Hakim Dalam Pengadilan Niaga

C. Hakim Dalam Pengadilan Niaga

Hakim Pengadilan Niaga diangkat berdasarkan keputusan Ketua Mahkamah Agung. Syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai hakim sebagaimana dimaksud pada pasal 302 ayat 2, adalah 1. Telah berpengalaman sebagai hakim dalam lingkungan Peradilan Umum; 2. Mempunyai dedikasi dan menguasai pengetahuan di bidang masalah-masalah yang menjadi lingkup kewenangan Pengadilan; 3. Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela; dan 4. Telah berhasil menyelesaikan program pelatihan khusus sebagai hakim pada pengadilan. Dengan tetap memperhatikan syarat-syarat sebagaimana dimaksud pada Pasal 302 ayat 2 huruf b, huruf c, dan huruf d, dengan Keputusan Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung dapat diangkat seseorang yang ahli, sebagai hakim Ad- hoc, baik pada tingkat pertama, Kasasi, maupun pada Peninjauan Kembali Pasal 302 UUKPKPU. Dalam hal pemeriksaan perkara Kepailitan, ada 2 jenis hakim yang dapat memeriksa perkara Kepailitan yaitu : 1. Tetap Hakim Tetap, yaitu para hakim yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung untuk menjadi Hakim Pengadilan Niaga. Landasan, hukumnya dapat merujuk pada Pasal 302 ayat 1, dan pasal 302 ayat 2 UUKPKPU. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Hakim Ad-Hoc. 36 Untuk mengembalikan kepercayaan kreditur asing dalam proses penyelesaian utang-piutang swasta, selain direvisinya Fv, dan dibentuknya Pengadilan Niaga, juga di introdusir hakim Ad-hoc untuk dapat menjadi bagian dari majelis hakim yang memeriksa suatu perkara di Pengadilan Niaga. Ide awal keterlibatan hakim Ad-hoc di Pengadilan Niaga didasarkan pada penilaian atau asumsi beberapa pihak bahwa pengetahuan “Hakim Karir” cenderung bersifat umum generalis sehingga dalam menyelesaikan perkara- perkara pada lingkup Niaga diperlukan hakim dengan keahlian khusus, di luar dari “Hakim Karir” yang juga telah melalui tahapan pendidikan untuk menjadi “Hakim Niaga”. 37 Penempatan hakim Ad-hoc dalam majelis hakim adalah berdasarkan penunjukan dari hakim Ketua Pengadilan Niaga dalam Pengadilan Niaga yang bersangkutan, dengan terlebih dahulu adanya permohonan dari salah satu pihak Pengangkatan hakim Ad-hoc dalam Kepailitan ditentukan dalam UU No.4 Tahun 1998 yang kemudian dikuatkan kembali dalam UU N0. 37 Tahun 2004. Selama berlakunya UU N0.4 Tahnm 1998 yang kemudian disempurnakan oleh UU N0.37 tahun 2004, pengangkatan hakim Ad-hoc di Pengadilan Niaga telah dilakukan 2 dua kali, yakni melalui 2 dua buah Keppres. Pertama, Keppres No. 71M1999 tertanggal 27 Februari 1999 berisi pengangkatan 4 empat orang hakim ad-hoc untuk masa jabatan 3 tiga tahun. Kedua, Keppres No.108M2000, berisikan Pengangkatan 9 sembilan hakim Ad=hoc. 36 Sunarmi, Op.cit, hlm.234 37 Ibid.234 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang berperkara Pcmohon Pailit. Konsekuensi dari sifat fakultatif sebagaimana tercantum dalam Pasal 283 ayat 3 UU No. 4 Tahun 1998, maka bila tidak ada permintaan dari pihak tersebut, maka hakim Ad-hoc tersebut tidak bertugas. Kondisi inilah yang antara lain mengakibatkan sistem hakim Ad-hoc tidak bekerja. Sesuai dengan ketentuan Pasal 303 ayat 3, maka persyaratan pengangkatan seorang sebagai hakim Ad-hoc yang membedakan dengan hakim Pengadilan Niaga lain adalah hakim ad-hoc tersebut haruslah seorang “ahli”. Jadi berdasarkan usulan dengan “hakim Niaga” dari Ketua Mahkamah Agung melalui Keppres maka di Pengadilan Niaga dapat diangkat seorang yang ahli sebagai hakim Ad- hoc. Tentunya, beberapa persyaratan yang sama dengan “hakim Niaga” atau “hakim karir” seperti mempunyai kemampuan pengetahuan di bidang masalah yang menjadi lingkup kewenangan Pengadilan Niaga, dan persyaratan lain, harus tetap dipenuhi. 