B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah sehubungan dengan judul tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Sistem Pengendalian Intern Pemberian Kredit Pemilikan Rumah yang ada pada PT BTN Persero?
2. Apakah Sistem Pengendalian Intern terhadap pemberian KPR pada PT BTN Perserosudah diterapkan sebagaimana mestinya?
C. Batasan masalah Agar tidak terjadi kesimpangsiuran di dalam penelitian akan dibatasi pada
Sistem Pengendalian Intern Pemberian Fasilitas Kredit Pemilikan Rumah KPR Pada PT. Bank Tabungan Negara Tbk. Cabang Medan.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah: a.
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi perusahaan dalam sistem pengendalian intern terhadap prosedur pemberian fasilitas Kredit Pemilikan
Rumah KPR pada PT BTN Persero Cabang Medan b.
Untuk mengetahui tindakan-tindakan yang diambil PT BTN Persero dalam menangani masalah yang terjadi pada prosedur dan proses melalui
system pengendalian intern terhadap fasilitas pemberian KPR.
E. Manfaat Penelitian
Universitas Sumatera Utara
a. Bagi penulis sendiri, untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan yang mendalam bagi penulis mengenai prosedur dan proses pemberian
KPR dengan membandingkan teori yang terdapat pada literatur dan yang diperoleh penulis selama di bangku kuliah terhadap praktek nyata yang
dijumpai pada perusahaan. b. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan atau masukan yang berkaitan dengan system pengendalian intern pada prosedur dan proses pemberian fasilitas Kredit Pemilikan
Rumah KPR. c. Bagi Pembaca, menjadi bahan masukan bagi rekan mahasiswa yang berniat
membahas masalah pengendalian intern pada prosedur dan proses dalam pemberian KPR
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Pengendalian Intern 1. Sistem Pengendalian Intern
Perusahaan pada umumnya menggunakan Sistem Pengendalian Intern untuk mengarahkan operasi perusahaan dan mencegah terjadinya penyalahgunaan
sistem. Oleh karena pentingnya pemberian fasilitas KPR bagi pihak PT BTN Persero, maka perlu adanya suatu sistem pengendalian yang baik dari pihak
manajemen perusahaan terhadap prosedur pemberian fasilitas KPR tersebut. Ada beberapa pendapat mengenai pengertian Sistem Pengendalian Intern,
antara lain: a.
Menurut AICPA Baidaie, 2005 : 44, pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi affected by board of directors, manajemen dan
pegawai lainnya, yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang layak reasonable assurance dapat dicapainya tujuan-tujuan yang berkaitan
dengan: a dapat dipercayainya laporan keuangan, b efektifitas dan efisiensi operasi, dan c ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
b. Menurut Arens dan Loebecke 2000 : 315 adalah sebagai berikut: Internal
control is a process designed to provide reasonable assurance the achievement of managements objectives in the following categories:
• reliability of financial reporting,
• effectiveness and efficiency of operations,
• compliancewith applicablelaws and regulations.
c. Dalam arti sempit yang dikemukakan oleh Baridwan 1998 : 97,
Pengendalian intern merupakan pengecekan penjumlahan, baik penjumlahan mendatar cross footing maupun penjumlahan menurun
footing. Dalam arti luas, pengendalia intern tidak hanya meliputi pekerjaan pengecekan tetapi juga meliputi semua alat-alat yang
dipergunakan manajemen untuk mengadakan pengawasan.
Universitas Sumatera Utara
Dari pengertian-pengertian pengendalian intern diatas, kita dapat pahami bahwa pengendalian intern merupakan suatu proses yang terdiri dari kebijakan
dan prosedur yang dibuat untuk dilaksanakan oleh orang-orang untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian tujuan-tujuan tertentu yang saling
berkaitan. Dengan adanya penerapan pengendalian intern dalam setiap kegiatan
operasi perusahaan, maka diharapkan tidak akan terjadi tindakan-tindakan penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan, misalnya penggelapan fraude
baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.
