenaran dan keahlian serta keharusan untuk menaati standar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
profesi dan etika. Hal ini untuk menghindari adanya benturan kepentingan dengan debitur maupun kreditur.
Namun pada prakteknya tidak sedikit kinerja kurator menjadi terhambat oleh permasalahan, seperti debitur pailit yang tidak mengacuhkan putusan
pengadilan atau bahkan menolak untuk dieksekui, dan hampir sebagian besar kurator memiliki permasalahan dengan debitur yang tidak kooperatif dalam hal
menolak memberikan informasi dan dokumen, menolak menemui, bahkan menghalangi kurator memeriksa tempat usaha debitur, sehingga kinerjanya
menjadi tidak maksimal karena faktor-faktor sebagaimana disebutkan. Salinan atas putusan pengadilan atas permohonan pernyataan pailit wajib
disampaikan oleh juru sita dengan surat kilat tercatat kepada debitur, pihak yang mengajukan permohonan pernyataan pailit, Kurator, dan Hakim Pengawas paling
lambat 3 tiga hari setelah tanggal putusan atas permohonan pernyataan pailit diucapkan KUH Perdata itu merupakan perwujudan adanya asas jaminan
kepastian pembayaran atas transaksi-transaksi yang telah diadakan.
26
26
Ibid.
Adapun hubungan kedua pasal tersebut adalah bahwa kekayaan debitur merupakan jaminan bersama bagi semua krediturnya secara propesional, kecuali
bagi krediturnya dengan hak mendahului hak preferensi. Jadi pada dasarnya, asas yang terkandung di dalam Pasal 1131 KUH perdata dan 1132 KUH perdata
ini adalah bahwa UU mengatur tentang hak menagih bagi kreditur atau kreditur- krediturnya terhadap transaksinya dengan debitur.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bertolak dari asas tersebut di atas sebagai lex generalis, maka ketentuan kepailitan mengaturnya dalam urutan yang lebih rinci dan operasional. Menurut
Sri Redjeki Hartono, lembaga kepailitan pada dasarnya mempunyai : 1 Kepailitan sebagai lembaga pemberi jaminan kepada krediturnya bahwa
debitur tidak akan berbuat curang, dan bertaggunf jawab atas semua hutang- hutangnya kepada kreditur-krediturnya.
2 Juga memberi perlindungan kepada debitur terhadap kemungkinan eksekusi massal oleh kreditur-krediturnya.
Jadi keberadaan ketentuan tentang kepailitan baik sebagai suatu lembaga atau sebagai upaya hukum khusus merupakan satu rangkaian konsep yang taat
asas sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata. Sistem pengaturan yang taat asas inilah yang mempunyai nilai
utama dalam rangka memberikan kepastian hukum. Oleh karena itu lembaga kepailitan berfungsi sebagai pengawas
implementasi pelaksanaan Peraturan Kepailitan dan mekanisme pembayaran utang terhadap semua kreditur dengan mengacu yang diperintahkan Pasal 1131
dan Pasal 1132 KUH Perdata yang merupakan dasar hukum dari kepailitan.
27
Kedudukan dan Pembentukan Pengadilan Niaga, menurut Sudargo Gautama merupakan pencangkokan institusi baru, Artinya Pencangkokkanya itu diambil
dari berbagai lembaga baru dalam sistem hukum dan praktek hukum yang sudah ada dalam rangka Faillisemen. Dianggap wajar oleh pembuat Undang-Undang,
jika dalam rangka untuk, menyediakan sarana hukum sebagai landasan untuk
27
Sri Redjeki Hartono, Analisis Terhadap Peraturan Kepailitan Dalam kerangka Pembangunan Hukum, Semarang: Elips Project, 1997, hlm.5.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menyelesaikan hutang piutang, dianggap perlu peraturan kepailitan yang dapat memenuhi kebutuhan dunia usaha yang makin berkembang secara cepat dan
bebas.