38 1. Atas permohonan para pihak, baik langsung maupun dengan penetapan Ketua Pengadilan Niaga yang selayaknya diberikan jika wajar should not be reasonably. Paulus Efendi Lotulung menyebutkan beberapa kemungkinan pengangkatan hakim Ad-hoc sebagai hakim pengawas atau hakim majelis adalah: 2. Hanya dengan penetapan Ketua Pengadilan Niaga atas kewenanganya sendiri. Tentunya pilihan pertama lebih dapat diterima, karena cukup terdapat check 38 Ibid, hlm.235-236. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA and balance. Biaya atau imbalan bagi hakim Ad-hoc tersebut, jika perlu tambahan dapat diambil dari harta Pailit. Dalam Pasal 304 UU Kepailitan dan PKPU menentukan bahwa Perkara yang pada waktu UU ini berlaku: a. Sudah diperiksa dan diputus tetapi belum dilaksanakan atau sudah diperiksa tetapi belum diputus maka diselesaikan berdasarkan peraturan perundang undangan di bidang Kepailitan sebelum berlakunya UU ini; b. Sudah diajukan tetapi belum diperiksa, diselesaikan berdasarkan ketentuan dalam UU ini; Pasal 305 UU Kepailitan dan PKPU menentukan bahwa : “ Semua peraturan perundang-undangan yang merupakan pelaksanaan dari UU tentang Kepailitan Faillissements -verordening, Stbld 1905:217 jo Stbld 1906:348 yang diubah dengan Perpu No.1 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas UU Tentang Kepailitan yang ditetapkan menjadi UU berdasarkan UU N0.4 Tahun 1998 pada saat UU diundangkan masih tetap berlaku sejauh tidak bertentangan dan atau belum diganti dengan peraturan baru berdasarkan UU ini. Berlakunya UUK-PKPU No.37 tahun 2004 mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi Faillissements-verordening Staatblad 1905:217 jo Staablad 1906:348 dan UU N0.4 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas UU Tentang Kepailitan. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 307 UUK-PKPU yang menyatakan : “Pada saat UU ini mulai berlaku, UU Tentang Kepailitan Fv dan UU No.4 Tahun 1998 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Selain Hakim tetap dan Hakim Ad-bbc di atas ada 1hakim lagi yang berperan dalam perkara Kepailitan yakni Hakim Pengawas. Hakim pengawas ini berperan untuk mengawasi pelaksanaan pemberesan harta pailit, dalam keputusan Kepailitan, yang diangkat oleh Pengadilan. Dahulu untuk hakim pengawas tersebut disebut sebagai hakim komisaris, tetapi jika ada keberatan terhadap hakim pengawas dapat ditempuh prosedur keberatan. Dan Pengadilan wajib mendengar pendapat hakim pengawas sebelum mengambil suatu putusan mengenai pengurusan atau pemberesan harta pailit. 39 39 Bagus Irawan, Aspek-Aspek Hukum Kepailitan; Perusahaan; dan Asuransi, Bandung: Alumni,2007,hlm.56 Secara umum, tugas hakim pengawas adalah mengawasi pengurusan dan pemberesan harta pailit, seperti yang disebutkan dalam Pasal 65 UU Kepailitan dan PKPU, yang intinya sama dengan ketentuan Pasal 63 Fv yang tidak diubah dan dicabut oleh UU N0.4 Tahun 1998. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV PENERAPAN KETENTUAN UNDANG -UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN G DALAM PUTUSAN PAILIT PT.TELKOMSEL TBK

A. Posisi Kasus