2. Tujuan Pengendalian Intern
Tujuan pengendalian intern menurut Mulyadi 2002 : 178 terbagi atas 2 yaitu:
1. Menjaga kekayaan perusahaan a. Penggunaan kekayaan perusahaan hanya melalui sistem otorisasi
yang telah ditetapkan. b. Pertanggungjawaban kekayaan perusahaan yang dicatat dibandingkan
dengan kekayaan yang sesungguhnya. 2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
a. Pelaksanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah ditetapkan. b. Pertanggungjawaban transaksi yang terjadi tercatat dengan benar di
dalam catatan akuntansi perusahaan.
3. Unsur-unsur Pengendalian Intern
Pengendalian intern terdiri atas beberapa unsur-unsur, namun hendaknya tetap diingat bahwa unsur-unsur tersebut saling berhubungan dalam suatu sistem.
Menurut Committee of Sponsoring Organizations of the TradewayCOSO Baidaie, 2005 : 45-47 yang meliputi unsur-unsur pokok pengendalian intern
adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Lingkunga Pengendalian Control Environment, suasana organisasi yang
mempengaruhi kesadaran penguasaan control consciousness dari seluruh pegawainya. Lingkungan pengendalian ini merupakan dasar dari
komponen lain karena menyangkut kedisplinan dan struktur.
2. Penilaian Resiko Risk Assestment, adalah proses mngidentifikasi dan
menilaimengukur resiko-resiko yang dihadapi dalam mencapai tujuan. Setelah teridentifikasi, manajemen harus menentukan bagaimana
mengelolamengendalikannya.
3. Aktivitas Pengendalian Control Activities, adalah kebijakan dan prosedur
yang harus ditetapkan untuk meyakinkan manajemen bahwa semua arahan telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian ini diterapkan pada semua
tingkat organisasi dan pengolahan data.
4. Informasi dan komunikasi Information and Communication, dua elemen
yang dapat membantu manajemen melaksanakan tanggung jawabnya. Manajemen harus membangun sistem informasi yang efektif dan tepat
waktu. Hal tersebut antara lain menyangkut sistem akuntansi yang terdiri dari cara-cara dan perekaman records guna mengidentifikasi,
menggabungkan,
menganalisa, mengelompokkan, mencatat dan melaporkan transaksi yang timbul serta dalam rangka membuat
pertanggung jawaban akuntabilitas asset dan utang-utang perusahaan. 5.
Pemantauan Monitoring, suatu proses penilaian sepanjang waktu atas kualitas pelaksanaan pengendalian intern dan dilakukan perbaikan jika
dianggap perlu.
4. Karakteristik Pengendalian Intern
Pengendalian intern yang baik memiliki karakteristik yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Suatu rencana organisasi yang memungkinkan adanya pemisahan
pertanggungjawaban fungsi secara tepat. 2.
Suatu sistem otoritas dan prosedur pencatatan yang tepat untuk memungkinkan accounting control yang memadai terhadap aktiva, hutang,
pendapatan dan biaya. 3.
Praktek yang sehat diikuti dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dari setiap bagian organisasi.
4. Kualitas pengamat yang cocok dengan tanggung jawabnya.
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik yang baik akan mendukung terciptanya pengendalian intern yang efektif. Rencana organisasi, sistem otoritas dan prosedur pencatatan yang
tepat, praktek yang sehat serta kualitas pengamat yang cocok harus terintegrasi dengan baik dalam pelaksanaan kerjanya. Kelancaran pekerjaan akan
memudahkan pengendalian intern terlaksana dalam mencapai tujuan
5. Keterbatasan Pengendalian Intern
Keterbatasan yang terdapat dalam pengendalian intern dapat mengakibatkan tujuan dari pengendalian intern tidak akan tercapai. Keterbatasan-
keterbatasan tersebut menurut Mulyadi 2002 : 181 adalah: a.
Kesalahan dalam pertimbangan b.
Gangguan c.
Kolusi d.
Pengabaian oleh manajemen e.