28
2 Dalam rangka penyelesaian akibat-akibat dari gejolak moneter yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997, khususnya berkenaan dengan masalah utang
piutang di kalangan dunia usaha nasional, dianggap perlu adanya penyelesaian yang cepat mengenai masalah ini. Untuk itu perlu kesediaan perangkat hukum
untuk memenuhi kebutuhan. Penyelesaian masalah utang piutang. Dengan demikian perusahaan perusahaan dapat segera beroperasi secara normal. Bila
kegiatan ekonomi berjalan kembali, akan berarti pengurangan tekanan sosial yang menurut pengamatan pemerintah sudah terasa banyak di lapangan kerja. Maka
perlu diwujudkan penyelesaian utang-piutang ini secara cepat dan efektif. PERPU Peraturan pemerintah Pengganti Undang-undang No.1 Tahun
1998 dipilih untuk melakukan penyempumaan atas peraturan Faillissemen yang sudah ada Karena dengan demikian dapat diharapkan bertindak lebih cepat
dengan dasar pertimbanganya yaitu :1 Adanya kcbutuhan yang besar yang sifatnya mendesak untuk secepatnya mewuawujudkan sarana hukum bagi
penyelesaian yang dapat berlangsung secara cepat, adil, terbuka, dan efektif untuk menyelesaikan piutang perusahaan yang besar pengaruhnya terhadap
perekonomian nasional.
29
28
Sudargo Gautama, Komentar Peraturan Kepailitan Baru Untuk Indonesia, Bandung:Citra Adytia Bakti, 1998, hlm.9
29
Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dalam Pasal 8 UU N0. 3 Tahun 1986 Tentang Pengadilan Umum disebutkan bahwa : “Yang dimaksud dengan ‘diadakanya pengkhususan’ ialah
adanya diferensiasi spesialisasi di lingkungan Peradilan Umum, misalnya Pengadilan Lalu Lintas, Pengadilan Anak dan Pengadilan Ekonomi”. Dengan
demikian dalam UU N0. 4 Tahun 1998 diatur terbentuknya Pengadilan Niaga yang merupakan Pengadilan Khusus di lingkungan Peradilan Umum.
Ketentuan Pasal 300 UUK-PKPU sccara tegas menentukan : 1 Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini, selain
memeriksa dan memutus permohonan peryataan pailit dan PKPU, berwenang pula memeriksa dan memutus perkara lain di bidang penjagaan yang penetapannya
dilakukan dengan Undang-Undang. 2 Pembentukan Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan secara
bertahap dengan Keputusan Presiden KEPRES, dengan memperhatikan kebutuhan dan kesiapan sumber daya yang diperlukan.
Berlakunya UU Kepailitan 1998 telah memindahkan kewenangan mutlak absolut dari Pengadilan Umum untuk memeriksa permohonan pailit, dengan
menetapkan Pengadilan Niaga sebagai Pengadilan yang memiliki kewenangan untuk menerima permohonan Kepailitan dan Penundaan kewajiban Pembayaran
Utang PKPU.
30
30
Sunarmi, Ibid hlm.229
Konsekuensinya, bahwa suatu Pengadilan tidak dapat memeriksa gugatanpermohonan yang diajukan kepadanya apabila ternyata secara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
formil gugatan tersebut masuk dalam ruang lingkup kewenangan mutlak Pengadilan lain.
Pasal 300 ayat 1 memberikan kekuasaan kepada Pengadilan Niaga untuk memeriksa dan memutuskan perkara lain di bidang perniagaan selain perkara
Kepailitan dan PKPU. Namun tidak terdapat penjelasan apa yang dimaksud dengan perkara lain di bidang perniagaan tersebut, hal ini disebabkan Undang-
Undang yang mengatur hal tersebut belum ada. Dengan demikian, Undang Undang yang akan mengatur hal tersebut kelak, hendaknya, harus jelas bidang-
bidang perniagaan apa saja yang menjadi kewenangan yurisdiksi dalam mengadili antara Pengadilan Niaga dengan Pengadilan Negeri.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III KEWENANGAN PENGADILAN NIAGA DALAM MEMERIKSA
DAN MENGADILI PERKARA KEPAILITAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN
PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
A. Pembentukan Pengadilan Niaga