Biaya lawan manfaat
a. Kesalahan dalam pertimbangan Kesalahan dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau
dalam melaksanakan tugas rutin yang biasanya dilakukan oleh manajemen atau personel lain. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh tidak memadainya informasi
yang diterima, keterbatasan waktu, dan tekanan lain. b. Gangguan
Adanya kekeliruan dalam memahami perintah, terjadinya kesalahan karena kelalaian dan perubahan yang bersifat sementara atau permanent dalam
personel atau dalam system dan prosedur yang diterapkan. c. Kolusi
Universitas Sumatera Utara
Kerja sama antara pihak-pihak yang terkait, yang mana seharusnya antara pihak-pihak tersebut saling mengawasi, tetapi malah saling bekerja sama untuk
menutupi kesalahan-kesalahan yang dibuat baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
d. Pengabaian oleh manajemen Manajemen mengabaikan kebijakan dan prosedur yang telah diterapkan
semata-mata untuk kepentingan pribadinya sehingga pengendalian intern tidak berfungsi secara baik.
e. Biaya lawan manfaat Biaya yang telah dikeluarkan untuk penerapan pengendalian intern tidak
boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari adanya penerapan pengendalian intern tersebut.
B. Standar Audit Internal
Pada tahun 1978, IIA menerbitkan Standards for the Professional Practice of Internal Auditing, suatu pernyataan yang paling otoritatif tentang sifat dan
ruang lingkup audit internal. Meskipun publikasi ini merupakan standar audit tertulis yang pertama bagi auditor internal, namun IIA sebenarnya sudah aktif
sejak didirikan pada tahun 1941, menetapkan tanggung jawab dan mengembangkan atribut profesional bagi profesi audit internal.
Tujuan Standar IIA adalah untuk: 1. Memberikan pemahaman tentang audit internal kepada pihak lain.
2. menetapkan dasar pedoman dan pengukuran kinerja audit internal 3. memperbaiki praktik audit internal
Universitas Sumatera Utara
Standar IIA berbeda dengan SAS yang diterbitkan oleh AICPA. Standar IIA memberikan pedoman bagaimana seharusnya suatu audit internal dilakukan,
sedangkan SAS pada umumnya menyajikan apa yang berlaku umum dan dipersyaratkan. Guy 2003:414 menyebutkan: Standar IIA untuk praktik
profesional audit internal dibagi menjadi lima kategori yang luas, yaitu: independensi, kemampuan profesional, ruang lingkup pekerjaan, pelaksanaan
pekerjaan audit, serta manajemen departemen audit internal.
1. Independensi
Auditor internal menempatkan independensi pada tingkat yang paling tinggi. Independensi memungkinkan auditor internal untuk membuat keputusan
yang tidak bias dalam memberikan jasa kepada entitas. Tentu saja, karena auditor internal merupakan karyawan penuh waktu dari entitas yang diaudit, maka auditor
internal tidak memikliki independensi setajam yang dimiliki auditor eksternal. Independensi auditor internal diperoleh melalui status organisasi dan obyektivitas.
Karena itu, konsep independensi ini berbeda dengan konsep independensi auditor eksternal yang harus dijaga menurut Code of Professional Conduct AICPA.
• Status Organisasi
Status organisasi membantu auditor intrnal mempertahankan independensinya. Seringkali, departemen audit internal melapor langsung kepada
dewan direksi atau komite audit untuk memastikan bahwa departemen atau kelompok yang diaudit harus melapor. Pada beberapa entitas, departemen audit
internal secara administratif malapor kepada salah satu departemen dalam entitas, tetatp tetap menjaga independensinya dengan terus berkomunikasi secara
langsung dengan dewan direksi.
• Obyektivitas
Seluruh auditor internal harus seobyektif mungkin ketika melaksanakan suatu audit. Statement of Responsibilitiesof Internal Auditor mensyaratkan auditor
internal untuk memiliki sikap mental obyektif dan independen ketika melaksanakan audit. Akibatnya, auditor internal tidak boleh mengurangi
pertimbangannya atas suatu masalah audit di bawah pertimbangan lain. Di samping itu, obyektivitas juga dapat menjadi lemah apabila auditor internal
melakukan aydit atas setiap kegiatan yang menjadi wewenang atau tanggung jawabnya. Penugasan staf audit internal harus mencegah terjadinya konflik
kepentingan, baik potensial maupun aktual.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi independensi auditor internal meliputi hal-hal berikut ini:
Siapa yang menetapkan agenda departemen audit internal.
Apakah ada orang yang dapat menutupi temuan audit internal.
Universitas Sumatera Utara
Apakah auditor internal memiliki akses ke komite audit dari dewan direksi
tanpa kehadiran manajemen
Frekuensi pertemuan antara auditor internal dengan komite audit dewan direksi.
Apakah rekomendasi auditor internal disampaikan secara tepat waktu.
Apakah departemen audit internal memiliki kebijakan untuk merotasi
pekerjaannya di antara berbagai bidang audit.
2. Kemampuan Profesional
Agar dapat mempertanggung jawabkan dengan benar, seorang profesional harus memiliki tingkat kemampuan teknis yang tinggi. Sesuai dengan standar IIA,
kemampuan teknismeliputi penyusunan staf; pengetahuan, keterampilan dan disiplin ilmu; supervisi; hubungan dan komunikasi antarkaryawan; pendidikan
yang berkelanjutan; serta keahlian profesional.
• Penyusunan Staf
Departemen audit internal harus diisi oleh orang-orang yang memiliki kemampuan teknis dan latar belakang pendidikan yang sesuai. Kepala uadit
internal menetapkan kriteria yang harus digunakan dalam mengevaluasi pendidikan dan pengalaman, serta posisi staf audit internal dengan personel yang
meemiliki kemampuan untuk pelaksanaan penugasan dengan benar.
• Pengetahuan, Keterampilan dan Disiplin
Departemen audit internal secara bersama-sama harus memiliki pengetahuan serta keterampilan yang esensial untuk melaksanakan audit internal
secara efektif, termasuk pemahaman atas standar audit internal. Setiap auditor internal harus memiliki kemampuan teknis meliputi pengetahuan tentang prinsip
dan teknik audit serta pemahaman yang luas atas akuntansi, prinsip-prinsip manajemen, ekonomi, hukum, perpajakan, keuangan dan komputer.
Akan lebih baik apabila karyawan departemen audit internal memiliki keahlian pada satu atau lebih disiplin ilmu yang luas seperti akuntansi, keuangan,
statistik, pemrosesan data elektronik dan hukum.
• Supervisi
Anggota staf audit internal harus disupervisi scara tepat sehingga mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara layak. Supervisi merupakan pross
berlanjut bagi seorang personel yang harus dimulai pada tahap perencanaan audit dan berakhir pada tahap penyelesaian. Luasnya supervisi tergantung pada tingkat
keahlian seseorang. Dalam hal ini, setiap supervisor audit internal memiliki tanggung jawab untuk memberikan instruksi secukupnya kepada staf dan
menetapkan apakah pekerjaan telah dilaksanakan dengan benar.
• Hubungan dan Komunikasi Antar Karyawan
Untuk membuat penugasan menjadi efektif, para auditor internal harus memahami hubungan antar karyawan dan mampu berinteraksi dengan orang lain.
Auditor internal harus terampil dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis sehingga dapat dengan jelas memberikan tujuan audit, evaluasi,
kesimpulan, dan rekomendasi.
• Pendidikan yang Berkelanjutan
Auditor internal harus menjaga kompetensi teknisnya melalui pendidikan profesional yang berkelanjutan. Mereka harus mengetahui tentang peningkatan
Universitas Sumatera Utara
dan perkembangan terkini dari standar, prosedur, dan teknit audit internal. Auditor internal brsertifikat diharuskan menyelesaikan pendidikan profesional yang
berkelanjutan selama 80 jam setiap dua tahun sekali. Mereka yang tidak memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan ini tidak diperkenankan
mengajukan diri sebagai auditor internal bersertifikat.
• Keahlian Profesional
Standards for the Profssional Practice of Internal Auditing mengharuska auditor internal menggunakan keahlian profesional due professional care ketika
melaksanakan suatu penugasan. Auditor internal diharapkan melakukan audit dengan penuh keahlian dan keterampilan, seperti yang dilakukan oleh auditor
internal lain yang cukup berhati-hati dan kompeten dalam situasi yang sama. Dalam konsep ini trkandung keahlian dan kompetensi yang wajar dan bukan
kinerja yang tidak dapat salah atau yang luar biasa.
Ketika melakuka keahlian profesional, auditor internal harus mewaspadai hal-hal berikut ini:
Kesalahan dan pengabaian.
Inefisiensi, pemborosan, dan ketidakefektifan.
Konflik kepentingan.
Kondisi dan kegiatan di mana cenderung terjadi ketidakteraturan.
Pengendalian yang tidak memadai dan yang memerlukan peningkatan
ketaatan.
3. Ruang Lingkup Pekerjaan
Standar ruang lingkup pekerjaan audit memberikan pedoman kepada auditor internal untuk melakukan audit keuangan, audit ketaatan, atau audit
operasional. Standar tertentu berkaitan dengan reliabilitas dan integritas informasi; ketaatan terhadap kebijakan, perencanaan, prosedur, hukum dan peraturan;
perlindunga aktiva; penggunaan sumber daya yang efisien dan ekonomis; serta pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan untuk operasi atau program.
Standar-standar ini menunjukkan bahwa auditor internal melaksanakan fungsi audit yang sangat luas dan beragam.
4. Pelaksanaan Pekerjaan Audit
Apabila standar ruang lingkup pekerjaan audit memberikan pedoman mengenai pekerjaan audit apa yang harus dilakukan, standar pelaksanaan
pekerjaan audit memberikan pedoman tentang struktur audit secara keseluruhan, yang meliputi bidang-bidang perencanaan audit, pemeriksaan dan evaluasi
informasi, komunikasi hasil, dan tindak lanjut penugasan.
• Perencanaan Auidit
Auditor internal harus merencanakan setiap audit dengan benar. Perencanaan ini harus didokumentasikan dan harus meliputi menetapkan tujuan
audit, mendapatkan informasi tentang latar belakang, menentukan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan audit, berkomunikasi dengan semua pihak
yang tepat, mengidentifikasi bidang-bidang yang menjadi perhatian audit, menulis program audit, mengidentifikasi prosedur untuk mengkomunikasikan hasil, serta
mendapatkan persetujuan atas rencana kerja audit.
• Pemeriksaan dan Evaluasi Informasi
Universitas Sumatera Utara
Auditor internal harus mengumpulkan bukti-bukti kompeten yang memadai untuk menunjang temuan audit agar bermanfaat bagi organisasi dalam
mencapai sasarannya. Auditor harus mendokumentasikan temuan-temuannya melalui kertas kerja audit, mencatat informasi yang diperoleh serta setiap
analisis yang dibuat.
• Mengkomunikasikan Hasil
Pekerjaan auditor internal hanya akan memberi sdikit manfaat bagi entitas apabila hasilnya tidak dikomunikasikan dengan benar kepada orang-orang yang
tepat. Setelah audit diselesaikan, auditor internal harus menyerahkan laporan tertulis yang ditandatangani. Standar praktik profesional audit internal mendorong
auditor internal untuk membahas kesimpulan audit srta rekomendasinya dengan tingkat manajemen yang sesuai sebelum menerbitkan laporan akhir. Sebagai
contoh, apabila auditor internal mengaudit lokasi cabang, maka dia harus membahas kesimpulan dan rekomendasinya dengan manajer cabang sebelum
menerbitkan laporan akhir kepada kantor pusat. Melalui pertemuan dengan tingkat manajemen yang sesuai, auditor internal dapat mengumpulkan lebih banyak bukti
tentang validitas temuan, menentukan apakah terdapat kekurangan atau situasi yang tidak biasa, serta menilai pengaruh temuan tersebut. Laporan audit internal
harus obyektif dan ditulis dengan jelas. Laporan itu tidak hanya menguraikan ruang lingkup audit dan tujuannya, tetapi juga harus disertai dengan hasil audit.
Laporan ini harus disampaikan secara tepat waktu dan bersifat konstruktif berikut rekomendasi untuk peningkatan atau perbaikannya. Laporan itu juga harus
memuat kinerja yang memuaskan serta langkah perbaikan.
• Tindak Lanjut
Auditor internal menindaklanjuti masalah yang dikemukakan atau rekomendasi yang disampaikan dalam laporan. Auditor internal harus menentukan
apakah setiap tindakan perbaikan yang diperlukan, ytang dinyatakan dalam laporan audit, telah dilakukan atau apakah manajemen menyadari risiko yang
terkait dengan tidak dilaksanakannya tindakan perbaikan tersebut.
5. Manajemen Departemen Audit Internal
Agar dapat bekerja secara efektif, fungsi audit internal harus dikelola secara tepat. Serangkaian standar yang berlaku pada departemen audit internal
menetapkan tanggung jawab direktur audit internal. Direktur audit internal bertanggung jawab menentukan bahwa 1 pelaksanaan pekerjaan audit telah
mencapai tujuan umum dan tanggung jawab sebagaimana ditetapkan oleh manajemen dan dewan direksi, 2 sumber daya di departemen audit internal telah
dikelola secara efisien dan efektif, dan 3 pekerjaan audit yang dilakukan sesuai dengan Standads for the Professional Practice of Internal Auditing.
Direktur audit internal juga merencanakan tanggung jawab departemen yang dipimpinnya. Tanggung jawab ini meliputi penetapan sasaran dari
departemen audit internal dan jadwal kerja, jadwal staf, anggaran keuangan, dan laporan kegiatan. Direktur audit internal juga bertanggung jawab menyediakan
kebijakan tertulis dan prosedur yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi para staf audit dan menetapkan program seleksi serta pengembangan personel
departemen audit internal.
Universitas Sumatera Utara
C. Prosedur Audit
Bila diperlukan, auditor akan menyelesaikan audit atas peristiwa ssudah tanggal neraca. Periode antara tanggal neraca sampai tanggal laporan audit dikenal
dengan sebagai periode sesudah tanggal neraca subsequent period. Banyak prosedur audit normal yang dilaksanakan selama periode waktu ini memberikan
bukti atas peristiwa sesudah tanggal neraca. Sebagai contoh, prosedur pisah batas cutoff yang diterapkan sebagai bagian dari pengujian audit substantif yang
normal umumnya menggunakan informasi sesudah tanggal neraca pada akhir tahun. Ketika melakukan pisah batas penjualan atau pembelian, auditor
memperoleh informasi tentang penjualan atau pembelian tidak hanya yang terjadi sebelum akhir tahun, tetapi juga yang terjadi segera setelah akhir tahun
berikutnya. Demikian juga, ketika menentukan nilai piutang usaha, auditor seringkali melihat penerimaan kas setelah tanggal neraca. Namun, selain prosedur
audit yang normal ini, auditor juga harus melakukan pengujian audit lainnya untuk memastikan apakah ada atau tidak peristiwa selanjutnya yang memerlukan
penyesuaian atau pengungkapan. Guy 2003:250 menyajikan prosedur audit sebagai berikut:
Membaca Laporan Keuangan Interim
Auditor harus membaca setiap laporan keuangan keuangan interim yang tersedia serta membandingkannya dengan laporan keuangan yang sedang
dilaporkan. Auditor terutama harus menaruh perhatian pada setiap perubahan besar yang tercermin dalam laporan interim pada akhir tahun.
Keterangan manajemen
Auditor harus meminta keterangan manajemen apakah terdapat kewajiban kontijen atau komitmen yang substansial; apakah setiap perubahan yang
signifikan pada modal saham, hutang jangka panjang, atau modal kerja terjadi pada tanggal permintaan keterangan; apakah terdapat perubahan status dari item-
item yang diperhitungkan dalam laporan keuangan berdasarkan data yang meragukan atau tidak meyakinkan; dan apakah telah dilakukan setiap penyesuaian
yang tidak umum selama periode setelah tanggal neraca.
Universitas Sumatera Utara
Membaca Risalah Rapat yang Tersedia
Auditor harus membaca risalah rapat para pemegang saham, direksi, dan komite yang berwenang yang tersedia. Peristiwa sesudah tanggal neraca yang
dianggap penting seperti tuntutan hukum dan penerbit obligasi seringkali dibahas dalam rapat-rapat ini.
Keterangan Penasehat Hukum
Auditor harus meminta keterangan dari konsultan hukum klien berkenaan dengan litigasi, klaim, dan penilaian. Hal ini dapat diperoleh melalui surat
representasi kuasa hukum yang diterima.
Prosedur Lainnya Auditor harus membuat keteranga tambahan atau melaksanakan prosedur
lain yang diperlukan sesuai keadaan. Sebagai contoh, auditor seringkali meneliti seluruh jurnal dan buku besar hingga akhir tahun untuk mengidentifikasi
transaksi-transaksi yang tidak biasa.
D. Prosedur Pemberian Kredit Pemilikan Rumah